MAS DOSEN | 33

9.7K 255 3
                                    

... HAPPY READING ...
⚠️ bacanya pelan-pelan yaa ⚠️

🕊🕊🕊

Setelah mereka cukup lama berbincang dengan Kantor Polisi Jakarta Selatan, kini mereka sudah berada di sebuah taman dekat kampus Arlettha. Sejak dari tadi Arlettha masih saja memikirkan tentang anak yang ia kandung saat ini, ia takut ketika bayi itu terlahir tetapi Arga belum bisa mengingatnya.

"Letth, sudah ya? Lu yang tenang. Gue yakin kok sebelum bayi ini lahir pasti ingatan Arga akan kembali," ujar Wilona meyakinkan.

Arlettha tersenyum dan menatap perut yang masih cukup rata itu. "Kalau bayi ini gak punya seorang papa, gimana Wil?"

Wilona sudah pasrah dengan Arlettha. Ia tahu depresi itu kembali lagi, setelah satu tahun ia kehilangan kini kembali lagi.

"Enggak, Letth. Anak lu bakal punya papa, percaya sama gue," tegas Wilona.

Arlettha tersenyum dan memeluk Wilona dengan erat, akhir-akhir ini mentalnya down. Setiap malamnya Arlettha selalu saja meminum obat yang di anjurkan dokter beberapa minggu lalu. Rasanya sudah tidak sanggup lagi.

"Will, kalau sidang kasus ini sudah selesai dan Mas Arga belum sadar dari ingatannya, boleh nggak, kalau gue pergi sebentar untuk menenangkan diri?"

Wilona memangguk setuju, "boleh. Lu mau kemana? Keliling dunia pun bakal gue jabanin asal keponakan gue dan mamanya bahagia."

Arlettha tertawa kecil, sahabatnya ini selalu saja memiliki cara agar dirinya tersenyum kembali.

"Wil, makasih banyak karena lu sudah mau dan selalu ada di sisi gue saat gue drop gini. Bahkan lu rela lakukan apapun biar gue gak selalu drop. Makasih banyak, Will,"

Wilona tersenyum dan mengusap bahu Arlettha lembut, "sama-sama. Sudah semestinya seorang sahabat saling menguatkan. Apapun itu yang gue mampu akan gue lakuin, Letth," balas Wilona menatap taman hijau yang indah ini.

Arlettha tersenyum dan kembali memeluk erat Wilona, hingga jam di lengan Arlettha berbunyi bahwa 20 menit lagi kelas akan segera di mulai. Untung saja taman dan kampus Arlettha tidak jauh hanya membutihkan waktu kurang lebih 10 menit.

***

Jam kampus Arlettha sudah selesai 15 menit yang lalu, tapi dirinya masih saja setia di dalam kelas. Padahal hampir semua mahasiswa/i di kelas itu sudah keluar.

"Letth, lu gak ke kantin?" tanya Ivana yang memperhatikan Arlettha sedari tadi.

"Mau bareng sama kita?" imbuh Jessy.

Arlettha menggeleng pelan lalu tersenyum, "enggak, makasih. Gue mau langsung pulang aja kok. Capek banget hari ini," ucapnya di akhiri tawa kecil.

Jessy tersenyum, "ya sudah kalau gitu, kita duluan ya?"

Arlettha memangguk sebagai jawaban. Ia melihat jam yang masih menunjukan pukul 3 sore lewat 10 menit. Ia pun memutuskan keluar dan menunggu ojol yang ia pesan beberapa detik lalu.

Selama di lorong kampus banyak sekali yang membisiki dirinya, jika ia memiliki sahabat yang amat sangat jahat. Sepertinya berita tentang Bella itu sudah tersebar luas di berbagai mahasiswi kampus.

"Kasian banget ya, punya sahabat jahat kaya Bella,"

"Iya yah, kudunya mah Arlettha masuk cricle kita aja biar bahagia terus,"

"Kudunya kita adukan ke Pak Jae supaya Bella keluar dari kampus ini,"

Dan masih banyak lagi berbagai sindiran untuk Bella, untung saja Bella tidak masuk hari ini. Mereka hanya bertemu di kantor kepolisian saja, karena pihak polisi menegaskan jika Bella sudah menjadi tersangka.

MAS DOSEN [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang