³⁴Selesai

7.2K 374 12
                                    

HAPPY READING AY

Tembok penghalang yang sangat tinggi

🌻🌻🌻

_
_
_
_

"Rin, ko sama Andra?" Heran Viona ketika mendapatkan Ririn duduk bersebelahan dengan Andra, dia baru saja naik ke bus karna tadi ada problem sebentar.

"Tadinya mau sama lo, gue udah siapin tempat duduknya, malah di usir sama suami lo," jelas Ririn berusaha menetralkan suaranya supaya Viona tidak curiga.

"Ko suara lo ko kayak abis nangis? Terus mata lo sembab," curiga Viona memegang wajah Ririn dengan kedua tanganya.

"Rin lo habis nangis? siapa yang nyakitin lo bilang sama gue,"

"Engga ko, kelilipan doang," balas Ririn menurunkan kedua tangan Viona dan menggenggamnya.

"Rin,"

"Ga papa Na, beneran," Ririn berusaha tersenyum tidak mau membuat sahabatnya khawatir.

'Gue tau Rin lo habis nangis kan, ga mungkin kelilipan sampe segitunya' batin Viona, namun dia masih belom tau apa penyebabnya.

"Beneran, ga papa?"

"Iya ga papa, sana duduk, apa lo mau berdiri terus?" ucap Ririn berusaha bercanda.

Viona beralih menatap Revan yang sedang menatap nya juga.

"Tempat duduk nya Ririn, lo pindah cari bangku lain!" Ketus Viona ke Revan yang duduk tepat di belakang kursi nya Ririn.

"Ga mau,"

"Udah Na, gue juga udah duduk sama Andra," lerai Ririn.

"Lo pindah, gue juga pindah," Viona hendak melangkah mencari bangku kosong namun tanganya langsung di cekal Revan.

"Mau kemana?"

"Cari kursi lah, gue gamau duduk sama lo, maunya sama Ririn,"

"Duduk sama gue,"

"Ga!"

"Duduk atau gue buat lo ga bisa jalan, sekarang juga," ancam Revan.

Viona terdiam memikirkan maksud ga bisa jalan yang Revan bicarakan, "Ga bisa jalan gimana maksudnya? gue pincang gitu," pikir Viona.

"Lo mau berdiri terus, apa duduk?" Suara bariton Revan menyadarkan Viona dari lamunanya.

"Duduk lah, lo minggir dulu gue mau masuk," Viona mendudukan bokongnya di kursi dekat jendela dengan Revan di sebelahnya.

Bus juga sudah melaju di atas rata-rata menuju puncak bogor.

"Nyesel banget gue pindah bus, sepi banget anying kayak kuburan," ucap Pajar yang duduk bersebelahan dengan Angga.

"Yaudah pindah sana,"

"Sekarang udah terlanjur Angga mangga, bus nya juga udah jalan,"

Angga memutarkan matanya jengah dengan manusia di sebelahnya ini, udah tau udah terlanjur tapi masih saja banyak omong.

Pajar mempunyai ide dia berjalan ke arah supir dan menyalakan lagu supaya tidak terlalu sepi.

Potong bebek angsa ....
Masak di kuali ....
Nona minta dansa ....
Dansa empat kali ....

"Pajar matiin, kalau ngga gue timpuk pake sepatu!" ancam Revan berancang-ancang membuka sepatunya. Dia jengah dengan Pajar bisa-bisa nya orang kayak dia bisa jadi sahabatnya dan parahnya menjadi anggota inti.

REVANDRA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang