Bab 19

7.9K 485 20
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.......

"Lo baik-baik aja?" Tanya Liam ketika melihat Viola yang duduk termenung di taman sekolah seorang diri. Viola menjawabnya mengangguk tanpa menoleh kearah Liam.

"Gue gak yakin. Pala lo ngangguk tapi muka lo tetep di tekuk. Mana percaya gue." Ucap Liam.

Viola menghembuskan nafasnya dengan berat. Ia memikirkan kejadian di toilet tadi. Ia berfikir keras akan bagaimana dirinya harus bersikap pada Rasello selanjutnya. Ini sangat berat bagi Viola dan hal ini lebih berat ditinggal sang Ayah 11 tahun lalu. Apalagi pastinya setiap hari akan bertemu Rasello.

"Gue cuman capek."

"Karna Ello?"

"Hmm." Angguk Viola.

"Gue capek sama perasaan gue sendiri." Ucapnya pelan.

"Capek-an mana sama gue yang punya sodara tiri yang benci gue dan nyokap yang gak pernah peduli sama gue?" Ujar Liam membuat Viola menoleh padanya.

Viola melengkungkan bibirnya kebawah. "Lo lagi adu nasib sama gue?" Tanya nya.

Liam tersenyum lalu mengangguk. "Selain adu nasib, gue cuman nyemangatin lo karna lo gak sendiri, ada yang lebih capek ketimbang kehidupan lo ataupun gue di luar sana."

Mendengar itu senyum Viola terbit. "Lo benar Liam. Gak seharusnya gue ngeluh terus seperti ini."

"Gitu dong senyum... Lo lebih cantik senyum ketimbang cemberut kayak tadi."

Viola tertawa kecil lalu memukul pundak Liam.

"Mau ikut gue nanti malam?"

"Kemana?"

"Ke suatu tempat yang mungkin bikin hati lo tenang."

"Mau!" Viola menganggu cepat.

"Oke, gue tunggu di halte depan mansion lo."

.......

Malam pun tiba. Seperti yang dikatakan Liam tadi siang, yang ingin mengajaknya pergi ke suatu tempat ia pun kini tengah bersiap. Ketika dirinya sedang bersiap, Rasello memasuki kamarnya.

"Mau kemana?" Tanya nya memegang segelas susu hangat untuk diberikan pada Viola.

"Keluar bentar." Ucapnya seraya membenarkan tatanan rambutnya.

"Sama siapa? Kenapa harus keluar malam-malam kayak gini?" Cecar Rasello menaruh segelas susu hangat itu ke meja.

Viola tidak langsung menjawab, ia meminum segelas susu hangat pemberian Rasello. "Sama temen." Ucapnya lalu melewati Rasello begitu saja. Namun langkahnya terhenti karena Rasello memegang tangannya.

"Ini udah malam, gak baik. Tidur." Titah Rasello.

Viola melepaskan lengannya. "Kak Ello gak usah khawatirin Ola. Kak Ello harus ingat perkataan Ola tadi siang di toilet." Ucapnya lalu melenggang pergi.

Ello Untuk Ola {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang