Bab 32

2.8K 60 1
                                    

Sarapan pagi kali ini terlihat berbeda. Semua orang yang ada dimeja makan tengah sibuk dengan pikiran mereka masing-masing. Sehingga tidak ada satupun yang angkat bicara.

Terbukti dengan keheningan dimeja makan. Mereka sibuk dengan pikiran masing-masing. Hingga Papi Hans membuka suaranya.

"Ello, Ola..." Panggil Papi Hans meletakkan sendoknya di meja makan. Panggilan Papi Hans mengalihkan pandangan Viola dan Rasello.

"Iya Pi?" Serentak mereka.

"Kalian saling mencintai?" To the point Papi Hans.

Viola dan Rasello terdiam lalu saling memandangi satu sama lain dengan canggung. Bagaimana bisa Papi Hans mengetahui bahwa Viola mencintai Rasello. Pikir keduanya. Mereka belum tahu sewaktu malam, kedua orangtuanya mendengar pembicaraan mereka.

"Ke-kenapa Papi bilang seperti itu?" Gugup Viola.

"Kami mendengar ucapan kalian semalam."

Viola membulatkan kedua matanya lalu menunduk. Ia tengah bersiap-siap terkena amarah dari Papi Hans karena sudah lancangnya menaruh perasaan pada sepupunya sendiri.

Sepertinya Papi Hans tahu Viola merasa takut. Ia pun tersenyum melihatnya, "Kamu tenang aja Ola, kami gak akan marah sama kamu. Kami cuma mau berbicara hal serius tentang masalah kalian. Bukan berarti kami mengikut campuri urusan kalian, tapi bagi kami ini penting." Tutur Papi Hans serius.

"Papi dan Mami akan bicarakan pembatalan pernikahan kalian ke keluarga Liana dan juga Liam."

"Serius Pi?" Sumringah Rasello. Ia sangat senang mendengar penuturan Papi Hans yang ternyata kedua orangtuanya itu mendukung cintanya.

"Iya, Papi serius."

Rasello bangun dari tempat duduknya dan memeluk kedua orangtuanya secara bergantian. "Makasih Mi, Pi," Ucapnya disusuli kecupan di pipi Mami Vee dan Papi Hans.

Viola terharu melihat itu. Ia menahan air matanya agar tidak jatuh. Rasa harunya begitu membuncah di hatinya. Ini yang ia inginkan selama ini. Apakah Tuhan telah mengabulkan permintaannya selama ini. Berkali-kali dirinya berucap syukur di dalam hati.

"Ola, liat? Mami dan Papi setuju... Gak ada yang gak mungkin, dan gak ada yang terlambat untuk memulai semuanya." Ucap Rasello lalu memeluk Viola.

Viola pun membalas pelukan Rasello, ia hanya mengangguk dan tersenyum senang. Rasello melepas pelukannya dan melihat air mata Viola yang menetes lalu ia mengusapnya. "Mari kita memulainya dari awal Ola." Ucapnya seraya mengecup kening Viola.

PUK

"Shit!" Gaduh Rasello ketika sebuah sendok melayang ke punggungnya dan itu adalah ulahnya Rasella.

"Nyosor aja lo!"

"Ck, iri lo?"

Rasella bangun dari duduknya dan menoyorkan kepala Rasello. "Iri mata lo!" Guraunya dengan wajah datarnya.

Rasella pun mendekat dan membisik. "Satu langkah lagi yang harus lo lakuin." Bisiknya membuat Rasello menaikkan sebelah alisnya.

"Liana." Bisiknya kembali membuat Rasello mematung. Ia seketika ingat dengan kejadian malam tempo hari ketika Liana mencoba bunuh diri.

Rasella menepuk-nepuk pundak Rasello. "Tenang, gue akan bantu lo sebisa mungkin." Ujarnya.

"Thanks Sell." Senyum merasa bersyukur.

"Mi, Pi, aku berangkat." Ucap Rasella. Sebelum pergi, ia terlebih dahulu mengusap lembut kepala Viola dengan wajah datarnya.

"Ayo berangkat bareng gue." Ucap Rasello menggandeng lengan Viola.

Ello Untuk Ola {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang