44. JATUH PINGSAN
Elvino menutupi tubuh nya dengan selimut tebal putih milik cowo itu, ntah mengapa rasa badan nya begitu dingin sehingga membuat nya menggigil, ia mencoba memejamkan mata nya namun saat memejamkan mata ia merasakan panas yang begitu menyengat membuat nya jadi merasa tidak nyaman.
Ia bangun dari tempat tidur dan ingin menuju lantai bawah, mengambil segelas air putih untuk diminum nya.
Sekarang sakit menyerang di bagian kepala membuat nya merasakan pusing, Elvino sedikit terhuyung tapi dengan sigap Violetta - BundaEl menangkap tubuh nya yang kekar.
Violetta cukup kaget dengan suhu badan anak nya yang cukup tinggi membuat nya jadi merasa khawatir.
"El kamu panas sayang" kata Violetta yang menuntun anak nya ke sofa ruang tamu.
"E-enggak bun, El gak panas" elak lelaki itu dengan suara yang sedikit gemetar.
Badan Elvino terasa amat lemas sehingga membuat nya sedikit susah berdiri karena tak mempunyai tenaga.
Violetta menggelengkan kepala nya.
"Kamu panas El, dan suhu badan kamu tinggi banget""Kamu diem disini bunda mau telpon Glory ya" disaat Violetta ingin mengambil benda pipih nya anak lelaki yang tepat berada di samping nya pun menahan tangan Violetta.
"Jangan bun, El gak mau bikin Glory khawatir" Elvino menatap bunda nya dengan sayu, dia sudah tak sanggup menahan rasa sakit di kepala nya, rasa nya seperti di tusuk-tusuk dengan banyak jarum.
Violetta mau tak mau pun memasukan benda pipih tersebut kedalam kantong nya, lalu mendekatkan diri dengan El - anak lelaki satu-satu nya.
Wanita tersebut pun memeluk El dengan sayang sesekali di elus nya punggung El.
"Ya sudah kalau gitu kamu ke kamar nanti bunda bawain kamu air hangat"
Elvino mengangguk dan bangkit dari tempat nya duduk tadi, berjalan dengan badan yang sempoyongan dan itu membuat Violetta khawatir secara berlebihan, takut terjadi sesuatu dengan anak nya.
Baru beberapa langkah Elvino berjalan diri nya pun langsung jatuh tak sadarkan diri, tubuh nya kini tergeletak di lantai rumah yang dingin
Violetta membulatkan mata nya ketika melihat Elvino yang jatuh tak sadarkan diri itu, wanita itu langsung menghampiri sang anak dan berteriak.
"EL, sayang bangun nak" Violetta menggoyang-goyangkan badan anak nya kekanan dan kekiri secara perlahan.
Wanita itu terus saja membangunkan Elvino namun cowo itu masih tak sadarkan diri, buru-buru ia mengambil handphone nya dan sesegera mungkin ia mencari nomer telpon Winata - suami nya.
"Mas El pingsan" to the point Violetta setelah panggilan nya diangakat oleh Winata.
Winata yang baru saja tersambung langsung terkejut "Hah El pingsan, kok bisa?" Tanya Winata dan itu membuat Violetta menjadi geram sendiri.
"Gak usah banyak tanya deh mas, mending kamu pulang kasian El" gertak Violetta yang sudah terlanjur kesal ia pun mematikan panggilan tersebut secara sepihak.
Wanita itu masih terus berusaha untuk menyadarkan Elvino tapi lelaki itu masih tak membuka mata nya sama sekali.
Gelisah, cemas, khawatir? Itu lah perasaan Violetta saat ini.
.....
Di rumah sakit kedua pasangan suami istri sedang berada di depan ruangan tempat anak mereka sedang di tangani.
Dokter keluar dari dalam ruangan tersebut sambil menutup pintu itu kembali.
"Gimana keadaan anak saya dok?" Tanya Violetta langsung.
Winata merangkul istri nya dari samping mencoba untuk menenangkan.
"Pasien cuma panas biasa dia hanya kelelahan, tapi mungkin harus di rawat beberapa hari dulu di sini baru di perbolehkan untuk pulang" jelas Dokter tersebut.
Mereka pun bernapas lega akan penjelasan yang di berikan Dokter itu.
"Bisa kita masuk Dok?"
"Ouh tentu saja, mari"
Winata dan Violetta pun masuk ke dalam ruangan tersebut, bau obat obatan pun masuk kedalam indra penciuman mereka.
