04

117 9 1
                                    

Satu Minggu dari kejadian yang sangat memalukan bagi Shani terlewatkan begitu saja , hampir setiap hari berturut-turut papinya itu selalu memarahinya karena kecerobohan yang tak disengaja dirinya buat membuat Raffa terluka dan harus dirawat intensif selama 2 hari.

Dan hari ini agenda yang sudah jauh-jauh hari sudah ia susun , yaitu pergi jalan-jalan bersama kedua sahabatnya.

Kedua sahabat Shani , Viny dan juga Dini , mereka bertiga berencana akan pergi berlibur di puncak menghilangkan penat setelah seharian bekerja di kantor.

"Gak salah nih Shan Lo ngajak kita kita pergi jalan-jalan sementara dirumah aja Lo ada suami" Tanya Viny seraya fokus dengan jalanan.

"Kenapa emangnya?" Tanya Shani datar

"Yah lo kan udah bersuami rasa-rasanya kayak gimana aja gitu , harusnya yang bener tu lo dirumah nemenin suami Lo yang lagi sakit , bukan malah keluyuran kayak gini" Shani hanya memutar bola matanya malas dengan pembahasan Viny dan memilih untuk menutup matanya tidur, sedangkan Viny hanya menggelengkan kepalanya heran dengan sikap Shani yang kelewat acuh.

"Gue denger-denger , suami Shani masih muda bangetbya?" kini Dini membuka suara setelah sedari tadi sibuk dengan camilanya, Viny hanya melirik melalui kaca spionnya. ??

"Yahh terus kenapa kalo masih muda? Jangan bilang Lo naksir lagi sama laki orang?" Delik Viny menatap curiga .

"Ya kali gue demen sama laki orang mau gue kemanain tu si ayang gue" sinis Dini dengan kesal.

"Dihh"

.........

"Den istirahat dulu aja kenapa malah mau pergi ke luar" ucap bi iyem yang melihat majikanya tengah bersiap-siap.

"Raffa udah sehat kok, bibi tenang aja" Raffa memakai pakaian sederhanaya bersiap untuk berangkat. Meskipun kepalanya masih sedikit merasakan pusing.

"Raffa pamit ya bi"

Bibi hanya menghela nafasnya kasar kemudian mengangguk.

Raffa mengendarai motor kesayangannya melaju menuju ke toko kuenya yang sudah lama tak dikunjungi.

Sampainya Raffa di toko wajahnya di buat heran melihat kedua sahabatnya yang bekerja di toko memasang wajah sendu .

"Kenapa mukanya?" Berjalan menghampiri mereka yang tengah menatapnya dengan sendu.

"Sorri bro, toko akhir-akhir ini lagi sepi banget , kita juga gak tau kenapa, padahal tiga hari yang lalu masih aman-aman aja , banyak pengunjung yang datang pesan , atau cuman sekedar nongkrong"

"Iya nih , gue dengar dari pelanggan lama kita kalo toko roti kita sepi gara gara ada toko baru yang lagi buka di depan , you know lah kalo toko baru buka pasti ada promo besar besaran palagi kalau diliat liat juga kayaknya tokonya gede , bagus juga , sesuai juga kalo buat sekedar nongkrong atau mampir pelanggan , tapi udah beberapa hari ini juga masa promonya gak habis habis ??" Raffa melihat kedua sahabat sekaligus karyawannya dengan sesekali mengalihkan pandangannya ke toko roti . Dirinya sudah tak kaget lagi dengan penjelasan dari sahabatnya sial toko yang sepi.

"Mungkin belum rezekinya kita aja toko jadi sepi" ucap Raffa menenangkan

"Guys maaf mungkin ini juga keputusan berat yang harus gue sampaikan ke kalian, toko roti semakin hari makin sepi, pendapatan juga gak sesuai sama Terget, dan buat gaji kalian aja belum sepenuhnya dibayar tuntas" ada rasa sedih dalam diri Raffa , toko yang dulu ia bangun dengan jerih payahnya kini harus ia tutup karena suatu alasan.

"Maaf mungkin untuk besok Kalian berdua gak usah berangkat kerja lagi di toko " seberat apapun Raffa namun pada akhirnya dirinya harus memutuskan untuk melakukannya.

Perjodohan 2 [<Continue]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang