28

159 10 0
                                    

Beberapa hari berada di lokasi yang jauh dari kota, kini Shani memutuskan untuk kembali kerumah yang sudah lama dirinya tinggalkan bersama Raffa.

Selain karena itu , setiap harinya dirinya selalu di hantui dengan dering ponselnya yang sering menyala , siapa lagi pelakunya kalau bukan Viny.

"Shan" panggil Raffa dengan ragu-ragu.

"Hmm" dehem Shani seraya melepaskan sealtbelt

"Kamu gak papa kan kalau aku kerja masih jadi sopir, sama kayak kemarin kemarin " ungkapnya dengan hati-hati.

Shani menghela nafasnya dengan kasar

"Kalau aku bilang enggak?!"

Sudah Raffa duga sebelumnya kalau Shani pasti tidak akan mengizinkan dirinya untuk bekerja.

"Kalau kamu gak bolehin ya terpaksa aku resain" setidaknya Raffa tau diri juga, seorang Shani memiliki suami seperti dirinya yang hanyalah seorang supir pasti sangat memalukan, apalagi kalau media sampai tau, mau di taruh muka istrinya.

"Baguss!"

Setelah mengucapkan itu Shani langsung keluar dari mobil dan masuk kedalam rumah.

Raffa kini memutar otaknya, bagaimana kalau dirinya tidak bekerja, dimana letak harga dirinya sebagai seorang suami yang tak bisa mencukupi kebutuhan istrinya.
Dirinya merasa hidupnya benar-benar tidak berguna.

"Aku cuma minta kamu berhenti dari pekerjaan supir kamu , tapi aku gak larang buat kamu cari pekerjaan lain"

Suara dari arah belakang itu mengagetkan Raffa.

"Kamu boleh cari pekerjaan baru selain jadi supir perempuan muda itu, Aku gak suka!!!" Tanpa sadar dan terang-terangan Shani mengucapkan itu dengan tegas.

Raffa mengulum senyumnya " kamu cemburu?"

"Mana ada!!" Elaknya , sial kenapa bisa kelepasan sihh, batinya

"Iya aku paham, aku bakalan cari kerja yang lain kok" wajahnya menampilkan senyum tulus.

"Gimana kalau kamu kerja di kantor aku aja" entah lintasan dari mana ide itu muncul di kepalanya

"Kamu mau kan?" Dengan penuh harap Shani, Raffa akan mengiyakan usulannya

"Tapi aku-"

"Udah pokoknya kamu nurut aja!!" Ucapnya tanpa mau di bantah lagi.

"Iya aku mau, asal aku jadi OB juga gak papa"

"Man-"

"Kalau kamu gak bolehin aku jadi OB itu artinya juga aku gak mau ikut kerja di kantor kamu Shani"  Ancam Raffa, dengan pasrah Shani menyetujui itu, lebih baik jadi OB di kantornya daripada harus jadi sopir , bukan masalah sopirnya tapi dirinya takut jika sewaktu-waktu suaminya kepincut dengan perempuan gatal itu.

Huhh membayangkanya saja sudah membuat hatinya panas .

Ucapan Raffa benar-benar dituruti Shani walaupun dengan sedikit berat hati namun semuanya sudah terlanjur, mau bagaimana lagi

Di sepanjang koridor semua karyawan menatap Shani dengan takjub bercampur heran, tat kala seorang laki-laki muda juga berjalan di samping atasan mereka.

Bisik-bisik mulai terdengar namun Shani menghiraukan begitu saja, berbeda dengan Raffa yang saat ini tengah menunduk malu karena sedari tadi terus di perhatikan.

"Semuanya dengarkan!!!" Teriak Shani dengan tegas , para karyawan yang tadi berbisik ria kini berhenti dan mulai memperhatikan apa yang akan atasan mereka katakan.

Perjodohan 2 [<Continue]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang