Bab 39

2K 51 1
                                    

"Kak Ello boleh ya?"

"Nggak."

"Boleh ya? Ya?"

"Nggak."

"Kak Ello... Boleh?"

"Nggak."

"Please..."

"Nggak Ola!"

Viola lelah sedari tadi membuntuti Rasello kemana pun ia melangkah alasannya karena ingin meminta persetujuannya untuk pergi ke bandara menepati janjinya pada Liam. Tapi Rasello menghukumnya tidak boleh keluar dari mansion.

"Kak Ello, Ola udah janji sama Liam." Viola menghentakkan kakinya kesal sebab sedari tadi Rasello tidak mengijinkannya.

"Bukan urusan aku." Jawabnya seraya duduk di kursi kerjanya. Demi keamanan Viola agar tidak kabur, ia rela bekerja di mansion.

Viola menyilangkan kedua tangannya di dada. "Kak Ello dengar, janji itu harus di tepati. Kalo dilanggar Ola dapet dosa. Bukan Ola aja, nanti kak Ello juga dapet loh... Emang kak Ello gak takut kualat karna udah larang Ola buat tepati janji?" Jelasnya panjang lebar guna membujuk Rasello.

Rasello memijat pangkal hidungnya. Ocehan Viola membuatnya pusing, apalagi sekarang perusahaannya sedang krisis.

"Ola, tinggal kamu bilang ke Liam kalo kamu gak bisa datang kesana apa salahnya hm?"

"Ola gak mau! Ola mau liat Liam pergi." Lirih Viola menundukkan kepalanya.

"Kak Ello jahat!" Viola menghentakkan kakinya lalu pergi dari ruangan Rasello.

Belum sampai ia memegang handle pintu, Rasello menggendongnya dan mendudukkannya di meja. Ia melihat wajah Viola yang sudah memerah. Ia tidak tega melihatnya seperti ini. Sejenak Rasello menghembuskan nafasnya.

"Oke, aku ijinin."

"Beneran?" Binar Viola dibalas anggukan Rasello.

"Makasih kak Ello." Peluk Viola senang.

"Kak Ello emang suami Ola yang paling baik, ganteng, pinter, dan gak soleh." Viola menepuk-nepuk pundak Rasello ditengah pelukannya.

Rasello melepas pelukannya. "Kenapa ujungnya gak enak?" Tanyanya.

"Hehe, maksud Ola soleh. Kak Ello suami soleh." Cengirnya.

Rasello mengacak pelan rambutnya terkekeh.

.......

"Kenapa Ola belum datang? Apa Ello larang dia buat kesini?" Gundah Liam menunggu kedatangan Viola.

Ia mengecek arlojinya dan sialnya tinggal tiga belas menit lagi jam penerbangannya. Ia pun sejenak memandang jalanan tempatnya menunggu Viola, setelah itu ia menghela nafasnya dan berlalu kedalam bandara.

Kecewa. Itu yang dirasakan Liam saat ini. Padahal ia hanya ingin berpamitan pada Viola untuk terakhir kalinya sekaligus obat hatinya.

Disepanjang jalan menuju tempat tunggu ia menunduk dan sesekali menghela nafasnya berusaha menenangkan diri. Sangat menyesakkan hati.

"Ola ... Gue mohon, kali ini datang." Gumamnya menghentikan langkahnya seraya memejamkan matanya.

"LIAM!!"

Teriakan itu membuat Liam membuka matanya lalu menengok kearah sumber suara teriakan tersebut. Disana ia melihat orang yang ditunggu dan diharapkannya.

Senyum Liam terbit mengisi sela bibirnya. Bahkan kedua matanya sudah berkaca-kaca. Akhirnya Viola datang.

"Liam, gue gak telat kan?"

Ello Untuk Ola {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang