MAS DOSEN | 32

8.7K 235 0
                                    

... HAPPY READING ...
⚠️bacanya pelan-pelan⚠️

Arlettha terdiam, ia menyimak kata demi kata yang di lontarkan oleh suaminya itu. Setelah sadar matanya berkaca-kaca bahkan sudah tak mampu menahan kembali.

"Kamu siapa?"

"Saya tidak pernah mengenal kamu sebelumnya," sambung Arga bingung, ia menatap Arlettha dengan tatapan penuh tanda tanya.

Arlettha menggeleng lemah, "kamu lupa sama aku, mas? Aku Istri kamu," ucap Arlettha pelan dengan mata yang terus saja menangis.

Arga semakin tidak paham, istri? Apakah dia pernah menikah?

"Istri? Saya tidak pernah menikah dengan kamu. Apalagi dengan anak remaja seperti dirimu," ujar pedas Arga.

Deg.

Arlettha tersenyum getir, "kamu jahat mas, KAMU JAHAT!!"

Setelah berteriak di depan wajah Arga, Arlettha memutuskan meninggalkan ruangan. Entah kemana ia akan pergi saat ini, ia terus berlari tanpa menjawab pertanyaan-pertanyaan keluarga yang menunggu di depan ruangan.

Air mata Arlettha terus saja menangis, ia tidak tahu harus bagaimana yang ia lakukan saat ini. Bantu Arlettha, kuatkan Arlettha.

Tanpa sadar tubuh Arlettha menabrak seseorang, setelah melihat wajahnya, ia langsung memeluk dan menumpahkan emosinya di dalam sana.

***

Mama Sarah dan Papa Rasyid pun masuk ke dalam ruangan Arga, ia penasaran apa yang terjadi saat ini.

"Mah, pah," sapa Arga ramah. Ia sangat rindu dengan orang tuanya ini.

Mama Sarah tersenyum ramah dan memeluk Arga, rindu itulah yang mereka rasakan saat ini. Setelah sekian minggu tidak tegur sapa.

"Kamu tidak rindu Arlettha?" tanya Mama Sarah pelan.

Arga mengeritkan dahinya bingung. Nama itu sangat asing baginya, beberapa banyakan nama itu ter-rekam dalam memorinya. Ia memegangi kepalanya yang merasakan sakit itu. Segera mungkin Papa Rasyid memanggil Dokter Kim, untuk memeeiksa putra semata wayangnya itu.

Dokter Kim memberikan obat penenang pada Arga, dan meminta orang tua Arga pergi ke ruangannya.

Kini Mama Sarah dan Papa Rasyid sudah berada di ruangan Pak Kim. Mereka duduk berdampingan sambil menatap kursi kebanggaan Pak Kim.

"Ada hal yang saya harus sampaikan kepada bapak dan ibu," ujar Pak kim serius.

Mama Sarah dan Papa Rasyid saling menatap, ada rasa curiga tersendiri dari mereka.

"Saya harus mengatakan hal ini, bahwa pasien bernama Arga terkena Amnesia Anterogede atau Amnesia sementara yang di sebabkan cedera otak akibat pukulan balok oleh seseorang. Amnesia ini ia lupa dengan ingat yang baru-baru terjadi pada tubuh pasien."

Deg!

Mama Sarah langsung menutup mulutnya sambil menggeleng lemah, apakah itu sebabnya Arlettha pergi keluar sambil menangis?

"Berapa lama putra kami akan mengalami hal tersebut?" tanya Papa Rasyid sambil menenangkan Mama Sarah yang terus saja menangis.

Pak Kim menatap Mama Sarah iba, ia tau bagaimana seseorang yang ia sayangi lupa dengan moment-moment yang indah.

"Saya tidak dapat memastikan putra bapak mengalami amnesia tersebut. Yang pasti, saya akan memberikan kometerapi untuk ia ingat kembali moment yang terlupakan."

***

Kini Arlettha berada di sebuah taman Rumah Sakit Kejora, setelah ia menangis sekian lamanya di pelukan Wilona. Saat ini ia memberanikan untuk menceritakan apa yang terjadi.

"Ma---mas Arga lupa sama gue, Wil," rilih Arlettha di pelukan Wilona.

"Dia gak inget siapa gue, Wil. Dia lupa sama gue, Wil. Gue harus gimana?"

"Gue capek, Wil. Gue capek,"

Arlettha terus saja mengatakan hal tersebut, ia memberi tahu jika Arga tidak mengingat siapa dirinya.

"Gue harus gimana, Wil?"

Wilona tersenyum, ia mengelus pudak Arlettha untuk menyemangatinya. "Sabar, Letth. Gue yakin suatu saat nanti suami lu bakal ingat sama lu, gue bakal bantu kok, lu tenang aja."

Wilona terus saja menyemangati sahabatnya itu, hingga telephone dari Pak Ridwan membuat dirinya harus pergi meninggalkan rumah sakit.

***

Setelah menempuh jarak yang cukup jauh, kini Arlettha dan Wilona sudah berada di area perkarangan Kantor Polisi Jakarta Selatan.

Mereka masih senantiasa berada di dalam mobil Wilona, sedari tadi Arlettha masih saja ketakutan. Sepertinya trauma yang hampir sembuh itu terbuka kembali.

"Letth, lu tunggu sini aja ya?"

Arlettha terdiam, terlihat dari tangannya seperti gemetar.

"Letth," panggil Wilona pelan.

Arlettha menoleh, wajahnya memerah bahkan seperti ketakutan.

"Lu siap mau masuk? Kalo enggak tunggu sini aja dulu. Nanti gue kembali," ucap Wilona yang tahu kondisi Arlettha saat ini.

Tak ada respon apapun dari Arlettha, Wilona pun memtuskan untuk keluar. Namun, saat dirinya baru ingin membuka pintu, ia di tahan oleh Arlettha.

"Jangan pergi," ucap Arlettha pelan.

Wilona tersenyum, ia menatap Arlettha kasihan. Terlihat dari mata coklatnya yang memiliki rasa takut.

"Gue gak kemana-mana, Letth. Lu mau ikut?" Arlettha memangguk. Wilona pun keluar dan membantu Arlettha masuk ke dalam.

Sesampai didalam ia sudah di temukan Bella yang sedang menunggu di ruang tunggu.

"Mari saya antar ke belakang," ajak Polwan bernama Gina itu.

Mereka tersenyum lalu melangkahkan kakinya untuk ke suatu ruangan yang sudah terdapat Pak Ridwan.

Sesampai di depan ruangan Pak Ridwan, Polwan Gina mempersilahkan masuk ke dalam.

"Selamat siang, mbak Wilona," sapa Pak Ridwan dengan wajah datarnya.

Wilona tersenyum, "selamat siang, pak," balasnya ramah.

Arlettha dan Wilona pun duduk berdampingan. Di sana hanya ada mereka bertiga. Sesuai tujuan Pak Ridwan. Siang ini Kantor Polisi Jakarta Selatan akan meminta penjelasan kepada Arlettha dan Wilona. Semoga saja Arlettha bisa menjawabnya dengan tenang.

"Baik, bagaimana kejadian asal mula perstiwa itu? Boleh di jelaskan dengan rinci mbak Arlettha," ujar Pak Ridwan menatap lawan bicara. Ada salah satu polisi ternyata di dalam ruangan ini untuk mencatat kronologi kejadian tersebut.

Arlettha pun menjelasakan semuanya tanpa di tutup-tutupi, setelah selesai, Wilona memberikan berkas yang berisi bukti-bukti jika Arlettha tidak bersalah.

"Kami terdapat bukti jika Arlettha tidak 100% bersalah. Silahkan di cek Pak Ridwan terhormat," ucap Wilona dengan lantang, seperti dari nadanya, ia terlihat tegas saat ini.

Pak Ridwan menerima dan meminta bawahannya untuk mengecek. Sudah hampir satu jam mereka di dalam ruangan ini.

"Baik, kasus ini akan saya tingkatkan. Tunggu 2-3 hari prosesnya, kami akan panggil kembali," ujar Pak Ridwan dengan wajah datarnya.

... BERSAMBUNG ...
Jakarta, 17 Mei 2023

Ya Allah, Mas Arga lupa ingatan dong 😭💔

Mohon maaf kalo step by step di polisinya agak salah, lagi proses belajar juga aku hehe 😅

Mohon maaf kalo ada typo ☺

Jangan lupa vote dan komen!!

See you next chapter ❤

MAS DOSEN [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang