Bab 1 {REVISI}

28.3K 892 34
                                    

'Aku dan kau bagaikan Arunika dan Swastamita

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


'Aku dan kau bagaikan Arunika dan Swastamita. Saling menyapa namun tidak bisa bersama.' -Rasello Adrian Castelo

'Kak, kau tau bahwa api dan air saling bermusuhan? Tapi nyatanya keduanya saling dibutuhkan. Seperti itulah cinta kita.'
-Viola Larasati Rahardian


......

Di suatu hari yang cerah, suasana riang dan penuh kehangatan memenuhi udara pagi itu.

Lalu tiba-tiba terdengar teriakan seorang wanita bernama Viola Larasati Rahardian, yang akrab dipanggil Ola. "KAK ELLO TUNGGUIN OLA!!" teriaknya seraya berlari menghampiri seorang pemuda.

Mendengar panggilan Viola yang begitu kencang, seorang pemuda bernama Rasello Adrian Castelo atau akrab dipanggil Ello menolehkan kepalanya melihat wanita kesayangannya.

Ralat! Adik kesayangannya. Meskipun Viola bukanlah saudara kandungnya, melainkan anak dari sang paman, namun, Rasello tetap menyayanginya sepenuh hati.

"Ola jangan lari-lari, nanti kalau jantung lo sakit lagi gimana?" ucap Rasello dengan nada khawatir.

Benar saja, Viola merasakan dadanya yang terasa sesak, seakan nafasnya tersenggal-senggal.

Memang penyakit bawaannya itu begitu membuatnya rentan, bahkan untuk aktivitas sekecil berlari.

Melihat sang sepupu terlihat kesakitan, tanpa ragu Rasello segera mengambil obat yang selalu ada di dalam tas Viola, dan memberikannya kepadanya.

"Ah--- Akhirnya lega." gumam Viola, menghirup napas lega setelah obat itu masuk ke dalam tubuhnya.

Namun, tatapan berikutnya dari Rasello adalah sebuah sentilan lembut di keningnya, "Aduh! Kak Ello kenapa sentil kening Ola! Sakit tau!" gerutunya kesal.

"Lo itu nakal! Udah tau jangan lari-larian, malah bandel."

Bukannya takut karena Rasello memarahinya, Viola malah tersenyum senang. "Kak Ello khawatir ya sama Ola?" tanya-nya semakin melebarkan kedua sudut bibirnya. Aneh memang, tapi itulah Viola. Sosok yang begitu periang.

"Gak." Rasello berjalan melewati Viola yang masih tersenyum menuju motornya yang sudah terparkir di depan mansion.

"Kak tunggu ..."

Viola hendak berlari, tetapi Rasello dengan cepat membalikkan tubuhnya dan menatapnya tajam.

"Hehehe, maaf refleks," cengir Viola.

Rasello berdecak, "Ck, awas kalo lari lagi!" peringatnya dengan nada serius.

"Iya-iya. Kak, Ola berangkat sama kak Ello ya," ucap Viola dengan tersenyum nakal.

Ello Untuk Ola {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang