Hujan deras mengguyur kota Jakarta saat ini, suara petir bersahut-sahutan terdengar sangat memekakkan telinga.
"Sayang kenapa melamun hm?" Ny Seira menghampiri putrinya yang tengah memandang hujan dengan tatapan kosong di balik jendela.
"Mami"
"Iya kenapa?" Tangannya mengusap kepala putrinya dengan lembut.
"Salah gak sih kalau Alveria berharap 'dia' kembali ke pelukan Alveria lagi?" Alveria menatap maminya dengan mata yang mulai berkaca-kaca
"Kenapa bilang gitu, kamu belum bisa melupakan masa lalu kamu?" Alveria menggeleng
"Bukanya belum mi tapi emang gak bisa" cairan bening mulai menetes satu-persatu di pipi Alveria.
"Alveria masih cinta sama dia mi , takdir yang dengan kejamnya misahin kita berdua dengan dia yang pergi ninggalin aku mi" pecah sudah tangis Alveria di pelukan maminya.
"Sutt anak mami gak boleh cengeng, emang siapa sih yang udah buat anak mami jadi sedih dan gamon kayak gini?" Tangannya menyeka air mata putrinya yang terus mengalir.
"Raffaka mi" hanya jeritan hatinya yang mampu berteriak keras seperti itu, nyatanya mulutnya belum bisa terbuka dengan lebar dan mengatakan yang sebenarnya bahwa Raffa orang itu yang kini menyandang status sebagai kakak iparnya.
"Lupain masa lalu kamu sayang, jangan pernah kamu hidup dengan di bawah bayang bayang masa lalu kamu"
Alveria mengangguk meng-iyakan meskipun bertolak belakang dengan hatinya yang berkata tidak.
...........
"Shan lepasin aku lagi masak" sedari tadi pelukan erat tak pernah Shani lepaskan di perut Raffa.
Sudah di bilang bukan hari ini dirinya ingin menghabiskan waktunya dengan bermanja-manja ria pada suaminya.
Bukanya melepaskannya pelukanya tangannya malah dengan jahil mengusap punggung Raffa dengan lembut.
"Shani lepasin dulu ya nanti ayamnya gosong, kamu mau makan makanan yang udah gosong?" dengan lembut Raffa memberikan pengertian.
Shani mendengus Kala tangannya di paksa melepaskan pelukannya, bibirnya mengerucut bersekap dada seperti anak kecil kemudian pergi duduk di meja makan.
Sebuah dering ponsel milik Raffa menyadarkan lamunannya, bukanya mengangkat malahan Shani abaikan begitu saja.
Lama kelamaan dirinya kesal sendiri kala suara ponsel yang tak mau berhenti.
Tanpa melihat sang pemilik nama penelpon Shani menggeser tombol warna hijau dengan cepat.
"Gue hamil"
Degg
...........
Raffa tersenyum puas kala hasil masakannya yang terlihat menggugah selera , disana Shani masih duduk dengan tenang menunggu masakannya selesai.
"Shani makannya u-"
Plakkkk
Wajah Raffa sampai menoleh kesamping saking kerasnya tamparan yang Shani layangkan.
Terlihat wajah itu yang merah padam dengan mata tajamnya melihat ke arahnya
"Hey kamu kenapa nangis?" Di letakkanya makanan itu diatas meja, tanganya hendak menghapus jejak air mata itu namun di tepis kasar oleh Shani.
"Siapa?" Wajahnya mengeryit bingung dengan pertanyaan dingin yang Shani lontarkan dan apa yang maksudnya siapa?
"Kamu bicara apa aku gak ngerti Shani?" Jujur dirinya tak mengerti kenapa tiba-tiba Shani berkata seperti itu dan melayangkan tamparanya
"Siapa orang yang udah kamu hamilin?"
"JAWAB!!!!!!"
"Maksudnya apa si Shan aku gak tau dan siapa yang hamil?" Dengan sigap Raffa menahan tangan Shani yang hendak menamparnya kembali, ditariknya tubuh itu di pelukannya, meskipun Shani berontak namun dirinya sekuat tenaga menahan dan mengeratkan pelukannya.
"Kamu hianatin aku Raffa" ucap Shani dengan terisak setelah lelah dengan pemberontakannya yang tak berhasil.
"Kamu salah paham Shani, aku gak pernah hianatin kamu, dan sekarang bilang sama aku kenapa kamu nuduh aku kayak gitu?"
Ditatapnya wajah cantik dengan mata sembab itu dengan dalam.
Tak ada jawaban, teringat dengan Shani yang tadi sempat menerima telepon dari ponselnya, mungkinkah shani berkata seperti itu karena orang yang dibalik telpon mengatakan yang tidak-tidak tentangnya.
Diraihnya ponsel itu yang tak jauh dari tempatnya berdiri, terlihat di panggilan nama Sandi yang tertera disana.
Tiba-tiba senyumannya merekah kala mengingat sesuatu.
"Kamu kenapa senyum-senyum? Jadi bener kamu hamilin anak orang?" Tangannya memukul-mukul kecil dada Raffa , hatinya merasakan sakit kala dengan teganya Raffa melakukan itu semua kepadanya.
"Kamu salah paham sayang, ini yang telfon sandi temen aku , dan orang yang tadi bilang tentang aku yang hamilin anak orang itu istrinya dia, dia kira aku yang angkat makanya bilang kayak gitu"
"Dia bilang apa sama kamu?"
"Gue hamil"
"Nah kan, itu istrinya sandi sayang, dia bilang kayak gitu Karena lumayan Deket sama aku dari zaman kita SMA dulu"
"Tapi kenapa harus bilang kalau 'gue hamil' aku jadi takut dan bayangin yang enggak-engga" Shani menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Raffa , tangannya mencengkram kaos Raffa sampai terlihat kusut akibat ulah tangannya.
"Kamu percaya kan sama aku?" Di pelukan Shani mengangguk-angguk kecil terlihat sangat lucu di mata Raffa.
.......
Setelah selesai dari drama kecil tadi kini mereka berdua sudah berada di dalam kamar bersiap-siap untuk tidur.
Dengan telaten Raffa merapikan meja rias Shani yang terlihat berantakan, sementara Shani sendiri hanya melihat Raffa dengan tatapan tanpa berkedip.
Perfect!
"Kenapa belum tidur?" Kini mereka berdua sudah berada pada selimut yang sama.
"Nungguin kamu" ucapnya tersenyum manis.
Dengan piama yang bergambarkan anime karakter Jepang membuat Shani terlihat sangat lucu di mata Raffa.
"Sekarang aku udah disini yaudah sekarang tidur yuk" Raffa membenarkan bantalnya supaya lebih nyaman.
"Raffa" tatapan Shani ada yang berbeda dan Raffa menyadari, tatapan itu lebih terlihat mengandung banyak arti (?)
Perlahan Shani menggeserkan duduknya agar lebih dekat dengan Raffa.
Shani mendekatkan wajahnya di telinga Raffa sebuah bisikan yang terdengar lembut namun mampu membuat tubuhnya menegang seketika.
"Buat debay yuk"
Sumpah demi apapun ngetik apaan dah sayeee ,,,, geli sendiri bacanya wkwkwk😂🙏
Oh iya btw cek di profil aku sekarang, ada cerita baru ya intinya buat pengenalan dulu lah hehe ....
Buat cerita ini juga masih berlanjut kok ...SalamRindu^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Perjodohan 2 [<Continue]
Short StoryBagian 2 setiap insan manusia sudah pasti akan mendamba mempunyai rumah tangga yang harmonis, memiliki istri yang perhatian,memiliki sikap yang manis,lemah,lembut dan sudah pasti saling mencinta. namun bagaimana jika seandainya pernikahan yang dibay...