⁴⁵Disekap

5.9K 276 2
                                    

HAPPY READING AY


🌻🌻

"Lepasin gue bangsat, gue ga punya masalah sama lo pada!" teriak Viona menggema di dalam gudang, sekarang dia sedang di sekap yang entah dimana pencahayaan yang remang-remang di tambah kepalanya yang sedikit pusing.

Ya ketika dia sedang menunggu Revan di depan gerbang yang ingin menjemputnya karna Revan tak masuk sekolah alias bolos, dari belakang tanpa Viona sadari ternyata ada orang yang mengikutinya dengan memegang sapu tangan yang sudah di beri obat bius sambil mengendap-ngendap mendekatinya.

Viona langsung jatuh pingsan detik itu juga tidak ada yang menolongnya karna Sekolah sudah lumayan sepi karna Viona pulang terlambat.

"Tapi suami lo punya banyak masalah sama kita, jadi lo yang jadi gantinya hahaha," suara gelak tawa memenuhi gudang tersebut. Viona tidak tau siapa yang di hadapanya sekarang yang ada di pikiran dia pasti orang yang di depanya ini musuh Revan.

"Trus ngapain gue yang lo pada sekap hah? kenapa ga si Revan tolol banget, pengecut lo pada," ucap Viona sedikit kesal karna dia menjadi tawanan musuh Revan.

Plak

"Berani lo sama kita hah! lo sendiri disini ga ada yang bakal nolongin lo!"

Rasanya perih tamparan lelaki di hadapanya sangat keras sampai wajah Viona terhempas ke samping.

"Siapa lo, berani-beraninya nampar gue," teriak Viona karna kepalanya pusing ditambah tamparan keras. Dia bisa melihat orang yang ada di hadapanya namun sama sekali tidak mengenalnya.

"Gue Wira lo pasti tau kan gue dendam sama suami lo! Gara suami lo anggota gue mati. Gue ingin membalas dendam atas kematian anggota gue! Dan gue ingin memebantu membalaskan dendam sepupu gue," Cengkraman kuat pada dagu Viona membuat Viona mendesis karna kuku Wira terasa tertancap di sana.

"Oh gue inget, lo pegecut itu kan yang beraninya keroyokan terus bisanya pake senjata cih jijik gue sama lo," cengkraman Wira semakin kuat bahkan Viona merasa kukunya yang tertancab di kulit semakin dalam sampai darah merembes keluar.

"Berani banget lo, gue ga akan biarin siapapun hidup tenang walapun lo cewe apalagi lo bagian terpenting si Revan gue bakal buat lo menderita hahaha," cengkraman pada dagu Viona di lepas lalu tertawa kencang diikuti yang lain.

"Oh tujuan lo pada nyekap gue mau bikin gue menderita? MIMPI!" Balas Viona menekan kata terakhirnya dengan senyum remeh. Dia harus tetap kuat di depan para musuh Revan, walapun jauh di lubuk hati paling dalam dia merasa takut khawatir janin yang ada di perutnya sekarang dalam bahaya.

Plak

Plak

Tamparan terus di layangkan oleh Wira dengan tidak berprasaan.

"Sialan!" Desis Viona pelan dia tidak bisa melawan karna tanganya di ikat ke belakang kursi yang dia duduki kakinya pun sangat sakit seperti habis di pukul oleh balok.

"Lo cantik juga, gimana kalau lo temenin gue dulu malem ini?" Ucap Wira mengambil dagu Viona kembali menghadapnya.

"Sialan, ga sudi gue nemenin lo bangsat!"

"Lo keras juga, pantesan si Revan mau sama lo. Walapun lo ga cantik ternyata lo pemberani,"

'Apaan nih tadi bilang gue cantik sekarang bilang gue jelek biadab memang' batin Viona menatap jengah dan kesal dengan orang di hadapanya ini.

Dalam hati Viona terus saja berdoa meminta pada tuhan agar ada yang menolongnya.

Viona terus memikirkan bagaimana caranya dia bisa keluar dari sini.

"Kenapa lo diem pasti lagi mikir cara keluar dari sini iyakan, hahaha ga akan bisa sayang," seringai jahat terpangpang jelas di muka Wira dengan tangan membelai pipi Viona.

"Singkirin tangan kotor lo sialan,"

"Haha gue suka cewe kayak lo,"

"Tapi gue ga suka sama orang pengecut kaya lo!"

Wira berjalan memutari Viona membuat sang empu was-was, "Tadinya gue emang udah ada rencana buat bunuh si Revan, tapi," ada jeda sebentar dan melanjutkanya, "pas gue selidiki kalau lo lagi deket sama si Revan gue ubah buat ngebunuh lo, sebenernya gue ngga tau sama sekali kalau si Revan ternyata udah punya istri dan itu ternyata elo, karna anak buah gue cuma dapet informasi lo cuma dekat sama si Revan ternyata pas gue tau dari patner ples sepupu gue lo bukan hanya dekat tapi lebih,"

Viona berpikir keras siapa yang menjadi patner Wira sampai membocorkan kalau dia istrinya, karna pernikahanya orang di luar sana tidak ada yang tahu selain yang menghadiri pernikahanya dan anak sekolah SMA GERHANA, kalau yang membocorkan anak murid SMA GERHANA siapa dia yang tidak takut dengan ancaman Revan.

Viona merasa merinding namun dia mencoba tenng, "Siapa yang lo maksud?!"

Tap

Tap

Tap

Langkas kaki sesorang terdengar memasuki gudang tempatnya di sekap, pintu yang semula tertutup kini  terbuka menampilkan seseorang di ambang pintu tidak lupa dengan senyum yang sulit di artikan.

"Selamat datang di pembalasan gue," ucapnya santai, orang yang berada di dalam mereka keluar hanya menyisakan Wira, Viona dan juga Tina.

Ya, yang datang adalah Tina Oktaviana Gradien sudah pasti kalian tau, ternyata Tina ngga maen-maen dengan ucapanya yang ingin membalas dendam terhadap Viona.

"Ngapain lo nyekap gue hah, mana nyuruh orang lain ga berani sendiri jijik banget cih,"

"Diem! Dia bukan orang lain dia sepupu gue," Bentak Tina namun sama sekali tidak membuat nyali Viona ciut.

"Bisanya rame-rame jijik banget gue cih,"

Plak

Plak

Bugh

Srekk

"Sehh," disis Viona tapi untungnya bukan perut yang di tendang melainkah kaki.

"Hahaha sakit kan kasian banget," ejek Tina tertawa kencang, setelah berhasil menampar, menedang dan juga menyayat pundak Viona.

"Hahaha kesakitan, ini belom seberapa gue bakal bikin lo lebih sakit lagi bahkan bakal teriak-teriak minta ampun sama gue,"

Viona mencoba tidak melihatkan rasa sakitnya dia tersenyum miring, Viona berusaha tidak boleh keliatan lemah walapun sangat perih rasanya, dia harus tetap melindungi perutnya.

"Sama sekali tidak," jawab Viona santai.

Tina semakin mendekat karna kaki Viona hanya di ikat dan tidak di satukan dengan kursi Viona langsung menendang Tina sampai tersungkar.

"Anjing lo!" Murka Tina karna bokongnya menghantam lantai yang kotor.

Untuk kesekian kalinya Viona mendapat bogeman lagi dari Tina sampai bibir Viona mengeluarkan darah.

Di tambah tarikan rambut yang Wira lakukan sambil merekamnya, memang benar-benear pengecut.

"Lo harus mati sekarang di tangan gue,"

Bugh

Tendangan Tina ke perut Viona membuat sang empu kesakitan, Viona menangis dia sangat takut buah hatinya kenapa-napa.

Tina mengambil pisau yang tadi terlempar, ketika Tina hendak menacapkan pisau yang dia pake menyayat pundak Viona tadi terhenti karna tiba-tiba pintu di gebrak oleh seseorang.

Tina lantas mengalihkan ke pintu pisau yang dia pegang terjatuh, sekujur badanya merasa panas dingin, keringat bercucuran.

Sama halnya dengan Wira dia berancang-ancang kabur namun tidak bisa semuanya sudah di kepung.

"Re-revan,"

🌻🌻

Maaf akhir-akhir ini ngga Up soalnya mood nulis lagi berantakan.

Seeyou next chap AY
Sory for typo

Selamat menunaikan ibadah puasa bagi umat islam❤

REVANDRA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang