18

176 9 3
                                    

"shan woy bangun woy" seseorang menepuk-nepuk pipi Shani, Karena tidak mendapatkan respon orang itu dengan senyum smiriknya merencanakan sesuatu.

Belum sempat mengeluarkan jurus jahil nya
Tiba-tiba.... Dan.....Dan....Dan...

Shani terbangun dari tidurnya dengan nafasnya memburu, keringat bercucuran membasahi wajahnya.

"Raffa!!"

Kemudian dengan terburu-buru Shani ingin beranjak pergi entah kemana tujuannya , yang jelas dirinya ingin melihat wajah itu.

"Mau kemana Lo" tangan Shani di cekal oleh Vika sahabat lamanya ( Kalau kalian lupa bisa cek di bagian 1 ).

"A-aku mau ketemu Raffa" Suaranya terdengar sedikit bergetar, sembari berusaha melepaskan cekalan tangan Vika

"Lo tuh Amnesia apa gimana sih" ucap Vika dengan kesal.

"Lo gak lupa kan tadi nelfon-nelfon gue suruh cari Suami Lo yang di gondol sepupu Lo itu, siapa tadi , Zayyan. Yah si Zayyan"

"Jadi itu tadi bukan mimpi" guman Shani dengan lemas.

"Mimpi pala Lo, Lo itu tadi gak ngabarin gue kalo mau nyamperin kesini, udah gitu tanpa permisi langsung aja lo main nyelonong masuk di apart , baru mau gue tanyain tumben mao  kesini ehh keburu pingsan Lo nya" sewot Vika, Shani terduduk lemas , jadi Raffa yang pergi menghilang itu bukan mimpi,ini nyata benar-benar pergi.

Satu-persatu buliran cairan bening mengalir di pipinya, kenapa. Kenapa Papinya tega memisahkan dirinya dengan Raffa. Tanganya meremas dadanya yang merasakan sesak, entah kenapa rasanya seperti ada yang mengganjal di hatinya.

Vika menatap iba ke arah sahabatnya yang tengah terpuruk itu, memang benar saat hari pernikahan Shani dengan suaminya itu dirinya tidak hadir karena dirinya yang harus pergi keluar negeri akibat neneknya yang sakit.

"Shan, lo-"

"Vika, plis bantuin gue , bantuin gue cari suami gue" ucap Shani meminta bantuan, Air matanya mengalir deras sekarang.

"S-shan gue-"

"Lo mau kan bantuin cari, gue mohon vik, cuman Lo yang bisa gue mintai tolong sekarang" mohon Shani yang melihat Vika hanya terdiam sedari tadi.

Karena merasa tak tega akhirnya Vika pun menyetujui permintaan Shani " oke gue bantu" Shani memeluk Vika dengan erat.

"Makasih vik, makasih" ucap Shani sesenggukan di pelukan sahabat lamanya.

......

Dilain tempat dua orang perempuan tengah duduk di dekat sebuah taman , entah apa yang mereka fikirkan , namun sedikit dapat di tebak bahwa kedua perempuan itu tengah sibuk berkelana dengan kejadian malam kemarin.

"Gue ngak nyangka Vin , Shani bisa ngomong kayak gitu semalam" Dini berucap dengan memangku beberapa camilan, emang dasar.
Sedangkan Viny ,gadis itu masih terdiam.

"Hah, gue juga gk nyangka Din, gue kira Shani bisa berubah buat bisa ngehargain suaminya, tapi dugaan gue salah"

"Dia malah dengan teganya bilang kalau laki-laki yang bernama Alvas itu calon suaminya" Dini menoleh kearah Viny.

"Gak bisa gue bayangin sih gimana sakit hatinya si Raffa" Viny menghembuskan nafasnya kasar, tidak habis fikir dengan jalan fikiranya Shani.

"Apa?" Tanya Viny saat sadar tengah diperhatikan.

"Menurut Lo hubungan mereka bakalan gimana ya jadinya" tanyanya dengan polos.

"Ya mana gue tau Dodol, mau gimana-gimana pun itu terserah Shani ataupun Raffa nantinya" dengus Viny dengan sebal, memang ya punya teman yang otaknya rada-rada erorr itu harus sedikit sabar.

"Ya kan cuma nanya, kenapa marah sih" gerutu Dini kemudian memakan cemilannya.

........

Drttt Drtttt

Suara dering ponsel Zayyan yang sedari tadi bergetar , masih sama , nama Shani yang terpampang jelas di layar handphonenya, dengan cepat Zayyan mematika handphonenya agar kakaknya itu tidak lagi menganggu.

Sedari tadi Shani mensumpah serapahi adiknya yang dengan berani mengabaikan panggilannya.

"Zayyan brengsek, angkat telfonya bego" umpat Shani dengan marah

tut tut tut

Shani melemparkan ponselnya dengan kesal kala ponsel Zayyan yang kini sudah tidak aktif lagi.

"Arghhhh" Shani mengacak-acak rambut panjangnya frustasi.

"Vika ikut gue" tanpa bertanya apapun Vika mengikuti langkah Shani dari belakang.

Shani mengendarai mobilnya dengan kecepatan penuh, peduli setan dengan pengendara lain yang sedari tadi mensumpah serapahi nya , di fikiranya saat ini hanya cepat-cepat ingin bertemu dengan Raffa.

"Gue masih pengen hidup Shan, woy. Hati-hati woy" Vika mencengkram sabuk pengamannya dengan erat, dalam hatinya berdoa dirinya yang masih ingin menikah dan bahagia dengan keluarga kecilnya.

Mobil sport putih Shani berhenti di sebuah apartemen, tanpa memperdulikan apapun lagi Shani langsung keluar begitu saja meninggalkan Vika yang masih memejamkan matanya erat.

Bruggg

Vika membuka matanya dan melihat Shani yang dengan tergesa-gesa masuk ke dalam sebuah apartemen.

"Shani tungguin , ck" Vika menyusul Shani dengan berlari supaya tidak ketinggalan.

Disini Shani dan Vika berdiri, di depan sebuah pintu yang bertuliskan nomor 145, tanpa membuang waktu yang lama Shani memasukkan pin apartemen Zayyan.
Yah tempat yang Shani kunjungi adalah apartemen milik Zayyan , Shani yakin Zayyan membawa pergi Raffa di tempat ini.

"Zayyan!!!"

Shani berteriak memanggil adik kurang ajarnya, di ruang tamu terlihat sepi tidak menyerah begitu saja Shani mulai mencari dari satu ruangan ke ruangan yang lain.

Kosong, Zayyan tidak ada di apartemen.

"Lo bisa tenang dikit gak sih Shan, pusing gue lihatnya" Vika menatap jengah kelakuan Shani yang tengah kesetanan

"Tenang? , Lo bilang tenang, Gimana gue bisa tenang Kalau si brengsek bawa pergi suami gue vik" suara Shani mulai meninggi, dirinya frustasi, kemana Zayyan membawa Raffa pergi.

"Papi, papi pasti tau dimana keberadaan Raffa"



















Gak jadi mimpi.....wkwkw....









SalamRindu^^

Perjodohan 2 [<Continue]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang