Sudah hampir tiga hari Rakka ijin tidak masuk ke sekolah dan istirahat di rumah bagaimana tidak tubuhnya serasa akan remuk jika dirinya bergerak sedikit saja.
Untuk makan saja dirinya selalu merepotkan ibunya
"Rakka!" Seseorang duduk di samping ranjang Rakka, tatapannya tak lepas dari wajah tampan sang empu
"Ica?" Rakka sedikit terbangun guna menyandarkan tubuhnya
"Iya aku Ica, aku kira kamu udah lupa sama aku" tanganya mengusap pelan lebam di sudut bibir Rakka
"Mana mungkin aku lupa, kamu satu-satunya sahabat aku disini"
Tidaklah tau Rakka jika ucapannya barusan membuat hati Ica sedikit teriris. Sahabat ya
"Kamu ngapain siang siang kesini, gak sekolah?"
"Ya jenguk kamu, masalah sekolah hari ini aku izin sama setengah hari".
Rakka menggeleng mendengar penuturan Ica barusan.
"Kamu kenapa bisa babak belur kayak gini sih". Ica mengusap lembut pipi Rakka yang sedikit berwarna ungu. besem
"Lagian kenapa Akbar bisa gebugin kamu kayak kemarin, kamu ada masalah sama mereka?." Ica mendudukkan tubuhnya di kasur empuk milik Rakka.
"Gak ada masalah cuma mereka aja yang seneng nyari masalah sama aku, Ica".
Ica mangut mangut kemudian menatap sekeliling kamar Akbar yang rapi, sangat jauh berbeda dengan kamarnya yang sedikit berantakan.
" Ica."
"Ya?."
####
Sedari tadi Shani hanya menatap putrinya dengan jengah, bagaimana tidak Rasha sedari tadi hanya bolak balik seperti sertikaan listrik.
"Kamu bikin Mama pusing, kamu bisa duduk kan?!!". Shani menaruh gelasnya di atas meja kemudian berjalan menghampiri Rasha
"Kamu kenapa?".
Rasha hanya terdiam menatap wajah mamanya dengan mata berkaca-kaca, suasana hatinya sedang tidak baik-baik saja, selain karena merindukan Rakka ia juga khawatir dengan Keadaan laki-laki itu yang sudah 3 hari tidak masuk ke sekolah, jangan tanyakan ia bisa tau dari mana jika selama 3 hari itu ia sering mengirim mata-mata.
"Kamu kenapa cerita sama mama." Shani menyeka air mata Rasha yang mengalir di pipi mulusnya.
Rasha hanya menggeleng kemudian memeluk erat tubuh mamanya. Dapat Shani rasakan tubuh Rasha sedikit bergetar karena Isak tangisnya.
"Cenggeng banget anak mama". canda Shani menoel hidung Rasha yang memerah.
Hiks hiks
"Ma".
"Iya? Ngomong aja gak papa sayang". Shani menuntun untuk duduk di sofa, kaki tuanya sudah merasakan pegal akibat lama berdiri.
"Kenapa hmm, kamu pengen dedek bayi?". Spontan Rasha menatap mamanya dengan galak.
"MAMA MAU NIKAH LAGI, IYA??"
Teriak Rasha kencang membuat Shani menutup telinganya rapat rapat.
dadanya naik turun, belum selesai dengan masalahnya sekarang muncul masalah baru dan itu mamanya sendiri.
"Mama mau nikah lagi, iya? Mama udah gak cinta lagi sama papa Raffa?"
"Mama jahat!"
Shani langsung panik saat melihat putrinya berlari ke arah kamarnya bergitu saja, niat hanya ingin bercanda malah jadi seperti ini kejadiannya.
dengan langkah lebarnya Shani menyusul Rasha.
Ckelek
Pemandangan pertama kali yang ia lihat adalah Rasha yang tengah menangis memandangi foto Almarhum suaminya.
"Hiks, papa. Rasha kangen sama papa, papa kenapa ninggalin kita waktu Rasha baru lahir dulu".
Rasha menangis sesenggukan seraya meraba wajah papanya yang terlihat sangat tampan di foto kecil itu.
"Papa ganteng banget, pantesan mama gak bisa move on". Ia terkekeh sendiri, ia tak dapat membayangkan sebucin apa mama dan papanya dulu.
"Rasha".
Shani merengkuh tubuh putrinya yang masih bergetar karena menangis di atas kasurnya.
"Maafin mama, mama cuma bercanda sayang".
"Mana ada mama gak cinta sama papa kamu, papa kamu selamanya gak akan pernah terganti oleh siapapun meskipun papa udah gak di samping mama lagi".
Shani memandangi foto Raffa dengan tersenyum, rasa rindu itu akan selalu hadir di dalam dadanya setiap waktu.
"Ma ,papa ganteng banget. Pantesan Rasha cantik kayak gini".
Susana hati Shani yang semula mode galau kembali berubah saat mendengar Rasha yang begitu PD.
Matanya mendelik. "Pilihan mama emang gak pernah salah , makanya kamu cantik, tapi lebih cantikan mama".
Tiba-tiba wajahnya berubah sendu, Rasha menghadap ke arah mamanya dengan sedih.
"Mama kangen sama papa?".
Shani tersenyum lembut. "Tanpa kamu nanya ke mama pun setiap hari mama juga kangen sama papa kamu".
"Jenguk ke papa yuk ma, Rasha kangen". rengek nya mengajak mamanya, Shani hanya tersenyum kemudiannya mengangguk.
####
"Assalamualaikum pa, Rasha Dateng nih jenguk papa, bareng sama mama juga". Rasha mengusap batu nisan dengan tatapan sedih.
"Papa tau, andai aja kalo papa masih ada pasti Rasha seneng banget bisa kumpul bareng, liburan bareng, pokoknya ngabisin waktu bareng bareng".
Shani menatap dari kejauhan, perasaan rindunya akan selalu membuncah untuk mendiang suaminya, andaikan waktu bisa untuk di putar kembali mungkin Shani tidak akan pernah menyia-nyiakan waktunya untuk terus membuat kenangan indah bersama Raffa.
Hati pedih setiap kali Rasha bertanya tentang seperti apa sosok papanya, Shani bahkan sampai tidak bisa mendiskripsikanya. Pada intinya Raffa adalah suami terbaik yang tak akan pernah hilang di ingatanya.
"Papa tau Rasha lagi suka sama seseorang pa, dia baik, ganteng,sopan pokoknya dia itu sempurna di mata Rasha."
"Rasha suka, sukaaaa bangeet! Tapi Rasha juga malu pa sama temen temen yang lain, masa orang yang selama ini Rasha bentak bentak Rasha cuekin malah Rasha sukai sih ".
"Kan maloeee".
Bibir gadis itu melengkung ke bawah dengan cemberut. "April bilang Rasha denial, padahal Rasha cuma belum siap aja bilang sama Rakka kalau Rasha juga suka".
"Rasanya Rasha pengin ngamuk aja kalo inget cowok yang Rasha suka di deketin sama perempuan lain".
"Aaa Rasha cemburu!!".
Shani tersenyum mendengar curhatan putrinya, oh ini ternyata yang sering membuat putrinya terkadang uring-uringan tidak jelas, Shani hanya menggeleng pelan. Dasar anak muda
#SalamRindu
KAMU SEDANG MEMBACA
Perjodohan 2 [<Continue]
Short StoryBagian 2 setiap insan manusia sudah pasti akan mendamba mempunyai rumah tangga yang harmonis, memiliki istri yang perhatian,memiliki sikap yang manis,lemah,lembut dan sudah pasti saling mencinta. namun bagaimana jika seandainya pernikahan yang dibay...