31. The Real Beban

21.6K 3.3K 228
                                    

Happy Reading❤️

Vote dan komennya jangan lupa kakak🤗✨

Ya Allah aku ngakak baca komenan kalian 🤣🤣

Aku tepati janji kok, nanti siang aku up lagi

(⁠^⁠3⁠^⁠♪

_____

Hari keempat sejak Rara diculik, setiap hari juga kedua keluarga atau mungkin tiga keluarga merencanakan penyelamatan Rara yang tak ingin diselamatkan.

Plin plan banget emang bocah itu, kemarin minta diselametin karena kena mental, lah sekarang malah gak mau pulang bilangnya sih gini..

"Sekarang mental gue udah kaya LAKIK"

Melihat hal tak lazim setiap hari membuat Rara mulai terbiasa walau masih agak ngeri-ngeri sedap.

"Om!!" Teriak Rara begitu melihat pria itu keluar dari kamarnya dengan pakaian yang sudah rapi. Dia berjalan menghampiri Rara yang sudah duduk anteng di meja makan untuk sarapan.

"Morning baby" sapa nya hangat.

"Molning" balas Rara.

Mereka berdua makan dengan tenang, kemudian pria itu pamit untuk pergi bekerja.

"Sayang, om mau kerja dulu kamu jangan kemana-mana!"

Rara hanya mengangguk saja. Setelah melayangkan satu kecupan dipuncak kepala Rara, pria itu pun pergi.

Ada perubahan cukup besar dalam diri pria itu, dua hari ini Rara tak melihatnya membunuh orang sesering biasanya walau masih membunuh sih, tapi itu sudah cukup bagus kan?.

Rara memilih pergi ke kamar yang sudah ditempatinya 4 hari ini.

Dia mengeluarkan ponsel yang telah dicurinya dari salah satu maid.

Jadi tadi pagi, saat para maid sedang menyiapkan sarapan, Rara melihat ponsel tergeletak diatas meja makan. Mungkin milik salah satu maid yang lupa.

Rara masuk kedalam lemari, karena tahu kamarnya diawasi oleh cctv. Kalau ketahuan bisa berabe. Dia tak tahu saja sejak dia nyuri ponsel juga sudah diawasi cctv.

Saat Rara menghidupkan ponsel itu, dia sontak melemparkan nya karena kaget.

"Anjil celem" gumam nya dan memungut kembali ponsel yang dia lempar, untung saja tidak rusak.

Rara kaget karena melihat lockscreen ponsel itu berupa gambar selfie sang maid dengan make up menor dan bibir merah yang dimajukan persis seperti bebek.

Mengabaikan hal itu, Rara masuk kedalam menu telepon. Dia akan coba menghubungi keluarganya.

Rara mencoba mengingat nomor siapa pun untuk di hubungi. Berkali-kali jari mungil itu mengetik suatu nomor namun tetap saja salah.

"Yaampun belapa cih nomol nya" dumel Rara menggaruk pipi tembamnya.

Rara berfikir beberapa menit, sampai tiba-tiba sekelebat ingatan masuk ke kepalanya.

"Aahh" Rara mengingat suatu nomor yang menurutnya sangat mudah. Semoga saja benar.

"083883338830" gumam Rara dengan jari yang mengetik.

Terhubung! Berarti bener dong!.

"Halo?" Sapa sebuah suara di sebrang telepon.

"Ahh bibi, ni ade!" Riang Rara, dia menelpon Bi Kinan salah satu pembantu di mansion Dirgantara. Kenapa Rara bisa tahu nomornya? Karena dia pernah memegang ponsel sang ibu untuk main pou dan tiba-tiba ada sebuah telepon masuk, Rara sempat melihat nomor si penelpon. Nomornya sangat amat mudah untuk dihafal.

Jadi Bayi?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang