MAS DOSEN | 03

16.2K 451 6
                                    

... Happy Reading ...

"Banyak orang yang telah meninggal, tapi nama baik mereka tetap kekal. Dan banyak orang yang masih hidup, tapi seakan mereka orang mati yang tak berguna."

- Imam Syafi'i -
@rnxyss

🕊🕊🕊

Waktu menunjukkan pukul 22 : 00 WIB, terdapat sepasang kekasih yang sudah tak muda lagi masih senantiasa menunggu kedatangan putra semata wayangnya. Mata mereka tak luput pada pintu utama rumah ini, berharap yang di tunggu segera hadir.

Tak lama kemudian, pintu terbuka—benar saja, orang yang di tunggu hadir. Dengan berpakaian kemeja biru dan celana hitam sambil memegangkan jas di tangannya.

"Rayyan," panggil pria setengah baya, Rasyid Dirgantara.

Langkah Arga terhenti dan menoleh pada sumber suara, ia menyengir tak jelas. Buru-buru ia menghampiri ke dua orang tuanya dan mencium punggung tangan mereka masing-masing.

"Kebiasaan banget habis pulang nyelonong aja. Habis dari mana pulang jam sepuluh lewat?" omel ibu setengah baya, Sarah Azeff.

"Makam Queen," balas Arga apa adanya.

Mama Sarah membuang nafas kasar, ada ada saja anak muda ke makam malam-malam sekali.

"Benar kamu ke makam Queen malam hari gini? Mami sih gak yakin ya," curiga Mama Sarah.

Arga memutar bola matanya malas. Mama Sarah ini selalu saja mencurigai anaknya.

"Sampai kapan kamu tidak melupakan Queen, Ray?" Papa Rasyid yang sedari tadi diam kini bersuara. "Hampir lima tahun kamu menutup diri dari para wanita-wanita di luar sana, apa kamu betah dengan status single kamu itu hmm?"

Arga menatap Papa Rasyid serius. Manik bola mata tersebut menatap inci wajah Papa Rasyid. "Aku tidak membutuhkan wanita, Pah. Aku takut akan mencintai dan kehilangan. Papa tau'kan seberapa terpuruknya Rayyan saat kehilangan Queen?"

Papa Rasyid tersenyum miring dan mengubah posisinya menjadi lebih tegak. "Papa tau akan hal itu. Tapi apa kamu tidak mau merasakan kebahagian?"

"Aku akan lebih bahagia sendiri, Pah. Dengan aku sendiri, aku tidak takut kehilangan dan mencintai lebih dalam."

Setelah menegaskan kata tersebut, Arga pergi ke lantai dua dimana tempat kamarnya berada. Sementara orang tua Arga masih senantiasa duduk di bawah sambil membahas hal yang lainnya.

***

Di sebuah kamar bernuansa abu-abu, terdapat Arga yang sedang menatap foto dirinya dengan kekasihnya—yang masih memakai seragam putih abu-abu.

Tanpa sadar air matanya menetekan pada bingkai foto tersebut. Ia mengingat momen-momen bersama kekasihnya dahulu.

"Ray, sini deh lihat bintangnya cantik banget kan?"

Arga tidak menjawab ia terus memandangi wajah cantik kekasihnya, Queenza.

"Iish Rayyan!! Cantik gak?"

"Cantik... banget..."

Queen menatap Arga yang terus memandangi wajah dirinya. Ia sebal dengan Arga. "Rayyan!! Aku tanya bintangnya!!"

Arga tertawa sambil mengacak-acak rambut Queen. "Iya cantik. Tapi, ada yang lebih cantik dari bintang di atas. Kamu mau tau?"

"Apa?"

"Kamu, Queenza Violen."

Pipi Queenza bersemu, tak mau di lihat oleh Arga ia pun menutup wajahnya dengan ke dua tangannya.

MAS DOSEN [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang