MAS DOSEN | 23

9.6K 245 0
                                    

... HAPPY READING ...

"Roda terus berputar hingga seseorang yang mendorong roda itu menyerah.
Roda tak selamanya menetap, kadang di atas kadang pula di bawah. Jika kamu saat ini berada di atas bersyukur-lah, akan tetapi jika kamu berada di bawah berdo'a-lah. Sesungguhnya Tuhan selalu bersama kita."

- Mas Dosen -
@rnxyss

🕊🕊🕊



Pagi menunjukkan pukul 09 : 30 WIB, Bella baru saja kembali ke tanah air setelah beberapa lama di Singapura. Ia langsung menemui Buna Daisy dan bertanya keadaannya, ternyata dugaan ia selama di pesawat benar. Arlettha kembali mengalami trauma dan takut kehilangan.

"Ya sudah kalo gitu, Bella ke kamar Arlettha dulu tan," izin Bella dengan lembut.

Buna Daisy memangguk seraya tersenyum. "Iya, bujuk Arlettha makan juga ya, Bell. Dia belum sarapan dari tadi," ujar Buna Daisy penuh harapan.

Bella tersenyum sambil mengenggam tangan Buna Daisy. "Akan Bella usahakan, tante. Kalo gitu Bella ke kamar Arlettha dulu," pamit Bella dan pergi meninggalkan ruangan keluarga Chandra.

Sampailah Bella di depan pintu kamar Arlettha, ia mengetuk-ngetuk pintu tersebut namun tak ada jawaban.

"Letth, gue masuk ya?"

Ternyata pintu kamar Arlettha tidak di kunci, ia segera masuk dan melihat Arlettha yang sedang keluar dari balkon kamar.

"LETTHA!!"

Bella semakin panik, apakah sahabatnya ini mencoba bunuh diri?

"LETTHA!!"

Buru-buru Bella mengambil alih tangan Arlettha dan tersungkur kebawah.

"Lo gila?!" Marah Bella.

Arlettha tertawa sumbang dengan air mata yang terus mengalir. "Buat apa gue hidup Bell? Semua orang yang gue sayang pergi ninggalin gue!! Buat apa?! BUAT APA BELLA?!"

"Masih ada gue dan keluarga lo, Letth!!"

Arlettha tertawa kembali bahkan tampilannya sudah acak-acakan. "Gue capek Bella, GUE CAPEK!!"

Melihat kondisi sahabatnya ini, Bella semakin prihatin. Ia pun segera memeluk sahabatnya dan mencoba menenangkan Arlettha.

"Lu gak sendiri, Letth. Ada gue, keluarga lu, keluarga pak Arga. Mereka juga sama, Letth... mereka juga kehilangan, tapi gue yakin pak Arga pasti bakal bangun dari komanya. Percaya itu, Letth. Tuham maha adil."

"Tapi kapan Bell? Kapan?!"

Bella tersenyum dan menatap inci wajah sahabatnya ini. "Kita tunggu ya?"

Arlettha memangguk kecil. Emosinya saat ini sangat tidak stabil.

"Emm lu sudah sarapan?" Arlettha menggeleng kepala lemah. "Gue bawa brownis keju, lu mau ya?" Arlettha kembali menggeleng kepala.

"Letth, lu harus makan. Emangnya pak Arga gak sedih istrinya gak mau sarapan? Sarapan dulu ya?"

Arlettha akhirnya memangguk dan mau sarapan. Bella pun izin untuk mengambil brownis yang ia bawa, setelah itu Bella meminta Arlettha untuk meminum obat.

"Istirahat ya? Pasti capek banget hari ini," ucap Bella dengan sedih.

Arlettha menggeleng. "Gue mau ke rumah sakit, Bell. Mau kan lu anterin gue?"

Bella tampak berfikir, ia tau reaksi obat yang Arlettha minum. Kemudian ia menjawab pertanyaan Arlettha dengan tenang, "iya tapi gak sekarang. Gue pasti anter kok."

MAS DOSEN [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang