Bab 16

7.8K 501 18
                                    

'Kali ini, aku akan mengalah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

'Kali ini, aku akan mengalah.'

-Viola-

.............


Viola mengobati Rasello dengan telaten. Ia melupakan rasa sakitnya begitu saja.

"Biar gue lanjutin balut ini. Lebih baik lo secepatnya minum obat." Ucap Rasello mengambil alih balutan di tangan Viola.

"Ola gak apa-apa." Viola hendak mengambil balutan itu, tapi Rasello mencegahnya.

"Gue bilang minum obat."

"Oke." Viola pun beranjak bangun.

"Lo jangan lagi deketin Liam." Ujar Rasello.

Seketika saja Viola menghentikan langkahnya lalu berbalik. Ada rasa lelah di dirinya. "Ola akan jauhin Liam, tapi kak Ello harus jauhin juga kak Liana. Gimana?"

Rasello menghentikan balutannya. "Gue gak terima syarat dari lo. Ini perintah dari gue!"

Viola mengepalkan tangannya. "Kak Ello egois."

"Masuk kamar dan minum obat lo." Titah Rasello mengabaikan ucapan Viola.

Viola pergi ke dalam kamarnya. Ia tak langsung membaringkan dirinya ataupun meminum obatnya sesuai perintah dari Rasello. Melainkan melangkah ke arah kamar mandi. Ia menatap dirinya dipantulan cermin. Kedua matanya mulai memerah memancarkan kekecewaannya, dan rasa sedih yang teramat dalam.

Kedua matanya mengembun kala mengingat cintanya. Cinta sepihak yang membuatnya merasakan kesakitan ini. Sekian lamanya ia mengejar cinta sepupunya dan berharap cintanya terbalaskan, namun pada akhirnya ia tetap juga kalah.

Sepupunya lebih memilih mencintai wanita lain. Seseorang yang selama ini mengisi kekosongannya ternyata menjadi luka terbesarnya. Rasa sakit, kecewa, marah menjadi goresan luka yang menghantam hatinya.

Ia terisak pilu seraya menyalakan kran air guna menyamarkan suara isaknya agar tidak terdengar. Pukulan tangan di dadanya menandakan bahwa ia merasakan sesak dari luka hatinya. Ia tidak pernah berfikir jika mencintai seseorang akan sesakit ini. Jika ia bisa memilih pada Tuhan, ia tidak ingin Tuhan menciptakan cinta untuknya.

"Kenapa?" Viola menatap dirinya di pantulan cermin. Sungguh, dirinya terlihat sangat kacau.

Ia menggigit bibir bawahnya menahan gejolak rasa yang teramat sakit.

"KENAPA?! AAHHH!!" Teriak Viola memukul dadanya semakin kencang.

"Lemah! Bodoh! Bodoh!!" Dirinya terus saja memukul dadanya tanpa henti. Meluapkan emosinya pada dirinya sendiri.

"Ola harus apa Tuhan? Ola harus apa? Ola selalu menginginkan cinta di hidup Ola. Kenapa gak ada seorang pun yang mencintai Ola. Ayah? Mama? Dan sekarang kak Ello, kenapa semuanya gak mencintai Ola." Isaknya.

Ello Untuk Ola {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang