MAS DOSEN | 26

9K 217 0
                                    

... HAPPY READING ...

"Hujan akan selalu menepati janji untuk kembali memeluk bumi, meski harus melewati kemarau panjang terlebih dahulu."

- Fiersa Besari -
@rnxyss

🕊🕊🕊




Malam hari ini ibukota di guyur hujan, cuaca yang sangat dingin. Banyak sekali para ojek online dan penjualan kaki lima yang berhenti di salah satu kios kosong sambil menunggu hujan reda. Sama halnya dengan Arlettha saat ini, ia terjebak di sebuah toko makanan hewan. Sedangkan mobilnya cukup jauh terparkir di sana.

Tangannya menandahkan air hujan yang turun, Arlettha sangat suka sekali dengan hujan. Menurutnya hujan itu romantis, tapi tidak banyak orang yang menyukai hujan.

Ia berjalan untuk menerobos hujan, namun tangannya di cekal oleh seseorang dari belakang. Ia menoleh menatap seseorang lelaki yang memiliki badan kekar. Tenyata Bino, kenapa Bino ada di sini? Apakah ia memiliki hewan peliharaan juga?

"Pak Bino?" terkejut Arlettha.

Pak Bino tersenyum kecil. "Mau pulang, Nona?"

Arlettha hanya memangguk, ia melirik pergelangan tangannya yang masih di cekal oleh Pak Bino. Hingga Pak Bino sadar lalu melepaskannya.

"Maaf," ucapnya merasa bersalah.

Arlettha tersenyum dan memangguk. Tak ada topik pembicaran lagi antara mereka, hingga akhirnya Pak Bino mengeluarkan sebuah payung hitam di saku mantelnya.

"Mau bareng?" tawar Pak Bino.

Arlettha tersenyum lalu memangguk. Payung itu cukup besar hingga mereka muat untuk satu payung. Arlettha sudah masuk ke dalam mobil putih miliknya tak lupa ia berterimakasih kepada Bino.

"Terimakasih, Pak. Kalau begitu saya duluan, selamat malam."

"Baik nona, hati-hati di jalan."

Mobil putih milik Arlettha pun meninggalkan tempat parkiran. Ia melirik jam di tangannya yang menunjukkan pukul delapan malam. Ia melihat berhenti sebentar karena beberapa mobil yang terparkir untuk keluar area. Ia melihat handphone berlogo apple itu, begitu banyak pesan dari Mama Sarah dan Buna Daisy. Ia puj membalasnya jika saat ini ia sedang perjalan pulang.

***

Tepat pukul setengah sembilan lewat sepuluh menit, Arlettha sampai di rumah miliknya. Rumah yang selama ini menjadi saksi kisah cinta mereka. Rumah sederhana dengan tingkat dua.

Sesampai di rumah, hanya dirinya dan Mikki di sana. Bi Sumi belakangan ini tidak ada di rumah, beberapa waktu lalu Bi Sumi izin jika putra yang herada di tanah kelahirannya sakit.

"Sepi dan hampa," gumam Arlettha kemudian mendudukkan tubuhnya di sofa ruang keluarga.

Miaw miaw

Tak lama Mikki datang setelah memakan makanan yang Arlettha bawa tadi, Mikki segera naik ke sofa dan duduk di sebelah Arlettha.

Sangat gemas, ia pun membawa Mikki ke pangkuannya dan mengelus dengan penuh kasih sayang.

Waktu terus berjalan dengan semestinya hingga pukul dua belas malam, Arlettha masih saja sibuk dengan tugasnya. Belakangan ini kampusnya selalu saja memberinya tugas padahal hanya menunggu beberapa bulan lagi ia akan memasuki KKN.

"Capek, coba aja Mas Arga ada di sini pasti bakal di bantu," ucap Arlettha tersenyum getir.

Sudah hampir setengah tahun, tugas Arlettha di bantu oleh Arga. Hanya beberapa tidak semua. Namun kali ini ia mesti berjuang sendiri untuk mencapai cita-citanya.

Handphone yang berada di sampingnya bergetar, melihat siapa yang menelphone malam ini ternyata Mama Sarah. Ia pun mengangkat dan bertanya kepada Mama Sarah.

"Wa'alaikumsalam mah, ada apa malam-malam telphone Arlettha?" tanya Arlettha lembut, walaupun ia meelphone tapi tangan dan matanya fokus pada laptop yang mengerjakan tugasnya.

"Mama ganggu tidak sayang?"

"Enggak kok mah, ada apa? Mas Arga gimana perkembangannya? Maaf Arlettha gak menjenguk tadi, tugas kuliah aku terlalu banyak dan padat," jelas Arlettha.

"Gak papa sayang. Rayyan masih sama, masih dalam keadaan koma. Kamu yang sabar ya?"

Arlettha tersenyum. Sudah hanpir satu minggu suaminya koma, hari-hari Arlettha tampak kacau dan tak tau arah. Namun di balik itu semua masih banyak keluarga yang menyemangati dirinya jika peristiwa ini akan segera berlalu.

"Pasti mah. Arlettha akan selalu sabar menunggu Mas Arga bangun. Mah, sudah dulu yaa, Arlettha ngantuk, besok akan ada kelas pagi."

"Iya sayang. Semangat ya? Kamu jangan lupa main ke rumah mama, kalau ada yang menjanggal ceritakan ke mama ya? Mama sayang kamu. Selamat istirahat menantu mama."

Telphone itu pun berakhir, sama halnya dengan tugas kuliah Arlettha. Segera ia menyimpan dokumen tersebut dan segera ia kirim melalui email.

"Akhirnya selesai."

Ia pun merapihkan tugas-tugasnya dan segera beristirahat. Pikirannya saat ini kosong bahkan ia terbanyak kejadian saat di kantor polisi tadi.

"Rangga?"

Rangga tersenyum menyeramkan. Senyuman itu memiliki Arti yang mendalam.

Arlettha pun duduk di samping Rangga, mereka sama-sama canggung saat ini. Setelah sekian lama tidak di pertemukan, kini mereka di pertemukan kembali.

"Boleh, Ibu Arlettha menjelaskan tentang kasus tabrak lari pada malam hari setahun yang lalu?"

Arlettha terdiam, dahinya mengerit. Kasus tabrak lari? Ia tidak pernah menabrak orang tanpa bertanggung jawab.

"Maksud bapak apa ya?" bingung Arlettha.

"Gak usah pura-pura deh lo!!" ketus Rangga.

Mata polisi itu beralih pada Rangga. "Harap tenang pak. Kita akan melakukan penyelusuran lebih dalam lagi. Tolong kendalikan emosi anda," tegas Pak Ridwan.

Rangga memutar bola mata malas dan bersekap dada.

Mata polisi itu pun kembali pada Arlettha yang masih dalam bingung. Ia tahu jika Arlettha dalam keadaan meengingat.

"Apa anda yang memiliki mobil merah berplat B 867 ARL?" tanya Pak Ridwan dengan tegas.

Arlettha mengingat hal itu. Ia pernah memiliki mobil merah dengan plat tersebut, tapi mobil itu sudah lama entah kemana.

"Betul. Itu mobil saya, tapi kenapa dengan mobil saya pak?" bingung Arlettha.

"TUH KAN PAK. DIA ITU PEMBUNUH!! SUDAH LAH PAK PENJARAKAN DIA!! NYAWA DI BALAS NYAWA!!"

Mengingat kejadian itu membuat Arlettha semakin bingung. Pembunuh? Dia tidak pernah membunuh. Lalu apa yang di maksud oleh Rangga?

Ia pun mencari kontak Pak Ridwan dan mengetik pesan untuk beliau.

Arlettha Yuriza
Selamat malam, Pak.
Besok saya akan kembali ke kantor bapak, mungkin agak sore. Tolong jelaskan secara rinci, saya masih bingung apa yang di maksud dengan Rangga.

Setelah mengirim pesan, ia segera melihat jam yang hampir menunjukkan pukul satu dini hari. Ia segera memejamkan matanya karena besok ia akan mendapatkan kelas pagi.

"Selamat malam for me, semoga besok gue bisa mendapatkan jawaban."

... BERSAMBUNG ...
Jakarta, 08 Mei 2023

Maaf kemarin gak update, hujan terus dan ada petir jadi takut.

Mohon maaf kalau ada typo ☺👐

Jangan lupa vote dan komen!!

See you next chapter ❤

MAS DOSEN [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang