Di perjalanan pulang Shani maupun Raffa belum ada yang membuka suara, pertengkaran kecil tadi di rumah Adhitama kemungkinan membuat mereka enggan membuka percakapan terlebih dahulu. Terlebih Shani
"Shan kamu marah soal tadi?" Shani berpura-pura tak mendengar, matanya melihat ke arah luar
Tiba-tiba Raffa menepikan mobilnya di tepi jalan "kenapa berhenti,udah malem aku mau cepet-cepet sampai di rumah, cape!" Ucap Shani datar tak mengalihkan pandangannya, padahal hari sudah larut namun Shani ngeyel tidak mau menginap di rumah Papinya Karena satu alasan .... You know?
Papi Adhitama dengan pasrah membiarkan anak serta menantunya pulang mau bagaimana pun Shani itu keras kepala susah di bilangin"Sebelum itu aku mau tanya dulu sama kamu, kamu marah soal yang tadi?" Ulang Raffa sekali lagi, saat tangannya hendak meraih tangan Shani tangan itu langsung saja menghindar ." Engga!"
Takut Shani semakin kesal karena dirinya terlalu banyak bertanya Raffa kembali melajukan mobilnya pulang kerumah.
Sampai di depan rumah Shani keluar mobil begitu saja mengabaikan pertanyaan Raffa.
" Huh mungkin nanti" Raffa kemudian keluar dan berjalan mengikuti Shani dari belakang.Brakkk
Pintu kamar tertutup dengan keras sampai-sampai Raffa terkejut dibuatnya
"Shan Shani sayang" panggil Raffa seraya memutar knop pintu yang ternyata di kunci dari dalam.
"Di kunci" guman Raffa pelan, seakan sudah tau kalau Shani marah dengannya Raffa berjalan menuju ke ruang TV .
"Huhh tidur di sofa lagi dehh" guman Raffa pasrah, jam menunjukkan pukul setengah 12 malam dan sialnya udara malam sedang tidak bersahabat sekarang.
Meskipun tubuhnya sedikit mengigil karena tubuhnya hanya berselimut kemeja tipis namun Raffa tetap berusaha memejamkan matanya agar cepat tertidur.
Ruangan yang temaram hanya bercahayakan rembulan dengan angin yang lumayan kencang masuk di sela-sela ventilasi rumah, usaha Raffa tidak sia-sia ternyata setelah tadi meminum beberapa gelas susu putih akhirnya matanya dapat terpejam
Sedangkan di kamar atas Shani terbangun dari tidurnya karena merasakan haus.
Pandangannya menoleh kesamping. Kosong
Tidak ada Raffa di sampingnya, kemana laki-laki itu mengistirahatkan tubuhnyaShani kemudian beranjak dari ranjang ,kini dirinya tersadar bahwa setelah masuk kedalam tak sengaja dirinya mengunci kamar sehingga Raffa tak bisa masuk ke dalam
"Shani bodoh!"
Seakan lupa dengan tenggorokanya yang terasa kering Shani turun dengan cepat mencari dimana Raffa.
Sampainya di bawah Shani langsung menuju ke ruang TV dan benar feeling-nya tidak salah kalau suaminya itu pasti di sini.
"Mass" perlahan langkahnya menuju di sofa tempat Raffa terbaring dengan tubuhnya yang sedikit mengigil
"Maaf" tangannya mengelus wajah Raffa yang sedikit membiru karena udara dingin
Shani langsung merebahkan tubuhnya di samping Raffa, beruntung sofa panjang itu muat digunakan dua orang
Tak peduli Kalau nantinya dirinya ikut kedinginan Shani langsung memeluk tubuh itu dengan erat.
"Dingin ya bibir kamu sampai pucat gini" Shani mengusap bibir yang selalu terlihat merah menggoda kini terlihat membiru
Tanpa ragu Shani langsung menempelkan bibirnya dengan Raffa tak peduli yang berada di fikiranya sekarang hanyalah menyalurkan sedikit kehangatan bibir itu agar tidak terlihat biru
Di tatapannya Mata yang tengah terpejam itu, Shani sungguh terpesona dengan wajah yang sekarang tepat berada di depannya tanpa adanya jarak
Hanya menempel tidak lebih setelah beberapa detik Shani melepaskan ciumannya.
"Aku baru sadar sekarang kalau-" Shani terdiam sejenak
"Kamu itu laki-laki baik dengan sejuta pesona, pantas kalau aku cinta banget sama kamu sekarang " Shani terus saja mengoceh meskipun tau Raffa tengah tidur dan tidak akan pernah mendengarkanya berbicara
"I love mas suami"
*****
Pagi pagi sekali Raffa terbangun dari tidurnya, sinar mentari masuk di sela-sela kaca jendela yang terbuka menandakan hari mulai siang
Seketika dirinya terkejut kala disampingnya ada Shani yang masih tertidur pulas dengan tangan yang memeluk tubuhnya erat, kenapa dirinya baru sadar sekarang?
Raffa membiarkan mata itu terpejam, Shani semakin terlihat cantik ketika dengan wajah tenang seperti itu, wajah cantik sempurna hampir tidak ada cela sedikitpun.
Dengan jahil tangannya menoel-noel hidung Shani gemas . "Cantik banget sih" tak berhenti sampai di situ kini tangannya berpindah mencubit pipi Shani.
Shani bergerak tak nyaman dalam tidurnya, Raffa hanya tertawa pelan melihat itu
Sekali lagi saat tangannya hendak mencubit pipi Shani tiba-tiba mata itu terbuka dan menatapnya dengan tajam
"Ganggu tau ga!" Bukanya takut Raffa malah mencium pipi Shani yang sedikit memerah karena ulahnya
"Morning cani" niat ingin marah namun Shani urungkan saat melihat wajah Raffa yang tersenyum lebar ke arahnya
Tanpa sadar sudut bibirnya ikut terangkat membentuk sebuah senyuman kecil
"Pipinya merah sakit ga?" Tangannya terulur mengusap-usap pipi Shani lembut, sedikit memejamkan mata menikmati tangan lembut Raffa membelai pipinya
"Gak sakit kok asal..-"
"Asal??"
Shani menunjuk-nunjuk pipinya dengan kedipan mata "Asal kamu cium pasti sembuh" entah memang harus seperti itu atau memang Shani yang modus sih?
Tanpa berfikir lama Raffa langsung menghujami kecupan di seluruh wajah Shani istrinya.
Tangannya pun tak tinggal diam menggelitik perut Shani sampai Shani tertawa karena ulahnyaUwwu
Oh iya btw buat kalian cuman mau ngasih info aja kalau cerita ini bakalan menuju end
....Makasih buat kalian yang udah setia baca karya aku🥺🥺
SalamRindu^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Perjodohan 2 [<Continue]
Short StoryBagian 2 setiap insan manusia sudah pasti akan mendamba mempunyai rumah tangga yang harmonis, memiliki istri yang perhatian,memiliki sikap yang manis,lemah,lembut dan sudah pasti saling mencinta. namun bagaimana jika seandainya pernikahan yang dibay...