27

137 9 0
                                    

"om kayaknya kita telat dehh , kalah cepat sama Cici anak om itu" tanpa berdosanya Zayyan mengucapkan dengan tanpa filter.

"Maksud kamu?"

Sebelum melanjutkan kata-katanya Zayyan meneguk jus mangganya terlebih dahulu.

"Cici bawa kabur bang Raffa"

"Kenapa bisa bukanya kamu udah sembunyiin Raffa dari Shani waktu itu?"

"Om kayak gak tau aja gimana Cici, tapi waktu itu pertemuan antara bang Raffa sama Cici juga gak sengaja deh om" jemari Zayyan mengayunkan handphonenya ke kanan dan kiri dan hal itu tak luput dari pandangan tn Adhitama .

"Zayyan gak sengaja waktu itu di tempat yang sama , dari kejauhan Zayyan cuman lihat Cici yang tiba-tiba narik kasar tangan seseorang dan ternyata itu bang Raffa , Zayyan gak tau pasti karena apa tapi yang Zayyan lihat Cici narik bang Raffa yang lagi duduk sama perempuan lain" jelas Zayyan panjang lebar.

"Bentar bentar kamu lihat Raffa di luar duduk sama perempuan lain?" Zayyan mengangguk

"Kenapa bisa , kamu gak ikutin perintah om waktu itu !!" Tanya Adhitama menarik telinga Zayyan kencang.

"Aduhhh aduh sakit omm lepasin" di usapnya telinganya yang memerah.

"Jawab kenapa bisa Raffa di luar sana, bukanya kamu bawa di ke apartemen milik om?"

"Hehe iya Zayyan bawa bang Raffa kesana kok cuman setelah dua hari bang Raffa sadar dari pingsannya sebenarnya bang Raffa minta izin sama Zayyan buat kerja" dirinya meringis kala tatapan tajam omnya mengarah kepadanya.

"Huhh, ya udahlah mau gimana lagi , nasi udah jadi bubur , om cuma bisa berdoa dan berharap semoga shani bisa segera sadar dari kesalahanya dan mampu memperbaiki semuanya"

Zayyan mengangguk setuju dengan om nya barusan , mau bagaimanapun dirinya tidak boleh lebih jauh mencampuri urusan rumah tangga keduanya.

Yang bisa dirinya lakukan hanyalah membantu  seperlunya saja yang bisa di bantu.

................

Hari yang terlihat begitu cerah dengan sinar mentari, langit berwarna biru menandakan dunia tengah berbahagia hari ini.

Berbeda dengan Shani yang saat ini tengah menampilkan wajah muramnya, tanganya meremas kesal pada pakaiannya sendiri terkadang juga dengan dirinya yang geregetan sendiri ingin melempar sesuatu.

"Shan kamu marah ya?" Segala cara sudah Raffa lakukan untuk membujuk Shani yang tengah kesal, namun sayang usahanya sia-sia, Shani tak terpengaruh sedikitpun dengan wajah melasnya.

"Pikir aja sendiri!"

"Shani aku minta maaf kalau aku ada salah sama kamu"

"Dasar gak peka, bocah ingusan, bisa-bisanya dia bilang 'kalau ada salah' . What thee...." Batin Shani berteriak keras.

Flashback on

"Buat debay yuk"

Wajah Raffa menoleh mendapati Shani yang tengah tersenyum manis menatapnya.

"Debayy?"

Shani mengangguk cepat "kenapa? Gak sulit kok dan seru malahan aku jamin kamu pasti bakalan suka"

"Tapi ini udah malam Shani kamu gak capek?" Kepalanya menggeleng cepat "enggak!"

"Besok aja ya, aku capek seharian penuh beresin rumah , dan lagi pula kita belum belanja kan , aku udah cek di kulkas tadi cuma ada telur sama toge doang" Shani menatap cengo mendengar ucapan Raffa barusan , apa tadi dia bilang , bahan? Kulkas? Dan belanja?

Whatt?

"Oh iya , debay itu makanan apa?" 

Ingin rasanya Shani menangis saat mendengar pertanyaan Raffa barusan , bisa-bisanya bilang debay makanan apa?

"Kamu gak tau debay itu apa?" Raffa menggelengkan kepalanya, memang benar dirinya tidak tau debay itu apa.

Shani hanya bisa tepok jidat, resiko nikah sama bocah ya gini.

Gagal launching dong.......

Tanpa berkata-kata Shani merebahkan tubuhnya begitu saja dengan posisi membelakangi Raffa, Matanya terpejam menahan kesal luar biasa.

Flashback off

"Shan bilang kalau aku ada salah okey? Jangan cuman diem kayak gini jujur aku bingung gimana caranya bujuk kamu biar gak cuekin aku lagi" wajahnya menatap Shani dengan memelas.

Tidak tau kah sedari tadi Shani masih menahan kekesalannya Karena kejadian semalam.

Dirinya beranjak begitu saja meninggalkan Raffa yang masih menampilkan wajah sendu.

Di kamarnya Shani menelpon sahabat yaitu Viny untuk dirinya jadikan teman curhat.

"Cepetan pulang woyy, kerjaan kantor masih banyak ni , makin lama makin numpuk, siapa yang pusing coba kalau bukan gue" teriak Viny di sebrang sana

"Berisik tau gak!"

"Btw gue mau curhat sama Lo Vin" Shani berdiri di balkon kamarnya Sembari menikmati indahnya suasana yang jauh daribkota yang penuh dengan polusi, sangat jauh dari kata nyaman

"Iya cepetan buruan, kerjaan gue masih banyak nieh!!"

"Sabar kali mbak"

Shani menceritakan semuanya dari awal sampai akhir tentang kejadian semalam wajahnya sesekali menampilkan raut yang kesal dengan tangannya memukul-mukul pada pegangan besi balkon.

Dari sebrang sana tak kuasa Viny menahan tawanya dengan keras , hah .hal konyol apa yang tengah di ceritakan Shani ini kepadanya.

Shani mendengus Kala mendengar suara tawa Viny yang terkesan menjengkelkan di telinganya.

"Ketawa aja Lo Vin sanpai subuh" Viny menghentikan tawanya kala terdengar suara Shani yang dingin.

"Lagian Lo kalo ngomong gak pake di pikir dulu , udah tau suami Lo itu masih bocah, bisa-bisanya minta kayak gitu , ya jelas lah dia bingung, eh ralat gak tau"

"Ya terus gimana?" Tanya Shani lesu.

"Ya gak gimana-gimana, Lo mau tanya sama gue pun , gue juga bakalan gak kasi solusinya,orang gue aja juga kagak tau mesti gimana" di sana Viny menggaruk tengkuknya yang tak gatal rupanya di sini tidak hanya Shani yang bodoh , dirinya juga sama .

Tut tut tut

Sambungan terputus.....

Shani mengumpat tak jelas , apa bedanya ternyata dirinya dengan Viny . Fyuhhh























Kasih like Sama komenya napa , kasih semangat buat aing nulisnya gitu ..... Wkwk

Jangan lupa cek profil aku ya ada yang baru judulnya 'my dear' hehehe.......









SalamRindu^^





Perjodohan 2 [<Continue]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang