MAS DOSEN | 30

9.7K 257 2
                                    

... HAPPY READING ...

"Berani berbuat, harus berani bertanggung jawab."

- Mas Dosen -
@rnxyss

🕊🕊🕊

Langit hitam di penuhi bintang-bintang, terdapat Arlettha yang sedang menunggu seseorang di taman yang ada danaunya. Tempat ini adalah tempat favoritenya masa SMA dulu. Ia semakin ingat masa-masa putih abu-abu dulu yang sangat menyenangkan.

Taman ini adalah saksi kisah cinta pertama Arlettha. Rasanya berat untuk melupakan namun ia harus berusaha untuk menghilangkan dan memaafkan kejadian dulu.

Perlahan airmata yang menggenang di kelopaknya tanpa sadar turun begitu saja. Wilona yang berada di sampingnya langsung peka dan merangkul Arlettha untuk menyemangatinya. Bahwa dunia akan selalu mengubah alur kisah setiap makhluk yang hidup.

"Nangis aja Letth, nangis sepuas-puasanya. Gue tau hal ini sangat berat untuk lu, tapi gue yakin lu bisa lewati semua ini."

Rasanya sangat bersyukur memiliki Wilona, ia tahu semua tentang Arlettha. Walaupun mereka bersahabat dengan tidak sengaja, tapi mereka saling curhat dan menjaga rahasia.

"Gue gak bisa lupain kejadian itu sama dia, Wil."

Wilona tersenyum dan mengelus bahu Arlettha. "Gue yakin lu bakal bisa, percaya sama diri lu."

Arlettha tersenyum lalu memeluk Wilona dan menangis di dalam pelukannya.

"Gue capek, Wil. Gue capek sama alur kisah gue yang selalu di penuhi kesedihan. Apa kisah gue selalu sedih?"

Wilona terdiam. Ia tahu apa yang di lalui akhir-akhir ini oleh Arlettha. Mungkin jika dirinya menjadi Arlettha ia tidak akan pernah sanggup.

"Gue yakin Tuhan sudah merangkai alur kisah lu sebaik mungkin. Jangan pernah menyerah, Letth. Lu masih beruntung, masih ada orang-orang sekitar lu yang mampu membuat lu bahagia. Jangan pernah merasa tidak beruntung dalam hidup."

"Jalani saja prosesnya. Semoga Tuhan memberikan hadiah di balik semua ini, gue tau lu orang yang kuat, Lettha. Semangat! Gue akan selalu ada di samping lu."

Arlettha tersenyum dan berterimakasih kepada Wilona, semenjak ia bertemu dengan salah satu peristiwa. Mereka dekat dan menjadi sahabat sampai saat ini.

Ponsel Arlettha bergetar tanda pesan masuk, ia pun melihat dan membacanya. Ternyata dari Bella, ia sudh sampai di parkiran mobil taman danau ini.

"Ya sudah, jalani misi ini dengan baik. Gue yakin lu pasti bisa. Semangat!!" ucap Wilona sambil memberikan gaya gerak kuat pada Arlettha. "Gue kebelakang, lu tenang aja. Rilexs okey?" Arlettha memangguk dan memperhatikan Wilona yang berjalan untuk bersembunyi di semak-semak.

Tak lama Bella sampai, ia langsung memeluk Arlettha. Sudah hampir 2 hari mereka tidak bertemu dikarenakan mereka sibuk masing-masing.

"Hai, Letth! Tumben lu ngajak gue kesini, kenapa?"

Arlettha menggeleng kecil lalu tersenyum tipis, "kangen aja sama taman danau ini. Ternyata masih sama ya? Cuma sekarang ada wisata bebek-bebekan," ucap Arlettha sambil melihat sekitar.

Bella memangguk setuju, memang sedikit berubah taman danau ini. Tapi, semakin bagus dan rapi, bahkan rekreasi di danaunya sudah ada.

Arlettha pun mengajak Bella duduk di kursi taman yang dekat dengan posisi mereka. Misi malam ini harus berhasil, agar waktu yang ia tentukan pas.

"Ada yang mau gue tanyain sama lu, Bell. Tapi gue minta jawab dengan jujur," pinta Arlettha menatap Bella serius.

Bella terdiam. Baru kali ini sahabatnya menayakan hal serius pada dirinya, ada apa yang terjadi?

"Kenapa? Lu mau tanya soal apa?" tanya Bella bingung.

Arlettha menatap mata hitam Bella dan tersenyum tipis. "Soal .... kejadian kecelakan satu tahun yang lalu."

***

"Suster!! Dokter!!"

Mama Sarah terus saja berteriak dengan kencang. Saat ini menemani putranya, tiba-tiba saja jari tangan Arga bergerak perlahan.

Dokter lelaki pun datang dan melakukan pemeriksaan pada Arga dengan teliti.

"Puji Tuhan, Arga sudah sadar dari masa komanya," ujar Pak Kim selaku dokter yang menangani Arga selama di sini.

Mama Sarah tersenyum bahagia tak lupa mengucapkan rasa syukur pada Tuhan do'a-do'any selama ini terkabul.

"Alhamdulillah, terimakasih dokter," ucap Mama Sarah diakhiri senyum bahagia.

Dokter Kim tersenyum lalu pamit meninggalkan Mama Sarah yang masih di dalam ruangan untuk mengecek pasien-pasien lain.

***

"Jawab gue, Bella!!"

Emosi Arlettha kini tidak bisa di tahan lagi, sedari tadi dengan sabar ia menanyakan hal pada Bella namun tidak kunjung di jawab.

"Jawab gue, Bell. Apa benar lu yang nabrak Raya pada malam sebelum gue tunangan?"

Arlettha sudah tak mampu lagi untuk mengingat momen itu. Rasanya ia kembali terulang pada masa lalu.

"Bell, gue mohon.... jujur sama gue..."

Bella tidak berbicara seperti apa-apa, ia hanya terdiam sambil menunduk. Di malam hari dngan bintang memenuhi langit, sepasang sahabat saling diam, mereka seakan tidak mau menjawab satu sama lain.

"Bell, gue mohon... please, lu jujur sama gue. Apa lu yang sudah menabrak Raya hingga meninggal tanpa bertanggung jawab? Dimana Bella yang dulu?"

Bella mengangkat kepalanya, melihat Arlettha yang sudah berkaca-kaca.

"Letth, maafin gue... gue takut saat waktu itu... gue takut, gue takut di penjara, Letth," rilih Bella dengan seenggukan.

Arlettha tersenyum miring. "Lu takut di penjara, tapi gue? Gue kehilangan semua Bell, itu semua karena PERBUATAN LU BELLA!!"

"GUE KEHILANGAN KEBAHAGIAN GUE KARNA LU!! LU JAHAT BELL, LU JAHAT!!!"

Bella terdiam sambil menunduk ia membiarkan Arlettha mengeluarkan emosinya. Ia tahu saat ini ialah yang bersalah. Ia tidak mau memberi tahu sejak dulu dan berakhir semua orang kehilangan kebahagiaannya.

"Seandainya lu tolong Raya pada malam itu, mungkin gue gak bakal kehilangan Rangga dan bahagia saat ini, bell,"

Bella terdiam, ia langsung saja bersujud pada Arlettha. Ini semua salahnya, andai kejadian itu ia tolong, mungkin ia tidak seperti ini.

"Bangun, bell."

Bella menggeleng, "maafin gue, Letth. Gue bakal lakukan apapun yang lu mau. Asal persahabatan kita tetap, Letth."

Arlettha membantu Bella berdiri ia tersenyum. "Gue mau lu tanggung jawab semuanya, Bell. Lu jujur sama semuanya dan mendapatkan hukuman yang setimpal. Lu mau kan?"

"Please... gue tau lu orang yang bertanggung jawab, gue mohon, Bell. Cukup sampai saat ini gue kehilangan kebahagian gue."

Bella tersenyum lalu memangguk setuju. "Gue bakal tanggung jawab semua itu," ucap Bella sembari menunduk, ia terus saja malu akan hal yang ia lakukan pada sahabatnya.

Karena dirinya, sahabatnya kehilangan orang-orang yang di sayang. Kehilangan kebahagian dan semuanya. Ia harus berani untuk itu, berani berbuat, berani bertanggung jawab.

... BERSAMBUNG ...
Jakarta, 14 Mei 2023

Gimana? Kalian kesel gak sih sama Bella? Aku sih iya.

Kurang nge-feel nih, tapi semoga sukak yaa 😅💜

Mohon maaf kalau ada typo ☺

Ternyata orang terdekat belum tentu baik yaa.

Semoga di part hari ini terdapat pelajaran yang kalian terima.

Jangan lupa vote dan komen!

See you next chapter ❤

MAS DOSEN [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang