"Selamat buat bapak dan ibu usia kandungannya sudah memasuki 3 Minggu"
Deg
Shani terdiam mematung mencerna ucapan dokter barusan ."h-hamil dok?" Tanya Shani memastikan, Raffa langsung beranjak menghampiri Shani sekaligus memastikan bahwa pendengarannya tak salah
"Iya Bu selamat ya atas kehamilannya di jaga baik-baik kondisi tubuh ibu agar calon buah hati ibu selamat sampai lahir!"
Air mata Shani mengalir begitu saja membasahi wajah cantiknya." Mass!" Shani menghamburkan tubuhnya di pelukan Raffa, rasa bahagia dan syukur dirinya ucapkan berkali-kali
"Aku hamil, aku bakalan jadi ibu!!"
Raffa memeluk tubuh Shani erat betapa bahagianya dirinya sekarang.
"Iya sayang, kamu bakalan jadi ibu!!"
Setelah selesai dengan acara pelukannya Raffa memohon maaf kepada dokter itu kemudian berpamitan untuk segera pulang tak lupa dengan ucapan terimakasih.
Kini mereka berdua sudah berada di dalam mobil. Sedari tadi tangan Raffa tak melepaskan tangan Shani untuk di genggamannya.
"Anak mama sehat-sehat ya di sana!" Ucap Shani mengusap perutnya yang masih rata menggunakan tanganya yang satu.
"Iya mama!" Saut Raffa menirukan Suaranya seperti anak kecil , Shani tekekeh pelan ."cie yang bakalan jadi papa!"
"Ciee juga yang bakalan jadi mama!!" Mereka berdua kemudian tertawa bersama. Bahagia. tentu saja, sebentar lagi keluarganya akan utuh dengan kehadiran buah hati mereka.
"Mau langsung pulang?"
Shani berfikir sejenak kemudian menggeleng."ke mall dulu yuk, jalan-jalan aku pengen main ke Time zone!" Menampilkan wajah menggemaskan.
Tanpa berlama-lama Raffa langsung melanjukan mobilnya ke mall,dan tak membutuhkan waktu yang lama karena jarak rumah sakit dengan mall tidak terlalu jauh mereka pun sampai, sebelum sampai Raffa menahan tangan Shani sebelum keluar.
"Boleh main ke Time zone tapi jangan capek-capek, oke?"
"Kasian Dede nya!" Shani tersenyum dan mengangguk. "Iya!"
Raffa mengembangkan senyumnya kala melihat raut wajah bahagia Shani. "Mas ayo buruan!!" Tangannya ditarik begitu saja tanpa persetujuanya, bukan masalah asalkan Shani bahagia.
"Mau kesitu!" Tunjuk Shani ke arah time
Raffa mengangguk membuat shani berteriak kegirangan. Cup . Diciumnya pipi Raffa sekilas "makasih papa!"
Mumpung libur ,ah sebenarnya tidak libur karena tiga hari kemarin Shani selalu mencegahnya untuk tidak berangkat bekerja, katanya tak mau sendiri lah, masih kangen lah macam-macam alasan Shani berikan untuk membuatnya mengurungkan niatnya untuk berangkat bekerja.
Dan bukan Raffa namanya kalau tak menuruti rengekan Shani.Dan hari ini dirinya akan memanjakan Shani, apapun yang perempuan itu mau bakalan dirinya turuti selagi itu membuat Shani bahagia. Tak masalah
Raffa mencuri foto Shani melalui ponsel genggamnya saat perempuan itu tengah asik dengan dunianya sendiri , huh terkadang rasa takut menyelimuti hatinya, wajah ayu dan paras Shani yang sempurna, siapa sih orang yang tidak akan terpesona, mungkin hanya orang buta saja.
Shani berjalan menghampiri Raffa yang hanya duduk berdiam diri memperhatikannya dari jauh . "Capee!!"
"Aduh cape ya, istirahat dulu ya atau mau makan dulu?" Shani menyenderkan tubuhnya di dada bidang Raffa. "Makan dulu, habis itu lanjut lagi, boleh kan?" Selalu saja wajah menggemaskan itu yang Shani berikan untuknya dan pada akhirnya dirinya tak bisa menolak. "Iya!"
Hari ini Raffa benar-benar menuruti semua keinginan yang Shani mau , setelah selesai dengan acara makan siang Shani dengan antusiasnya menyuruhnya untuk memberikan boneka yang berada di dalam mesin capit.
Dan mau tau mau Raffa menurut meskipun sudah berulang kali gagal namun dirinya tak menyerah begitu saja."Papa, ayo semangat dede mau boneka itu!!" Ucap shani memberikan semangat pada suaminya itu, meskipun sedikit kelelahan namun Raffa tak menyerah begitu saja.
Shani bertepuk tangan seperti anak kecil saat melihat mesin itu hampir saja berhasil membawa boneka yang di inginkanya namun gagal ,mesin itu kembali menjatuhkan bonekanya ke bawah
Raffa kembali memasukkan koin terakhir yang dirinya punya, meskipun dompetnya hampir terkuras namun Raffa tak apa , ingat kan. Asal Shani bahagia
Dari samping Shani melihat wajah serius Raffa yang masih dengan semangat bermain dengan mesin capit . setitik perasaan bersalah hadir di hatinya, dirinya tau Raffa menghabiskan banyak uang untuk menuruti semua keinginannya terutama yang ingin boneka itu, padahal kalau di fikir, boneka itu banyak di jual di sekitar mall namun dirinya malah memilih menyuruh Raffa untuk mendapatkan boneka itu dari mesin capit.
Satu bulir cairan bening jatuh di pipinya berbarengan dengan Raffa yang berteriak kesenangan saat usahanya membuahkan hasil, segera Raffa mengambil boneka itu dan berjalan mendekati Shani.
"Hiks.... Maaf!" Wajah Shani menunduk saat Raffa sudah berdiri di depannya.
"Hei, kenapa nangis, aku kelamaan ya dapetin bonekanya buat kamu?" Di usapnya jejak air mata di pipi Shani.
"Maaf!!" Shani terisak di pelukan Raffa membuat laki-laki itu sedikit panik.
"Sayang hei, kamu kenapa? Bilang sama aku!"
"Maaf aku udah bikin kamu kerepotan sama aku yang minta ini itu!!" Hidung Shani memerah membuat Raffa gemas.
"Kenapa kamu harus ngerasa bersalah kalau aku aja malah seneng sama rengekan-rengekan kamu!" Shani mencubit pinggang Raffa sebal
"Awsh sakit jangan di cubit caniii!!"
Meskipun banyak orang yang melihat kearah mereka dengan tatapan mata yang beragam , Shani dan juga Raffa acuh tak mau peduli, mereka asik dengan dunia mereka sendiri.
Shani menerima boneka itu dengan gembira ."sayang mas banyak-banyak!!"
"Yaudah pulang yuk, udah mau sore!"
Shani mengangguk dan mengandeng lengan Raffa dengan posesif..Sampainya di dalam mobil Shani terus saja menatap wajah suaminya yang semakin lama semakin tampan saja.
"Mass!"
"Hmm?" Raffa tak mengalihkan pandangannya yang tengah memasang sabuk pengaman
"Aku!"
"Iya, apa Shani?" Kini atensinya sepenuhnya menatap ke arah Shani dengan senyuman
"Sayang kamu!!" Shani sedikit memajukan wajahnya dan mencium pipi kiri Raffa.
End
Terimakasih .....
Ehh tapi boong
Hiyaa hiya hiya....... Wkwkw
SalamRindu^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Perjodohan 2 [<Continue]
Short StoryBagian 2 setiap insan manusia sudah pasti akan mendamba mempunyai rumah tangga yang harmonis, memiliki istri yang perhatian,memiliki sikap yang manis,lemah,lembut dan sudah pasti saling mencinta. namun bagaimana jika seandainya pernikahan yang dibay...