MAS DOSEN | 07

13.2K 414 2
                                    

... HAPPY READING ...

Waktu berjalan begitu cepat, minggu pertama setelah perjodohan itu terlaksanakan. Kini Arlettha tengah di sebuah cafe terdekat di kampusnya, ada hal yang harus Bella ketahui selama ini.

Lettha mengaduk-aduk cokelat hangat itu dan meminumnya sedikit. Ia menghembuskan nafasnya sebelum mengungkapkan apa yang harus ia ceritakan pada sahabatnya.

"Bell," panggil Arlettha pelan.

Bella menatap lawan bicara dan menaiki alis sebelah. "Kenapa?"

"Gue mau ngomong sesuatu," ungkap Arlettha.

"Soal?"

"Emm ... gue di jodohin sama papa dan buna," ujar Arlettha membuat lawan bicaranya terkejut.

"Letth—lu serius? Apa lu yakin dengan pilihan lu?" ucap Bella dengan nada khawatir.

Arlettha tersenyum lalu memangguk pelan. "InsyaAllah."

Bella mengambil tangan sahabatnya lalu menggenggam erat. "Letth, dengerin gue ya? Lu berhak untuk menolak atas perjodohan itu, lu berhak mencari jodoh pilihan lu. Lu berhak bahagia dengan cara lu sendiri, Letth. Gue gak mau sahabat gue yang cantik ini kembali terluka, lu janji ya sama gue? Kalo ada apa-apa jangan sungkan untuk cerita semuanya."

Arlettha terharu, bahkan matanya mulai berkaca-kaca. Ia berdiri dari tempat duduknya dan memeluk erat Bella.

Bella tersenyum dan membalas pelukan Arlettha, setelah cukup lama berpelukan kini mereka bercanda dan mengobrol secara normal.

"Kalo boleh tau lu mau nikah kapan? Dan sama siapa?"

"Minggu depan, sama—Pak Arga."

***

Kelas Fakultas Bisnis Manajemen sedang berlangsung, Arlettha tengah fokus sambil mencatat beberapa hal penting dari dosen di depan.

Jemarinya dengan lihai menggambar grafik, ia juga sesekali memebenarkan kacamata yang bersandar di hidung mancungnya.

Setelah Arga menjelaskan, ia pun berkeliling melihat mahasiswinya menggambar grafik. Tepat posisi Arga di samping antara Bella dan Arlettha, entah kenapa Bella terbatuk.

"Uhuk uhuk, ekhmm,"

Arga mengeritkan dahinya bingung pada mahasiswinya ini, batuk yang sangat aneh. Ia melirik Arlettha sekilas meminta jawaban, namun Arlettha sendiri tidak mengerti.

"Uhuk uhuk, ekhmm,"

Bella kembali berbatuk dengan nada di buat-buat, Arga menarik nafasnya lalu menatap Bella yang sudah diam membeku.

"Tolong jangan berisik! Jika masih ingin meledek tolong keluar!" bisik Arga pada Bella.

Seolah Arga paham maksud Bella batuk-batuk sedari tadi, ia pun segera kembali duduk ke tempatnya seperti semula dan menatap tajam murid-muridnya.

"Calon suami lu, seram juga ya, Letth," ucap Bella sedikit berbisik.

"Tolong, jika masih mau mengobrol harap KELUAR!"

Bella meneguk salivanya kasar, ia sedikit ragu jika sahabatnya ini akan cocok pada dosen yang nyebelin itu.

Ponsel milik Arlettha bergetar tanda pesan masuk, ia segera melihat dan ternyata Arga. Ia membaca secara diam-diam agar tidak terlihat oleh Arga.

Pak Arga
Habis ini kita cari cincin.

Itulah kalimat yang super singkat dan jelas dari Arga. Pembelajaran pun di mulai kembali dengan suasana yang berbeda, beberapa quiz yang di berikan Arga untuk mahasiswinya membuat mereka kesulitan apalagi dengan jumlah yang begitu banyak.

"Cukup sekian, pembelajaran kali ini. Semoga bermanfaat, selamat siang!"

Setelah berpamitan, Arga keluar dari kelas tersebut dengan buku-buku tebal yang ia bawa sedari masuk.

Arlettha segera membersihkan alat tulisnya dan akan pergi bersama calon suaminya, Arga.

"Lu mau kemana? Buru-buru banget," tanya Bella bimgung sambil memperhatikan gerakan Arlettha yang terburu-buru.

"Mau pergi, lu balik sendiri gak papa kan?"

"Iya gak papa, lagian gue bawa mobil," jawab Bella sedikit malas.

"Ya sudah gue tinggal, bye!"

Bella tersenyum sambil menatap punggung Arlettha yang semakin kecil. Semoga pilihan sahabatnya ini benar.

***

Arga dan Arlettha baru saja sampai di sebuah toko perhiasan ternama di Ibukota. Arlettha tengan melihat-lihat motif dan desaine yang simple baginya.

"Mbak, yang ini boleh saya lihat?" izin Arlettha sambil menunjul sebuah cincin polos berwarna gold itu.

Pelayan toko pun mengambilnya dan membantu Arlettha mencobanya. Ternyata cantik dan cocok untuknya.

"Bisa desain nama gak, mbak?"

Pertanyaan Arlettha barusan membuat Arga menatapnya bingung dan untuk apa?

"Bisa kak, mau di kasih nama apa?"

Arlettha terdiam. Ia lupa jika ia tidak memakai sendiri tetapi berdua, akan-kah Arga suka?

"Bapak gimana? Mau desain atau polos aja?"

"Terserah," balas Arga.

Arlettha tersenyum, lalu kembali menatap pelayan toko tersebut.

"Ya udah mbak, gini aja. Untuk cincin perempuan beri nama Arga dan cincin laki-laki beri nama Arlettha. Jangan lupa kasih love ya mbak setelah nama."

Pelayan itu mencatat apa yang di katakan Arlettha dengan teliti.

"Baik, kita bisa simpulkan bahwa namanya di tukar dan setelah nama di beri love?"

"Betul sekali, mbak."

Setelah mencari cincin kini Arlettha berjalan di samping Arga sambil memegangi perutnya yang sedikit lapar itu, Arga tidak jahat begitu saja, ia tau jika Arlettha lapar saat ini.

"Kita ke restoran dulu ya? Saya lapar." Arlettha memangguk dan mengikuti Arga dari belakang.

Mereka tiba di sebuah restoram dan memesanakanan yang ada di restoran tersebut dengan menu yang sama.

"Pak," Arlettha memberanikan diri untuk memanggil dosennya yang fokus pada handphonennya itu.

"Ya?"

"Saya harap—bapak tidak salah memilih saya menjadi pendamping hidup bapak selamanya."

Arga tak menjawab apapun, ia hanya diam dan kembali fokus pada handphonennya. Hingga tiba makanan itu sampai, tak ada lagi obrolan yang di mulai dari kedua insan tersebut.

***

"Terimakasih," ucap Arlettha setelah di antar pulang oleh Arga dari berbagai tempat toko yang mereka singgahi.

Arga memanggguk.

Arlettha pun membuka pintu mobil namun diurungkan  oleh ungkapan Arga.

"Saya tidak tau harus bagaimana. Saya hanya minta bersabarlah dengan sikap saya, Arlettha Yuriza."

... BERSAMBUNG ...
Jakarta, 06 April 2023

Allo!
Gimana sama bab kali ini?

Mon maaf kalo ada typo 🤝🤗

Jangan lupa buat follow akun wattpad aku yaa 😁

Jangan lupa vote dan komen 😉👍

Mampir ke akun tiktok dan instagram aku yaa @wp.rnxyss

See you next chapter ❤

MAS DOSEN [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang