40

167 12 1
                                    

Suara roda brankar berdecitan dengan lantai membuat beberapa orang yang berada di sekitar rumah sakit menoleh ke arah mereka

"S-ak-it" rintih Shani sembari memegang perutnya yang terasa nyeri

"Sabar dulu okey, dokter bakalan periksa sebentar lagi" kini brankar Shani sudah masuk ke dalam ruangan sementara Alvas menunggu di luar sembari mengirimkan pesan kepada  sepupu Shani. Zayyan.

Mondar mandir sembari mengacak rambutnya.
Jelas Alvas panik , sudah pasti Shani akan melahirkan anak pertamanya, ah sedikit terbesit perasaan bersalah hinggap di hatinya, andai tadi dirinya tak menghubungi Shani untuk bertemu di cafe , sudah pasti saat ini Suami Shani lah yang berada di samping perempuan itu.

Ngomong-ngomong soal suami Shani, kemana perginya laki-laki itu, padahal sudah sedari tadi dirinya menyuruh anak buahnya untuk melacakb keberadaannya. Namun sampai sekarang belum juga ada yang mengabarinya.

"Silahkan bapak bisa temani istrinya di dalam,sudah saya periksa dan baru pembukaan tiga, saya perkirakan istri bapak akan melahirkan besok pagi, mengingat bahwa istri bapak baru pertama kali untuk melahirkan otomatis pembukaan akan membutuhkan waktu yang sedikit lama"

Setelah selesai mendengarkan penjelasan dokter Alvas langsung masuk ke dalam menemui Shani.

"Alvas, suami aku, kamu udah cari dia kan" kembali Shani mengeluarkan Air mata, dirinya harap saat melahirkan nanti Raffa sudah berada di sampingnya menemani dirinya melahirkan buah hati mereka lahir kedunia

Alvas menggeleng kepalanya tanda dirinya belum menemukan suami Shani.

Cklekk

Pintu terbuka menampilkan raut wajah khawatir papi Adhitama beserta anak dan istrinya. Tak lupa laki-laki yang sempat Alvas hubungi tadi

"Shani sayang" Adhitama memeluk erat putrinya, tangannya menyeka keringat yang membasahi dahi Shani. Sedangkan 4 orang tak lain ny Seira, Alveria,Zayyan dan Alvas berdiam diri di ruangan Shani.

"Pa-pi" Shani menangis di pelukan papinya, hatinya merasakan nyeri,entah karena apa juga perasaannya yang tiba-tiba mulai tak enak, hatinya gelisah.

"Shani sayang hey, kenapa nangis, perut kamu sakit, papi panggil dokter okey?" Shani menggeleng.

"Mas ra-fa Pi" Adhitama melepaskan pelukannya, Adhitama baru sadar jika tidak ada menantunya di sini. Matanya berhenti pada sosok yang berdiri tak jauh darinya. Alvas. Mantan kekasih Shani dulu yang sangat tak di sukainya, matanya beralih ke Shani saat putrinya menangis semakin deras

" papi, Shani buat salah sama mas Raffa papi, maafin Shani, maaf" Shani memeluk erat Alveria saat gadis itu mendekat ke arahnya dan menariknya dalam pelukan, Alveria menatap sedih kakak nya yang terus menangis.

"Kak Shani jangan nangis okey, kasian dedenya" ucap Alveria mengusap perut Shani.

Hiks

Hiks

"Shani salah d-"

"Sssstt- Cici gak usah jelasin semuanya kalo pada akhirnya cuman buat Cici nangis, sekarang Cici istirahat okey" timpal Zayyan berdiri di samping brankar Shani .feeling nya tak enak saat menyadari masa lalu Cici nya berada di sini.

"Zayyan ,tolong cari mas Raffa buat Cici" Shani menatap penuh harap kepada adiknya untuk mencarikan suaminya.

"Cici tenang aja, Zayyan pasti bakalan cari bang Raffa"

"Arghhhh" Shani kembali merintih kesakitan saat perutnya merasakan nyeri yang lebih sakit dari yang sebelumnya.

Semuanya menatap Shani dengan panik. "Sayang hey"

Perjodohan 2 [<Continue]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang