MAS DOSEN | 25

9.6K 243 0
                                    

... HAPPY READING ...

Hari pertama Arga di rawat di Rumah Sakit Kejora, salah satu rumah sakit yang di percayai oleh keluarga Dirgantara. Arga masih saja senantiasa tidur dari komanya, sudah hampir satu minggu ia koma tak sadarkan diri setelah kejadian yang menimpanya.

Jarum jam menunjukkan pukul 08 : 00 WIB, Arlettha sudah siap-siap untuk pergi ke kampusnya. Hari yang sangat berbeda dari sebelumnya, terasa sepi dan sunyi, biasanya pagi-pagi ini ada saja hal yang di bencandakan oleh Arga maupun Arlettha.

Terdengar ketukan pintu membut lamunan Arlettha buyar, ia segera buka tenyata Bi Atun yang berdiri di ambang pintu.

"Ada apa, bi?" tanya Arlettha diakhiri senyum.

"Di tunggu sama Ibu Sarah dan Pak Rasyid, non," balas Bi Atun.

Arlettha memangguk dan tersenyum. "Terimakasih bi, nanti Arlettha turun dan sarapan bersama."

Setelah itu Bi Atun pamit untuk melanjuti aktivitasnya, sementara Arlettha menyiapkan barang-barang dan buku yang akan ia bawa ke kampus.

Menuruni undakan anak tangga dengan tenang, Arlettha menatap meja panjang dengan satu kursi kosong. Ia tersenyum getir, andai saja kejadian itu tidak pernah terjadi. Sudah pasti Arlettha tidak merasa seperti ini.

"Kamu mau kuliah, Arlettha?" tanya Papa Rasyid yang melihat menantunya menuruni undakan anak tangga.

Arlettha memangguk seraya tersenyum ramah. "Iya pah, lagi ada jadwal pagi hari ini."

Papa Rasyid memangguk paham dan mengajak Arlettha untuk segera sarapan agar tidak telat. Tak ada pembicaraan sedikit pun selama sarapan, mereka sibuk dengan makanan masing-masing. Sementara sepasang mata menatap kursi yang kosong itu dengan sedu.

"Besok Arlettha akan tidur di rumah pah, mah. Kasian rumahnya gak di tempati. Bi Sumi lagi pulang karena anaknya sakit." 

Tiba-tiba saja Arlettha membuka suara dan mengejutkan mertuanya itu. Apa? Arlettha akan tidur di rumah sendiri? Apakah tidak bahaya?

"Kamu yang benar saja Arlettha?" tanya Mama Sarah khawatir.

Arlettha memangguk. "Iya mah. Gak papa kan? Nanti Arlettha akan sering main ke rumah mama," jelas Arlettha memastikan.

Mereka saling bertatap. Apakah ini yang terbaik untuk Arlettha?

"Kamu yakin?" tanya kembali Papa Rasyid.

Arlettha memangguk. "Iya pah. Boleh kan? Jika tidak Arlettha akan tetap tinggal disini kok," ucapnya di akhiri senyum.

Papa Rasyid merasa tidak tega. Walaupun rumah ini juga miliknya tetapi rumah Arga jika haknya. Arlettha berhak memilih akan dimana ia tinggal.

"Baik-lah papa izinkan, tapi janji ya akan selalu datang ke rumah?"

Arlettha memangguk sambil tersenyum ramah. "Pasti, pah!"

***

Sepulang dari kampus, Arlettha memutuskan untuk pergi ke perpustakaan sambil membawa file dokumen yang ia minta di Gina Hotel pasca musibah itu terjadi. Ia sudah memutar terus rekaman cctv itu berlangsung, dan ia merasa hutang budi kepada Arga yang menolong nyawanya.

Arlettha masih tidak habis fikir siapa yang ingin menyelakai dirinya? Bukankah ia selalu baik dengan orang lain tapi kenapa orang lain selalu saja jahat kepadanya?

Saat ia fokus pada video rekaman tersebut tiba-tiba saja handphone yang berada di samping laptopnya bergetar terdapat nomor yang tidak ia kenal. Siapa dia?

"Hallo, selamat siang. Siapa ya?"

"Hallo, selamat siang. Saya dari kantor polisi Jakarta, apa benar saya sedang bicara dengan Ibu Arlettha istri dari korban di Gina Hotel?"

Terrdengar suara tegas dan lantamg itu, ternyata salah satu polisi yang bertugas untuk mencari tahu siapa yang mencoba membunuh dirinya?

"Iya betul. Ada apa yak pak?"

"Kami dari pihak kepolisian meminta anda untuk memberi penjelasan pada kasus yang menimpa suami anda. Apa bisa datang ke kantor kami sore ini?"

Arlettha terdiam. Apa kepolisian yang ia minta sudah menemukan orang yang mencoba membunuhnya? Ia pun melihat jam di tangannya yang masig menunjukkan pukul 13 : 45 WIB.

"Bisa. 20 menit lagi saya akan sampai di lokasi," ujar Arlettha dengan tegas.

"Baik. Terimakasih."

Percakapan tersebut pun berakhir, sementara Arlettha masih saja bingung dengan siapa orang yang hampir membunuhnya? Ia pun segera memberekan alat-alat kampusnya dan segera pergi ke kantor polisi yang tidak jauh dari lokasi kampus ini.

***

Sesampai di kantor polisi Jakarta, Arlettha di minta untuk ke dalam ruangan kepala polisi di sini. Ia betapa terkejutnya melihat sosok yang sedang duduk di depan polisi itu.

"Silahkan duduk, Ibu Arlettha," ujar kepala polisi yang bernama Ridwan.

Arlettha tersenyum dan berjalan, saat ingin duduk ia melihat wajah sosok di sampingnya, ia sangat kenal orang ini. Hingga orang itu benar-benar menoleh dan terlihat jelas wajah yang penuh dengan lebam.

"Rangga?"

... BERSAMBUNG ...
Jakarta, 06 Mei 2023

Nah lo, siapa tuh?

Di gantung dulu yaa, besok mungkin penjelasannya.

Mohon maaf kalo ada typo ☺👐

Dah ah gak mau panjang-panjang, aku sudah mengantuk 😔

Gak biasa bergadang, mau bergadang tapi mata tidak mendukung kalo gak terlalu banyak tugas 😅

Jangan lupa vote dan komen!!

See you next chapter ❤

MAS DOSEN [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang