PART 42

18.2K 981 33
                                    

Dirgahayu Republik Indonesia 🇮🇩

Btw, di tempat kalian ada lomba apa aja? Pada ikut lomba gak?

Happy reading yaaa!

Dilarang komen kalau gak vote, apa lagi komennya gak nyambung.

****

PART 42

“Kei, maaf. Aku enggak tahu kalau ternyata selama ini kamu sering overthinking. Aku janji kalau setelah ini aku bakalan jauh lebih terbuka lagi sama kamu, ceritain apa pun tanpa kamu minta ataupun ditanya sama kamu, supaya kamu bisa langsung tahu tentang apa pun yang udah terjadi sama aku. Aku janji,“ ujar Jeandra dengan bersungguh-sungguh.

Namun, Keira yang sedang berbaring miring menghadap ke arah jendela, tetap tidak mengatakan apa pun. Wanita itu masih setia membisu, bahkan sama sekali tidak menoleh ataupun melirik saat ia mengetahui kalau Jeandra tadi ikut masuk ke kamar dan menyusul. Lalu memeluknya dari arah belakang sebelum meminta maaf seperti barusan itu.

“Kei ...,” panggil Jeandra sekali lagi. “Sayang ....”

Kemudian, ia pun mulai teringat akan sesuatu. Sehingga ia pun langsung membeberkannya dengan sangat jujur. “Masalah di apartemen waktu itu ... sebenernya Nara memang sempet nyatain perasaannya lagi ke aku, terus dia juga hampir aja mau nyium bibir aku. Tapi, aku berani sumpah. Ciumannya gak kena ke bibir. Soalnya aku langsung ngelak.”

“Terus kena ke mana?” tanya Keira yang akhirnya mau berbicara.

Jeandra terlihat gugup sebelum berbisik pelan. “Kena rahang.”

“Tapi, langsung aku lap pake tangan,” katanya yang cepat-cepat menambahkan. Supaya istrinya itu tidak kepikiran. “Terus aku juga langsung marah-marah ke Nara. Habis itu aku cepet-cepet pulang.”

Keira yang masih setia berbaring miring menghadap ke arah jendela, tampak kembali diam. Tidak memberikan reaksi apa pun terhadap penjelasan dari Jeandra barusan.

“Kei ....” Jeandra kembali berbisik. “Sayang, jangan diem aja,“ pintanya sembari menggoyangkan pelan sebelah tangan Keira. “Aku enggak mau kamu begini.“

Jeandra memang bukan tipe orang yang akan membiarkan masalahnya tetap berlarut-larut, dan hanya akan semakin menimbulkan masalah yang baru. Makanya, ia langsung menyusul Keira dan menjelaskan segalanya malam itu juga.

Namun, keheningan tetap terjadi di dalam kamar, dan Keira tetap tidak berbicara ataupun menegur Jeandra, bahkan sampai keesokan harinya. Padahal mereka telah memiliki janji untuk datang ke rumah Arum dan Bastian, makan siang bersama dalam rangka ulang tahun Jeandra yang ke-29.

***

Biasanya, setiap kali ada yang sedang ulang tahun, Arum memang cukup rutin membuat acara kecil-kecilan di rumah, sekadar makan bersama sekaligus tumpengan di sana. Sebagai bentuk rasa syukur atas bertambah umur, serta masih diberikan kesempatan untuk tetap bernapas. Sama seperti sekarang. Arum juga sudah menyiapkan aneka makanan, dan tumpeng untuk makan siang.

Wanita setengah baya itu bahkan sudah sempat memberitahu Keira mengenai salah satu tradisi di rumahnya ini sekitar seminggu sebelum hari ulang tahunnya Jeandra. Karena kebetulan sekali, ulang tahun Jeandra di tahun ini bertepatan dengan hari minggu, sehingga Arum pun tidak perlu merasa kesulitan untuk mengatur waktu supaya mereka semua bisa berkumpul.

Namun, ada satu hal yang menarik perhatian Arum hari itu. Entah ini hanya perasaannya saja, atau memang betulan. Tetapi, Keira tampak terus mencari-cari alasan agar bisa segera menjauh setiap kali didekati oleh Jeandra. Seperti tiba-tiba izin ke toilet ataupun mengambil air, lalu menawarkan diri kepada ART-nya untuk membantu mengambilkan piring. Bahkan menolak duduk di atas kursi yang sudah ditarikkan oleh Jeandra, dan lebih memilih untuk duduk di kursi yang lain.

Saturday Night Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang