MAS DOSEN | 06

14.2K 397 5
                                    

... HAPPY READING ...

Setelah dua puluh menit menempuh jarak untuk sampai ke restoran, kini mobil Papa Yudha dan Arhan sudah terparkir sempurna di basement.

Langkah kaki mereka menuju lantai lima, dimana tempat yang akan mereka singgahi untuk dinner. Lift sudah berhenti tepat pada lantai lima, baru saja ingin masuk ke dalam ruangan khusus dinner, Arlettha meminta izin untuk pergi ke toilet.

"Bun," panggil Arlettha cukup pelan.

Buna Daisy menoleh. "Ada apa, sayang?"

"Aku mau ke toilet dulu," izin Arlettha.

Buna Daisy menatap Papa Yudha yang sudah memberi kode untuk mengiakan jawaban Arlettha. "Ya sudah, jangan lama-lama ya?"

Arlettha memangguk. "Iya bun," jawabnya dan mulai pergi ke toilet yang jaraknya cukup jauh dari ia diri tadi.

Setelah lima belas menit, Arlettha kembali dengan biasa saja. Terkejut ketika melihat meja makan yang panjang dan banyak orang di sana, bahkan ada sosok yang ia kenal baru-baru ini.

"Pak Arga?"

"Bapak ngapain ke sini?" sambung Arlettha dengan bingung.

Arga menatap Arlettha bingung. Apa ini artinya ....

"Cium dulu sama mama dan papa mertua kamu," titah Papa Yudha.

Arlettha menatap papanya bingung. Sebenarnya ada apa? Bukan-kah ia di ajak dinner keluarga seperti biasa? Lalu kenapa ada kata mertua-mertua?

Arlettha bukan-lah tipe anak yang membangkang, ia meniruti saja permintaan orang tuanya selagi ia bisa.

"Rasyid, kenalkan ini putriku—Arlettha Yuriza, ia masih kuliah semester lima di salah satu kampus di Jakarta."

Arlettha tersenyum.

Mama Sarah ikut tersenyum. "Bagaimana kuliahnya, sayang?"

"Alhamdulillah lancar, tante," balas Arlettha sedikit gugup.

"Jangan pamggil tante, mama saja. Okey sayang?"

Arlettha memangguk sambil melirik Arga sekilas. "Iya tan--mama."

Setelah cukup lama kenalan, mereka pun memakan makanan yang sudah di pesan oleh Papa Rasyid sedari tadi. Arga maupun Arlettha masih tidak paham dengan kondisi ini dan juga perasaannya yang tidak enak.

"Sebenarnya buna sama papa, mau ngapain sih?" batin Arlettha bertanya sambil melirik satu per satu orang yang ada di meja makan.

Setelah empat puluh lima menit mereka menikmati makanan restoran bintang 5 di salah satu restoran terbaik di Jakarta. Kedua orang tua mereka akan segera membahas inti mereka dinner.

"Kita mulai saja gimana, Yudha?"

"Sangat bagus, silahkan Rasyid."

Rasyid sebelum berbicara panjang lebar—ia berdo'a dan melirik orang-orang yang berada di meja tersebut.

"Baik kalau begitu, saya mulai ke intinya saja. Sebelumnya saya minta izin jika ada kesalahan kata yang menyakitkan kalian."

Perasaan Arlettha maupun Arga makin tidak beres.

"Niat kami makan malam ini untuk memper-erat silahturahmi dan juga niat baik dari saya maupun Yudha."

"Dulu sejak kuliah saya dan Yudha berjanji, jika anak kita nanti sepasang maka akan kami jodohkan."

Deg.

Arga menatap Arlettha begitu pun sebaliknya.

"Di karenakan putra pertama Yudha laki-laki dan putra pertama saya laki-laki, dengan itu saya menunggu kedatangan anak perempuan diantara saya ataupun Yudha. Tapi tuhan memilih Yudha untuk mendapatkan perempuan. Maka malam ini, izinkan saya dan Yudha untuk menuntaskan janji kita dahulu."

MAS DOSEN [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang