"Sialan! Kenapa gue terus mikirin Ola." Jengahnya memukul kecil kepalanya sendiri. Sedari tadi pikirannya terus tertuju pada sosok Viola.
Rasello pun beranjak dari tempat tidurnya dan pergi menuju balkon untuk menjernihkan pikirannya. Ia menghirup dalam-dalam angin malam, berusaha menghilangkan rasa gundahnya.
Apakah ini merupakan petunjuk hatinya untuk bisa memilih antara melanjutkan rencana pernikahannya dengan Liana atau ia menyadari perasaannya pada Viola.
"Berpikir mulai sekarang, jangan sampai menyesal."
Kata-kata Rasella terus berputar-putar dibenaknya. Semalaman ini Rasello berpikir keras sehingga membuatnya tidak bisa tertidur hingga dini hari. "Gue harus coba hal ini sama Ola, apa gue benar-benar cinta sama dia atau gue cuman sekedar sayang sama dia." Gumamnya yang akhirnya menemukan titik terangnya.
Pagi harinya, seperti rencananya semalam, Rasello harus mencoba perasaannya pada Viola apakah hatinya akan bereaksi atau tidak.
Tanpa berlama-lama melakukan aktifitasnya di mansion, ia langsung pergi ke apartemen Viola. Setibanya disana, ia langsung menekan bel beberapa kali yang terkesan tak sabaran.
"Kak Ello?" Ucap Viola setelah membukakan pintu.
Rasella mendorong Viola kedalam apartemennya dan mengungkungnya. Hal itu membuat Viola terkejut sekaligus terheran-heran. Kenapa tiba-tiba sekali Rasello bersikap seperti ini. Pikirnya.
Lama sekali ia pandang bola mata yang gugup itu seraya memegang dadanya. Benar saja, tiba-tiba dadanya berdegub kencang tak kala ia mengambil jarak lebih dekat pada Viola.
"K-kak Ello kenapa?" Gugupnya menyangga tubuh Rasello dengan kedua tangannya.
"Gue cuman mau mastiin sesuatu." Ucapnya semakin mendekat.
"Sesuatu?" Bingung Viola.
Rasello terus memegang dadanya menikmati irama degup jantungnya. Pandangannya tak terputus barang sedikitpun. Seakan dirinya tenggelam kedalam manik indah di depannya.
Debaran jantungnya semakin cepat saat matanya tak sengaja menatap bibir ranum itu. Sebelum dirinya melewati batas, dan demi keamanan jantungnya, ia melepaskan kungkungannya.
"Ekhem." Dehem Rasello menetralkan detak jantungnya. Tak lama kemudian, ia tersenyum. Sekarang ia tahu jawabannya.
"Ada apa sama kak Ello? Kak Ello aneh. Terus tadi mau mastiin apa ke Ola?" Ucap Viola menahan debaran jantungnya.
Kedua sudut bibir Rasello semakin mengembang ketika melihat kedua pipi Viola bersemu merah. Ia menepuk-nepuk puncak kepala Viola. "Gak ada. Gue cabut ke perusahaan dulu. Bye ..." Ucapnya begitu saja.
"Pagi-pagi pake blush on gak baik." Lanjut Rasello seraya melangkah keluar tanpa membalikkan badannya. Ia bahkan bersenandung kecil saat melewati beberapa unit apartemen disana.
Viola mengusap kedua pipinya. "Aneh. Tapi ... Ah!! Kenapa harus merah!" Gerutunya mengerutuki dirinya sendiri.
"Bicara sama siapa?" Tanya Emma yang baru saja keluar dari kamar mandi.
"I-itu kak Ello."
"Kak Ello? Oh... Pria VIP yang semalam antar kamu?"
"Iya."
"Sebenarnya ada hubungan apa sama dia?" Tanya Emma seraya mengeringkan rambutnya.
"Dia sepupu ku."
"Sepupu? Seperti bukan sepupu."
"Aku harus apa Emma? Aku harus mendatangi pernikahan kak Ello sesuai harapan Mami Vee atau kak Liana pacarnya kak Ello yang menyuruhku pergi sebelum pernikahan mereka?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Ello Untuk Ola {END}
Teen Fiction(TAHAP REVISI) . . "Kak Ello, kapan kita nikah?" -Viola Larasati Rahardian. "Nanti saat kita besar." -Rasello Adrian Castelo. Beberapa tahun kemudian... "Kak Ello, kapan kita nikah? Kita kan sekarang udah besar." -Viola Larasati Rahardian. "Ola, lup...