Disisi lain seorang gadis sedang berbicara serius dengan Dokter yang mengatasi orang yang di sayangi nya.
Gadis itu menitikan air mata ketika mendengar penjelasan yang di berikan oleh Dokter tersebut, ia menunduk dalam mencoba menahan tangis nya yang akan keluar.
"Gimana cara ngobatin nya dok?" Suara sendu itu keluar dari mulut seorang gadis.
"Cara pengobatan nya bisa dengan pemberian obat-obatan dari rumah sakit, cuci darah, dan trnasplantasi ginjal" jawab doktet itu.
Gadis itu terdiam.
"Makasih dok"
Ia pun berlalu meninggalkan ruangan tersebut dan berjalan menuju ke ruangan tempat dimana orang yang di sayang nya sedang di rawat.
Menatap mata yang masih setia terpejam dan ntah kapan kebuka nya, gadis itu memegang tangan lelaki yang sedang tertidur di atas brankar, menatap nya dengan tatapan yang sendu.
"Aku gak mau kehilangan kamu" lirih nya sambil memegang tangan kekar tersebut.
Di cium nya tangan itu dengan begitu sayang, bunyi peralatan medis memenuhi ruangan yang di isi oleh sepasang remaja itu.
Gadis itu kini mengambil kursi dan menaruh nya di dekat brankar, ia masih setia menatap lelaki itu tanpa berniat untuk mengalihkan pandangan nya.
"Kalau kamu pergi nanti siapa yang jagain aku" tanpa permisi air mata itu jatuh membasahi pipi dan sedikit mengenai tangan kekar lelaki itu.
"Kamu harus sembuh, aku gak mau kehilangan kamu hiks"
Sudah tak kuat lagi menahan nya tangisan itu pun tumpah, gadis yang tadi nya berpura-pura tegar kini sudah menangis dengan sesegukan karena mendengar orang yang di sayang nya terkena penyakit Gagal Ginjal Kronis stadium akhir.
Gadis itu masih tak percaya dengan apa yang di katakan oleh Dokter yang memeriksa lelaki yang di sayangi nya.
Berita yang membuat hati gadis itu seperti tertusuk dengan banyak nya pedang.
Rumah tempat nya berpulang, lelaki yang selalu menerima keluh kesah nya, lelaki yang selalu ada di saat dia kesepian, dan sekarang lelaki itu menderita penyakit Gagal Ginjal Kronis stadium akhir, rasa nya seperti mustahil
Dunia emang sangat kejam ya, di saat diri nya menemukan seseorang yang perhatian malah tuhan seperti ingin mengambil nya kembali.
Disaat sedang nangis sesegukan tiba-tiba tangan yang di genggam nya sedikit bergerak, ia pun sontak terkejut dan buru-buru mengahapus jejak air mata nya lalu berteriak memanggil Dokter.
"Dokter" teriak gadis itu sambil memencet salah satu saklar yang ada di dalam ruangan tersebut.
"Dokter" teriak nya lagi.
Yang di panggil pun datang mengahampiri.
"Dok tolongin tadi tangan nya gerak-gerak" kata gadis itu dengan polos nya.
"Sebentar ya saya periksa terlebih dahulu"
Dokter tersebut pun memeriksa seorang lelaki yang tertidur di atas brankar dengan wajah yang pucat pasi.
"Dia udah mulai siuman, kamu yang sabar ya"
"Makasih dok"
Gadis itu pun langsung mendekatkan diri ke brankar lalu berbicara seolah-olah lelaki yang tertidur itu sudah sadar.
"Aku yakin kamu nanti sembuh, nanti kalau kamu udah sadar kita beli kelinci ya soal nya aku pengen kelinci" ujar nya lalu mengusap tangan kekar itu lagi.
"Kamu harus janji bakal sembuh, nanti kalau udah sembuh kita bakal selalu bersama"
Tandain jika ada typo.
Segini dulu sory baru up, saya niat nya mau up setelah lebaran loh, tapi gak jadi hehehe.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELVINO || PERJODOHAN || (OPEN PO)
Teen Fiction"Lo kenapa terima perjodohan itu?" tanya El kepada gadis yang berada tepat di hadapan nya "Karena gua gak mau bikin kedua orang tua gue sedih paham gak lo, dan lo sendiri kenapa nerima perjodohan itu?" tanya balik Glory kepada el sambil menatap nya ...