Perlahan Viola mengerjapkan matanya saat sinar mentari menerpa wajahnya. Aroma obat dan rumah sakit yang khas menyeruak di indera penciumannya.
Keluarga yang menantinya menghampirinya dengan perasaan lega dan haru. Bagaimana tidak haru, sudah satu minggu Viola koma dan sekarang akhirnya ia bisa membuka matanya.
"Akhirnya kamu sadar juga." Ucap Mami Vee mengelus lembut kepala Viola.
Viola tersenyum kecil mendengarnya.
"Kamu disini sebentar, Mami panggilkan dokter."
Dokter pun tiba setelah di panggil oleh Mami Vee tadi. Segera saja sang dokter memeriksa kondisi Viola.
"Kondisinya sudah membaik, anda dan keluarga tidak perlu khawatir lagi dengan kondisinya. Yang terpenting, dia harus beristirahat total dan jangan membiarkannya stress serta syok." Tutur dokter tersebut.
"Baik dok, terima kasih."
"Sama-sama, saya permisi dulu."
"Mami aku— Ola?!" Tepat Rasello membuka pintu rumah sakit, ia terkejut melihat Viola yang sudah siuman. Ia pun langsung berlari dan memeluk Viola.
"Sayang..." Panggil haru Rasello ditengah pelukannya.
Viola mengelus punggung Rasello. "Iya." Ucapnya lembut.
"Aku senang... Sangat senang kamu akhirnya siuman." Ucap Rasello seraya melepas pelukannya.
Ia mencium kedua pipi, bibir, kedua mata, dan terakhir keningnya. Ia menaruh dahinya di dahi Viola, "Jangan seperti ini lagi. Aku takut Ola... Aku takut kamu benar-benar pergi." Keluhnya menangis haru.
Viola menyentuh kedua pipi yang sudah berstatus suaminya itu. "Maaf Ola buat kak Ello takut. Jangan menangis. Nanti Ola ikut nangis." Ucapnya menghapus air mata Rasello.
Kedua sudut bibir Rasello terangkat mendengar hal itu. Ia kembali memeluknya.
"Kalian ngelupain Mami?"
Rasello dan Viola melepas pelukan dan tersenyum canggung. "Sini Mi." Ucap Viola mengangkat kedua tangannya ingin memeluk Mami Vee.
Mami Vee menghampirinya lalu memeluknya.
"Oh iya, Kak Sella sama Papi kemana?"
"Papi kerja dan Sella di luar negeri."
"Kak Sella masih di luar negeri? Kenapa belum pulang?"
"Dia masih betah disana." Tukas Mami Vee.
Viola mengangguk mengerti. Ia meraba perutnya. Ada sedikit ngilu yang ia rasakan.
"Kenapa? Sakit?" Khawatir Rasello ketika melihat ringisan Viola.
"Nggak." Senyum Viola.
Ingatan-ingatan penusukan mulai berputar di benaknya. Keringat dingin membasahi pelipisnya saat ia mengingat hal itu. Degub jantungnya pun mulai berpacu cepat. Sepertinya Viola mengalami trauma.
"Aku panggilkan dokter."
"Nggak usah kak." Cegah Viola.
"Tapi kamu keliatan kesakitan Ola."
"Ola gak apa-apa." Geleng Viola.
"Huft, oke kalo kamu baik-baik aja."
"Kak Ello, kak Liana... Kak Liana..."
"Aku tau. Jadi jangan sebut namanya lagi kalo kamu masih trauma sama kejadian itu." Ujar Rasello dibalas anggukan Viola.
...........
Hari mulai berganti dengan cepat, tak terasa sudah dua minggu Viola berada di rumah sakit pasca siumannya. Viola belum diperbolehkan pulang karena masih menjalani beberapa perawatan khususnya penyakit jantungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ello Untuk Ola {END}
Fiksi Remaja(TAHAP REVISI) . . "Kak Ello, kapan kita nikah?" -Viola Larasati Rahardian. "Nanti saat kita besar." -Rasello Adrian Castelo. Beberapa tahun kemudian... "Kak Ello, kapan kita nikah? Kita kan sekarang udah besar." -Viola Larasati Rahardian. "Ola, lup...