31

139 9 0
                                    

Full moment Shani & Raffa

Sampainya di halaman rumah Shani masuk dengan langkah tergesa-gesa.
Nafasnya sedikit tak teratur karena langkahnya yang tak santai.

Meskipun sedikit kesulitan karena memakai hells Shani memaksakan langkahnya untuk naik ke atas lewat tangga.

Di bukanya pintu, pemandangan pertama yang dilihatnya yaitu Raffa yang tengah terbaring di kasur dengan wajah pucatnya, bergegas Shani masuk dan naik di atas kasur samping suaminya yang tengah menahan sakit

Merasakan ada pergerakan seseorang di samping Raffa membuka matanya "shanii!" Suaranya terdengar lirih

"Mas hey, kamu kenapa jangan buat aku khawatir" tangan Shani mengusap dahi Raffa yang penuh dengan keringat dingin, wajahnya menandakan dirinya tengah khawatir luar biasa

"Aku gak papa sayang, cuman kecapean" ucap Raffa menenangkan Shani yang tengah menatap sendu ke arahnya.

"Aku anter kedokter aja ya" ajak Shani namun di hadiahi gelengan kepala.

"Gak usah aku gak papa Shan"

"Sini" Raffa menarik tangan Shani untuk berbaring di sampingnya, Shani menurut dan kini berbaring di samping Raffa dengan badan yang menyamping.

"Aku cuman butuh pelukan kamu dan itu udah cukup buat aku sembuh" ucap Raffa kemudian melingkarkan tangannya di perut Shani.

Sebelum tangannya berhasil memeluk tubuh istrinya, Shani menyuruh Raffa meminum obat penghilang nyeri terlebih dahulu , sesudah menelan pil yang terasa sangat pahit di tenggorokannya Raffa kembali melingkarkan tangannya

"Lagi sakit sempet-sempetnya ngegombal" Shani menarik hidung Raffa gemas kemudian membalas pelukan hangat suaminya.

Raffa menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Shani mencari kenyamanan di sana, tangan Shani tak tinggal diam diusapnya rambut Raffa yang kini tepat di bawah dagunya.

" Shanii" panggil Raffa

"Iya kenapa, hm?"

"Aku seneng banget hari ini!"

"Seneng banget? Emang hari ini kamu kenapa?" Alisnya terangkat heran dengan ucapan suaminya

"Iya aku seneng banget meskipun aku sakit tapi setidaknya aku bisa dapet perhatian kamu hari ini" Shani terdiam mendengar apa lagi yang akan Raffa katakan

"Aku berharap buat hari-hari selanjutnya kamu tetep masih bisa begini, perhatian sama aku, dan kayaknya juga aku rela deh kalau setiap hari sakit biar bisa buat kita bareng-bareng kayak gini" Raffa melepaskan pelukannya dan menatap mata Shani, mata mereka kini beradu pandang , tanganya dengan lembut mengusap wajah yang selalu dirinya rindukan setiap malam.

"Kamu kenapa?"

"Apanya yang kenapa?"

"Jangan buat aku kembali merasa bersalah sama kamu sayang, aku tau kita emang jarang banget ada waktu berdua karena aku yang terlalu sibuk sama pekerjaan,tapi mulut kamu ini" Shani berhenti berbicara dan mengusap bibir Raffa lembut "jangan pernah berbicara rela sakit hanya untuk menciptakan moment kita!"

Raffa tersenyum mencium kening Shani agak lama, entahlah akhir-akhir ini dirinya meraskan sesuatu yang tak enak di hatinya

"Jadi gimana, besuk mumpung hari libur kita habisin waktu berdua buat jalan-jalan, kamu mau kan?" Ucap Shani penuh harap

"Apasih yang gak buat kamu!" Shani tersenyum lebar dan kembali memeluk tubuh Raffa dengan erat .

"Oh ya!!?" Shani melepaskan pelukannya, teringat akan sesuatu

"Sebenernya ini berat banget buat aku mutusin kamu buat lanjutin pendidikan kamu, pasti bakalan banyak banget mahasiswi yang deketin kamu karena kamu kan ganteng banget " ucap Shani sedikit kesal seperti anak kecil

"Maksud kamu?!"

