MAS DOSEN | 14

13K 389 3
                                    

... HAPPY READING ...

"Jangan biarkan hatimu berlarut-larut dalam kesedihan atas masa lalu, atau itu akan membuatmu tidak akan pernah siap untuk menghadapi apa yang akan terjadi."

- Ali bin Abi Thalib -
@rnxyss

🕊🕊🕊

Setelah cukup lama Arlettha menenangkan pikirannya, kini ia kembali ke rumah. Waktu sudah hampir malam, namun ia masih di perjalanan.

Tak lama mobil taxi berhenti di depan rumahnya, ia turun dan mengucapkan terimakasih pada supir taxi. Ia masuk ke dalam dan di sapa oleh Bi Sumi yang baru saja mau pulang ke rumahnya.

"Malam, Nona Arlettha," sapa Bi Sumi ramah. Bi Sumi ini adalah salah satu pembantu di rumah Dirgantara dan di minta untuk berkerja di sini.

Arlettha tersenyum, "malam, Bi. Saya boleh tanya?"

Bi Sumi dengan cepat memangguk. "Boleh, non, mau tanya apa?"

"Pak Arga sudah tidur atau belum pulang?"

"Sudah non, Tuan Arga sedang di ruangan kerjanya," balas Bi Sumi. "Non Arlettha ada masalah sama Tuan Arga?"

Arlettha terdiam, mau bagaimana pun permasalahan rumah tangganya tidak baik di ceritakan ke semua orang. Walaupun Bi Sumi selalu menjaga ucapannya, ia masih kurang percaya dengan hal itu.

"Maaf bi, Arlettha gak bisa cerita. Bibi mau pulang?" Bi Sumi memangguk. "Saya pesenkan taxi ya, bi?"

Bi Sumi menggeleng, "enggak usah non, Bibi udah di jemput anak bibi."

Arlettha memangguk dan meminta izin untuk masuk ke dalam karena sudah begitu malam. Sesampai di dalam ia tidak melihat apa-apa, bahkan makanan yang tersedia di meja masih utuh. Apakah suaminya tidak makan malam?

Arlettha berjalan untuk mengambil air minum, namun ia merasakan aneh di perutnya. Saat ia lihat sebuah tangan kekar yang melingkar di pinggang rampingnya. Juga bau khas dari seseorang. Siapa lagi kalau bukan suaminya.

"Maaf,"

Arlettha terdiam. Ia masih tidak paham apa yang suaminya ucapkan barusan.

"Maafkan saya yang belum bisa mencintai kamu, Arlettha. Bantu saya—bantu saya untuk mencintai kamu."

Arlettha terdiam entah ada apa pada dirinya hari ini. Ia menangis dalam diam.

"Pak, saya—"

"Saya tau kamu tadi siang ke TPU Anggrek 'kan? Kamu melihat saya? Dan kamu pergi ketika saya mengucapkan—"

"Pak tolong, saya tidak mau bahas itu. Saya lelah pak. Izinkan saya untuk istirahat," sela Arlettha.

Arga melepas pelukannya. Ia menatap punggung Arlettha yang menaiki undakan tangga dengan cepat. Ia yakin jika istrinya sedang tidak baik-baik saja.

***

Di dalam kamar, Arlettha menangis ia mengeluarkan apa yang ia rasakan saat ini. Sakit kala ucapan itu terus berputar pada memorinya.

"Tuhan, bantu aku untuk pergi dari sini," batin Arlettha.

Tak lama dering telephone berbunyi, ternyata dari Buna Daisy. Dengan cepat ia menghapus jejak air matanya dan mengangkat telephone tersebut.

"Assalamualaikum, Bun. Ada apa?"

"Wa'alaikumsalam. Maaf buna ganggu waktu malam kamu," ucap Buna Daisy dari sebrang sana.

MAS DOSEN [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang