5 tahun kemudian
Seorang wanita dengan parasnya yang sangat cantik, tak dapat di pungkiri walaupun sudah berkepala tiga lebih namun wajahnya masih seperti seorang gadis
Kaca mata hitamnya e bertengger di hidungnya yang mancung menambah kesan ayu nya. Shani, menatap nanar gundukan tanah dengan nisan yang bertuliskan 'Raffa Asnan Husain' ,nama suaminya yang terlah pergi meninggalkannya dengan Putri kecilnya.
"Selamat siang mas, aku Dateng lagi nih jengukin kamu, tapi maaf aku gak ajak putri kecil kita Karena semalam dia selalu merengek ingin menginap di rumah oppa nya" tanganya mengusap nisan dengan lembut seakan-akan yang dia sentuh adalah wajah suaminya.
"Kamu jahat banget tau gak ninggalin aku sama anak kita, bahkan kamu aja belum sempat liat dia tapi udah buru-buru pergi" air matanya jatuh dengan sendirinya, selalu Shani akan seperti ini jika mengunjungi makam suaminya.
"Tau gak Rasha sekarang udah pinter banget, udah bisa hitung,baca pokoknya dia pinter banget ,aktif anaknya, selalu bisa bikin aku capek karena tingkahnya yang ajaib"
"Andai kamu gak pergi dan masih ada di samping aku, aku jamin saat ini kita pasti lagi bahagia, ketawa bersama, rawat Rasha bersama Sampai dia besar nanti" Shani mengusap kasar air matanya, 5 tahun sudah berlalu namun perasaannya masih sama tak berubah sama sekali untuk mendiang suaminya yang begitu melekat di hati juga ingatanya.
Sosok laki-laki yang baik, penyayang, pengertian,hangat, sederhana, kini sudah tak ada lagi di sampingnya, Shani kehilangan sosok Raffa di hidupnya.
"Kamu dulu pernah bilang sama aku kalau nanti anak kita udah sekolah kamu pengen selalu antar jemput dia pulang ,gak hanya itu kamu juga pernah bilang kalau kamu bakalan terus di samping aku, menua bersama sampai maut memisahkan kita berdua t-" Shani menghentikan ucapannya saat dadanya benar-benar merasakan sesak
"Tapi semuanya cuman omong kosong, nyatanya kamu gak nepatin omongan kamu sendiri, pengecut kamu pengecut- ,kamu tega ninggalin aku sendirian, kenapa kamu gak ajak aku ,kenapa kamu pergi, kenapa kamu tega, kamu-" Shani tak sanggup meneruskanya, memeluk erat nisan seolah tubuh hangat suaminya yang berada di pelukannya.
"I miss you so much mas Raffa" Shani mencium nama suaminya dengan penuh perasaan rindunya
Tak jauh dari situ Zayyan berdiri di belakang Shani.
"Cici, pulang yuk, Rasha pasti udah nungguin Cici di rumah om Adhitama" Zayyan menuntun Shani , sebelum pergi Shani berpamitan
"Aku pulang dulu ya mas , anak kita pasti udah nungguin aku di rumah papi"
"Love you"
"Udah yuk ci" Shani mengangguk mulai melangkah pergi dari tempat pemakaman
"Gue pergi duluan ya bang, tenang aja mereka pasti bakalan Zayyan jaga kok" setelah mengucapkan itu Zayyan menyusul Shani yang sudah duluan di depannya.
...........
"Ma-ma, hiks,,,, hiks,,, mama" seorang bocah kecil sedari tadi tak henti-hentinya memanggil-manggil mamanya dengan air matanya mengalir di pipi gembulnya membuat orang rumah di buat pusing tujuh keliling.
Berbagai macam cara sudah mereka lakukan untuk membujuk gadis kecil nan imutt itu untuk berhenti menangis namun tak mempan juga.
"Rasha main dulu yuk sama kak Al, nanti mama pasti datang yuk" bujuk Alveria namun hanya dapat gelengan dari gadis kecil itu
"Nda mau, mama ,,,,, hiks" gadis kecil itu merengek sembari menarik-narik ujung baju Alveria.
"Kak Al, antelin lasha pulang" cadelnya nurun dari sang mama ternyata.
Cklekk
"Mama dat-"
"Eh, kenapa ini kok anak mama nangis sih" Shani menggendong putri kecilnya, Shani mengusap pipi Rasha yang terlihat memerah akibat menangis.
"Kenapa nangis,hm?"
"Mama jahat sama lasha" terlihat bocah kecil itu bersedekap dada, bibir mungilnya mengerucut lucu tanda ia sedang kesal kepada mama nya yang telat menjemputnya, Shani terkekeh melihatnya.
"Kok jahat, emang mama jahatin Rasha ya" di ciumannya seluruh wajah bocah itu mmebuat wajahnya penuh dengan lipstik Shani.
"Ish, geli mama"
"Mama jahat kalna telat jemput lasha!"
"Karena dede bukan kalna" ralat shani
"Ihh, lasha kan cadel" rajuknya dengan mengalihkan pandangannya, matanya menatap sosok yang berada di samping mama nya
"Om Zayyan!!" Rasha berteriak dan meronta dari gendongan Shani
"Pelan-pelan nanti jatuh sayang" Shani hanya menggelengkan kepalanya saat putrinya berlari ke arah Zayyan
"Om" matanya menatap polos sosok dewasa di depanya
"Mau jajan" Zayyan mengumpat dalam hati, anak dari Cicinya ini kalau sudah minta jajan kepadanya membuat dompetnya menangis seketika.
"Eh , om pulang dulu ya di cariin ayah tadi, besok kesini lagi janji" Zayyan memutar badannya hendak kabur namun seketika tamgis Rasha pecah membuatnya mendapatkan tatapan tajam om Adhitama.
"Zayyan!!" Panggil Adhitama penuh penekanan
"Oke fine jajan" Rasha langsung menghentikan tangisnya dan melompat lompat kecil saat keinginannya terpenuhi.
"Masih kecil udah matre" Guman Zayyan yang masih di dengar Shani.
"Cici dengar ya!" Zayyan menampilkan cengiran khasnya. "Damai ci damai"
End. Beneran inimah gak bohong. Ceritanya udah selesai. Raffa meninggal gak nemenin Shani sampe kakek nenek.wkwk
Tapi tenang aja, masih ada cerita baru, nama pemeranya masih sama cuma laki-lakinya aja yang beda.
Judulnya 'My ice Queen' jangan lupa mampir okee . Cek di profil aku segera
SalamRindu^^°
KAMU SEDANG MEMBACA
Perjodohan 2 [<Continue]
Short StoryBagian 2 setiap insan manusia sudah pasti akan mendamba mempunyai rumah tangga yang harmonis, memiliki istri yang perhatian,memiliki sikap yang manis,lemah,lembut dan sudah pasti saling mencinta. namun bagaimana jika seandainya pernikahan yang dibay...