"Aku punya niatan buat kuliahin kamu sayang, umur kamu masih terlalu muda dan sayang kalau gak di lanjutin kuliah" Shani mengusap pipi Raffa dengan lembut

"Jujur impian aku dulu emang pengen banget lanjutin pendidikan aku di perguruan tinggi, aku juga dulu punya cita-cita pengin jadi dokter biar bisa nolongin banyak orang, tapi sekarang semuanya berubah , cita-cita aku sekarang cuman pengin bahagiain kamu sampai besok kita menua bersama"

"Shani maafin aku ya yang belum bisa bahagiain kamu dengan cara aku sendiri, maaf kalau aku bukan suami yang baik buat kamu" rasa bersalah kembali menghantui perasaan Raffa kini, bagaimana pun dirinya merasa malu dengan keadaannya yang masih bergantung dengan penghasilan istri, memang sejak saat Shani berubah Shani tak pernah lagi membahas soal itu tapi disini dirinya harus tau diri bukan? 

"Sssstt, kamu kenapa bahas-bahas itu lagi ? Aku gak masalah dengan kamu saat ini , jangan pernah merasa rendah diri hanya karna kamu belum bisa bahagiain aku, justru disini kehadiran kamu udah cukup buat aku bahagia. Jadi stop buat ngomong kayak gitu oke?" Raffa mengangguk.

******

"Mas, tadi papi telfon aku" ucap Shani di ambang pintu dengan pakaian santainya

"Papi telfon?" Shani mengangguk kemudian ikut duduk di samping suaminya yang tengah menonton tv di kamar. " Papi pengen kita nginep di rumah!" rumah yang di maksud adalah kediaman Adhitama tentunya, tempat dimana Shani tumbuh

"Yaudah yuk, lagian kita udah lama banget gak kesana" jawab Raffa menyetujui

"Ishh gak mauu!!" rengek Shani menarik-narik ujung baju suaminya seperti anak kecil ,Raffa tersenyum gemas tangannya menguyel-uyel pipi Shani

"Kenapa gak mau? Kamu gak kangen sama papi?" Shani masih menampilkan pipinya yang dikembungkan.

"Pengen berdua sama kamu!!" Wajahnya terlihat menggemaskan berharap Raffa menolak permintaan papinya

"Manja banget si istri aku" tambah gemas Raffa menarik tubuh istrinya di pelukannya.

"Jam berapa?"

"Ishhh!" Shani merengut sebal melepaskan pelukannya

"Nanti sore" jawabnya tak niat

"Masih ada waktu buat kita berdua sayang, jangan cemberut gitu dong mukanya"

Tak ada jawaban dari Shani

"Kalo ngambek tambah cantik, jangan cantik-cantik dong nanti banyak yang suka" dengan jahil Raffa menoel-noel pipi Shani membuat sang empu menatap sebal ke arahnya

"Bisa diem ngak!!"

"Ngak bisaa, wlee!" Jawab Raffa menjulurkan lidahnya mengejek

"Pergi aja sana, gak mau deket deket sama kamu ,huss huss!!" Ucap Shani seraya mengibas-ngibaskan tangannya menyuruh Raffa pergi

"Bener kamu ngusir aku?" Tanya Raffa seolah tak percaya

"Hmm!" balas Shani bersedekap dada wajahnya enggan melihat suaminya.

"Yaudah deh" Raffa berdiri pura-pura menampilkan raut wajah sedih, namun saat tangannya hendak meraih knop pintu tiba-tiba Shani memeluknya dari belakang

"Gak peka banget sihh, istri lagi ngambek bukanya di bujuk malah mau ninggalin" ucap Shani menyembunyikan wajahnya di punggung Raffa

Raffa memutar tubuhnya menghadap ke sang istri "kamu yang nyuruh kan tadi" jawab Raffa mengerjai

"Cuma bercanda kenapa di tanggapin serius sih!!" Raffa mengeratkan pelukannya

"Iya deh maaf, aku salahh" Raffa mencium kening Shani sebagai tanda permintaan maafnya.

Shani tersenyum di sela-sela pelukannya, ini yang membuatnya jatuh hati dengan Raffa, sikap lembut dan selalu mengalah kepadanya yang selalu bertindak seenaknya.

"Love you"

"Love you More"



















SalamRindu^^

Perjodohan 2 [<Continue]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang