07

101 8 0
                                    

"besok ada acara di kantor , dan papi minta sama aku buat ajak kamu kesana" Raffa yang tenggah sibuk mengepel lantai sejenak menghentikan aktivitasnya karena ucapan Shani barusan.

"Kenapa?" Bisa-bisanya dirinya bertanya seperti itu, Raffa merutuki kebodohannya.

"Apanya yang maksudnya kenapa?" Shani mengalihkan pandangannya dari berkasnya dan menatap Raffa.

"M-maksud a-aku , kenapa kok tumben kamu ajak aku?" Shani mendelik mendengar ucapan barusan.

"Kamu budeg? Udah aku bilang tadi papi yang minta bukan aku!!" Sarkasnya kemudian kembali dengan berkasnya.

Raffa mengangguk, kemudian melanjutkan aktivitasnya mengepel lantai, tiba-tiba terdengar suara Shani .

"Raffa sini kamu" perintah Shani

Raffa menaruh alat pelnya kemudian menghampiri Shani yang tengah bersadar pada sofa dengan matanya yang tertutup.

"Pijitin kepala aku, pusing banget" Shani memerintah dengan mata yang masih tertutup, Raffa mengangguk kemudian memijit kepala Shani dengan pelan.

Dipandanginya wajah cantik Shani , seulas senyuman terbit di kedua sudut bibir Raffa. Ah, andai saja perlakuan Shani seperti layaknya istri yang baik terhadap suaminya, betapa bahagianya ia jika seandainya itu terjadi.

Kemudian ia teringat sesuatu "Shani" panggilan pertama masih belum dijawab.

"Shan"

"Shannnn"

"Shaniiiiiiii" panggilan ke empat masih saja Shani belum menanggapi panggilannya, seketika Raffa punya ide cemerlang di otaknya.

"Caniiiii" suara yang terdengar menggemaskan dari Raffa mampu membuat Shani membuka kedua bola matanya dalam sekejap, entahlah dirinya merasakan sensasi aneh dalam dirinya saat Raffa memanggilnya seperti itu.

Raffa tersenyum senang melihat Shani membuka matanya.

"Kenapa?" Tanya Shani dengan berusaha menampilkan wajah datarnya.

"Aku cuman mau ngasih tau sama kamu kalo aku udah dapet pekerjaan" Raffa berucap dengan antusias.

"So?"

"Aku minta izin sama kamu buat kerja besok" Raffa mengehentikan pijitannya, kemudian maju kedepan dan jongkok di hadapan Shani.

"Ya walaupun cuma jadi sopir, tapi setidaknya aku mau kerja buat kebutuhan kita Shan" Shani tertawa remeh .

"Cuman mau jadi sopir aja pamer sama aku"
Shani menaikkan alisnya, kemudian berniat untuk berdiri namun dihalangi Raffa .

"Kamu izinin aku kan?" Tanya Raffa dengan penuh harap, biarlah meskipun kata Shani barusan sedikit meremehkannya, namun dirinya akan tetap mengambil pekerjaan itu , daripada harus dirumah dan nganggur. Iya kan?

"Terserah" ucap Shani acuh kemudian melangkahkan kakinya menuju kamarnya.

........

Di atas balkon kamarnya Shani menikmati udara sore dengan ditemani secangkir teh di tangannya, fikiranya melayang jauh dan jatuh pada pada ucapan zayyan beberapa hari yang lalu saat di kantor, kata-kata adiknya itu sedikit menamparnya dengan keras.

"Hahh" helaan nafas Shani dengan sedikit menyimpan beban hati dan fikiranya.

Flashback on

Waktu itu saat Shani tengah duduk di cafe shop seorang diri di pojokan , dan kebetulan tempat itu tempat dimana Zayyan tengah singgah bersama dengan ke tiga sahabatnya.

Tanpa sengaja Zayyan melihat Kakak sepupunya itu tengah menikmati segelas coffe dengan pandanganya yang menatap fokus pada layar monitor.

Perjodohan 2 [<Continue]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang