MAS DOSEN | 41

9.9K 283 4
                                    

... HAPPY READING ...

Di ruang berbau khas yang berbeda, terdapat pria yang berbeda usia yang sedang saling berbicara.

"Dimana istri Rayyan pah?" tanya Arga menatap Papa Rasyid dengan sedu. Ia sampai saat ini tidak tau keberadaan istrinya.

Papa Rasyid menghembuskan nafasnya kasar, "tenangkan pikiran kamu Rayyan," ujar Papa Rasyid sedikit malas.

"Pah, jawab Rayyan! Rayyan sudah mencoba telphone dan chat Arlettha tapi tak kunjung di angkat dan di balas. Dimana Arlettha pah?"

"Arlettha sudah meninggal," ucap seseorang dari ambang pintu, sontak 2 pria berbeda usia itu langsung menatap orang itu dengan terkejut.

Papa Rasyid membuka matanya lebar, ia tidak pernah menyangka jika sahabatnya akan mengatakan seperti itu.

"Gak mungkin kan pah," kini Arga menatap Papa Rasyid untuk meminta penjelasan.

Papa Rasyid terdiam, ia tidak tahu harus bicara apa kepada putranya.

"Itu benar, istri kamu meninggal," ucap Papa Yudha dengan sadis, "itu karena kamu, Arga," sambung Papa Yudha tanpa menatap lawan bicara.

***

Hari semakin petang, Arga enggak untuk masuk dalam kamarnya. Ia masih saja senantiasa menatap langit senja yang indah. Tangannya terus saja memegangi sebuah foto istri tercinta.

"Kamu dimana sayang?" lirih Arga sambil meneteskan air matanya.

Tak lama pintu balkon kamar terbuka, terlihat ibu setengah baya sambil membawakan segelas cangkir cokelat hangat.

"Rayyan," panggil Mama Sarah pada sang putra.

Arga menoleh sambil tersenyum tipis, ia mempersilahkan Mama Sarah untuk duduk di samping dirinya.

"Kenapa gak masuk, Ray? Sudah hampir malam," tanya Mama Sarah membuka obrolan.

"Mah, apa benar Arlettha sudah meninggal?" bukan menjawab pertanyaan Mama Sarah, Arga malah melontarkan pertanyaan.

Mama Sarah terdiam, ia sudah tau permasalahan ini. Papa Yudha yang sengaja memberikan sebuah surat Pengadilan Agama Jakarta Selatan untuk di tanda tangani oleh Arga secepatnya, karena Papa Yudha sudah mengetahui jika Argalah yang membuat Arlettha terluka.

"Nak, jangan fikirkan hal itu ya? InsyaAllah Arlettha baik-baik saja," ucap Mama Sarah setelah cukup lama terdiam.

Arga tetap terdiam, pandangannya kosong tak tau arah. Ia terus saja menatap langit yang sangat indah walaupun hanya sementara.

Mama Sarah terdiam, menatap sang putra yang sedari tadi melamun. Ada rasa kecewa dan kasihan dalam diri Mama Sarah. Tapi ia harus apa? Dirinya tak tahu keberadaan Arlettha.

"Mama harus apa sayang? Mama tidak tahu keberadaan istri kamu, bahkan Buna Daisy pun tidak tahu keberadaan Arlettha."

***

Pagi hari yang cerah namun tidak seperti Arga saat ini, sedari semalam Arga tidak tidur. Terlihat dari matanya yang terlihat mata panda, tapi dirinya harus menghadiri sebuah meeting dengan perusahaan yang lain.

"Ray, kamu yakin mau hadir acara itu?" tanya Mama Sarah memastikan. Ia tidak mau terjadi apa-apa dengan putranya.

"Iya mah, Rayyan akan hadir acara meeting dengan Pak Lee," balas Arga dengan tenang. Walaupun hatinya dan pikirannya sedang kacau.

Mereka pun melanjuti sarapan dengan tenang, tanpa adanya seorang menantu dan istri tercinta. Mereka semua tidak ada yang tahu kemana Arlettha pergi, bahkan kontak Arlettha tak aktif sejak 3 hari yang lalu.

Tak lama Albino sampai menjemput Arga untuk ke kantor, namun saat ingin keluar dirinya terlupakan sesesuatu.

"Kenapa balik lagi, Ray?" tanya Mama Sarah bingung.

"Ada yang ketinggalan, mah," balas Arga sambil menaiki undakan anak tangga dengan cepat.

Sesampai dirinya di dalam kamar, ia terus mancari sebuah flashdisk berwarna biru yang tertinggal disini. Ia mencari ke sisi-sisi ruangan, hingga tangannya membuka sebuah laci paling bawah.

Ternyata flashdisk berwarna biru itu terdapat di bawah sebuah buku tulis kecil, ia pun mengambilnya. Namun sebuah kertas kecil ikut dengan flasdisk tersebut hingga terjatuh di lantai.

Arga menghampiri dan mengambil sebuah kertas kecil yang jaraknya cukup jauh dengan dirinya.

"Surat?"

Ia pun mulai membaca isi surat tersebut, sebuah tulis tangan rapi dengan pena biru. Dengan teliti dirinya membaca, bahkan matanya sudah berkaca-kaca.

Assalamualaikum, suami aku.
Mas, maaf aku harus pergi untuk sementara.  Jaga diri kamu baik-baik di sana mas. Aku merindukan mu, suatu saat nanti kita akan bertemu dengan hati dan pikiran yang semula.

Maaf jika aku harus meninggalkan kamu, mungkin jalan ini terbaik untuk kita, mas. Aku selalu sayang sama kamu, mas.

I love you, mas dosen <3

- istri kamu, Lettha -

Arga mulai duduk di lantai sambil menangis dalam diam, dirinya tidak baik-baik saja saat ini. Ia butuh seseorang, dirinya butuh Arlettha.

"Kamu dimana Arlettha? Jangan pergi," lirih Arga dalam batin sambil menatap sebuah figura dirinya, Arlettha, dan Mikki.

... BERSAMBUNG ...
Jakarta, 1 Juni 2023

Sedikit dulu yaa hehe 😅

Sesuai ucapan aku pada akhir kata-kata di part 40. Dan aku sudah menemukan vote pertama yang membaca part 40 kemarin.

Selamat untuk Kak Wulan, terimakasih sudah membaca karya aku dan menjadi first person vote 😍❤ wulandary_143

Selamat untuk Kak Wulan, terimakasih sudah membaca karya aku dan menjadi first person vote 😍❤ wulandary_143

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sudah ku follow yaa, hehe 😅
Sekali lagi selamat 👏🤩💜

Yang pengikut aku belum tau nih, insyaAllah aku kabari hari Senin besok di IG @wp

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yang pengikut aku belum tau nih, insyaAllah aku kabari hari Senin besok di IG @wp.rnxyss

Mohon maaf banyak typo 🙏☺

Jangan lupa votmen!!

See you next chapter ❤

MAS DOSEN [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang