03

132 7 1
                                    

Alveria menggelengkan kepalanya, sekeras apapun nanti dirinya melupakan Raffa , pada akhirnya ia tidak bisa , tidak akan pernah bisa, Cintanya terlanjur dalam kepada Raffa , sosok laki-laki yang sekarang bersetatus sebagai kakak iparnya .

Tiba-tiba

Ekhemm

Suara yang membuat Raffa terlonjak kaget , dan spontan melepaskan pelukannya dengan Alveria.

"Zayyan!!!"

.............

2 bulan sudah umur pernikahan Raffa dengan Shani, namun belum ada kemajuan sedikitpun dari rumah tangga mereka . Semakin hari sikap Shani semakin kasar terhadap Raffa . Tidak memperbolehkan tidur di kamar bersama. Padahal rumah yang mereka tempati hanya memiliki 3 kamar yaitu, kamar utama , dan dua kamar lagi untuk para pekerja disini, bukan tanpa alasan Shani melakukanya, jadilah Raffa tidur di sofa panjang dengan kain jarik sebagai penghangat tubuhnya.

Menganggap seorang suami sebagai supir,pembantu, bolehkah Raffa bertanya? Istrimana yang tega memperlakukan seorang suami seperti itu? Tidak ada kan?.

Seperti siang ini terlihat Raffa yang tengah mengepel rumah yang bisa terbilang cukup luas untuk dilakukan seorang diri. Keringat mengucur deras di pelipisnya , sudah sedari  pagi tubuhnya ia biarkan beraktivitas membersihkan rumah tanpa belum beristirahat.

Dari kejauhan terlihat Shani yang tengah tersenyum remeh kearah Raffa , tiba-tiba senyumannya berubah menjadi seringai ketika mendapati ide cemerlang di kepalanya. Berjalan Pura-pura menghampiri Raffa namun tiba-tiba kakinya dengan sengaja menendang ember pel dengan kencang .

Brakkk

Lantai yang semula sudah hampir selesai , kini kembali kotor akibat ulah Shani

"Ups..... Sori gak sengaja" Shani berlalu begitu saja meninggalkan rafa dengan tanpa dosanya. Raffa menatap tajam punggung istrinya yang mulai menghilang dari pandangan, ia menghela nafasnya sabar , mau tak mau dirinya harus kembali membersihkan lantai dari awal.

Dari kejauhan bi iyem hanya menatap sedih kearah majikanya, berinisiatif untuk menggantikan pekerjaan Raffa namun ditolak dengan halus .

"Udah den biar bi iyem aja yang lanjutin, den Raffa istirahat"

"Gak usah bi, lagian ini juga udah mau selesai kok" Raffa kembali melanjutkan pekerjaannya.

"Tapi den wajah den Raffa pucet banget" bi iyem menatap dengan khawatir

"Pasti den Raffa belum makan kan , dari tadi pagi udah beres-beres rumah sampai sekarang ngepel lantai, den udah bi iyem aja ya yang lanjutin. Sekarang den Raffa istirahat makan, bibi udah sisain tadi makanannya di atas meja" pada akhirnya Raffa menyetujui paksaan bibi, lagipula dirinya merasa tubuhnya begitu sangat lelah , membutuhkan istirahat sejenak .

"Maaf ya bi jadi ngerepotin"

"Engga den ,kan ini seharusnya Memang tugas bibi" Raffa tersenyum kemudian menyerahkan alat pelnya , kemudian berlalu menuju ke arah dapur .

Sesampainya di meja makan . Raffa membuka tudung saji, seperti yang bi iyem katakan tadi , masih ada nasi dan sepotong ayam yang tersisa di meja. terlihat masakan bi iyem yang terlihat menggugah selera.

Belum sempat satu suap masuk ke mulutnya Karna sendok Baru setengah terangkat , dari arah belakang Shani mengeluarkan kata sarkasnya yang membuatnya terhenti .

"Gak tau diri banget udah numpang, nyusahin, minta makan lagi!" Shani berjalan kearah Raffa dengan tangan bersekap dada, tanpa memperdulikan ucapan Shani Raffa melanjutkan kegiatannya menyendok makananya. Belum sempat nasi sampai di mulutnya ......

Perjodohan 2 [<Continue]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang