Harap Maklumi Typo yaa
Happy Reading
Keheningan yang menyita karena terkunci di ruangan penuh sesak. Hal itu membuat keempat remaja itu saling menatap satu sama lain. Helaan napas panjang keluar dari mulut mereka. Sunny yang pertama bersandar di pintu.
"Kita harus apa sekarang?" tanya Samuel sambil mengacak rambutnya dengan asal.
Melody bersandar di salah satu lemari kayu, dan perlahan duduk di lantai.
"Tunggu sampai ada yang sadar kalau kita hilang, paling besok pagi ada cleaning service yang ke sini," ujar Melody dengan santai, tapi menahan nyeri di perutnya.
Samuel mendecak, tapi akhirnya memilih duduk di samping Melody, dan menyandarkan kepalanya ke lemari. Sedangkan Rain, dia masih dengan posisi berdiri, melirik ke arah Sunny yang tengah menggenggam kedua tangannya, terlihat gelisah, dengan kaki kanannya yang bergerak mengetuk lantai.
Rain menghela napas panjang, dia tahu Sunny masih punya rasa takut akan terkunci di dalam ruangan seperti ini, terutama gudang. Perlahan, dia melangkah ke arah Sunny, dengan Sunny yang seakan sulit bernapas. Rain menggenggam pergelangan tangan Sunny. Hal itu membuat Sunny sedikit terkejut, tapi tetap diam ketika Rain membawa Sunny duduk di sampingnya.
Rain melihat Sunny sudah mulai merasa tenang, dan dia memilih melepaskan genggamannya di pergelangan tangan Sunny.
"Lo ngapain di sini, Sun?" tanya Samuel, lagi.
Sunny tidak menatap Samuel. "Bukan urusan lo!"
Samuel tersenyum kecut dan akhirnya mengeluarkan ponselnya, dia membuka aplikasi untuk game offline-nya.
"Oh, shit! Habis baterai!" umpat Samuel ketika ponselnya tiba-tiba mati.
Melody tersenyum kecil mendengar umpatan Samuel.
"Sam!" seru Rain.
Samuel bergumam, dan matanya masih tertutup.
"Gimana hubungan lo dengan Liona?" tanya Rain.
Seketika mata Samuel tiba-tiba terbuka dan dia menatap wajah Rain yang pucat. Sunny hanya diam, walaupun dia sedikit terkejut. Sedangkan Melody, dia tetap tenang, seolah sudah menduga pertanyaan itu.
"We just friend! Why?"
"Liona baper sama lo! Lo tahu, kan?"
Samuel menggaruk kepalanya yang sebenarnya tidak gatal.
"Lo sebenarnya, cuma kasihan 'kan, sama dia?" tanya Rain, lagi.
"Em—"
"Kalau itu benar, lebih baik lo jauhi dia. Liona itu fatherless, dia haus kasih sayang, dan dia sering salah mengartikan rasa kasihan dan rasa suka laki-laki ke dia! Dia udah bego, dan tambah bego kalau soal cinta yang omdo itu. Gue nggak mau dia salah paham sama lo!"
Samuel diam sejenak, dan akhirnya mengangguk-angguk kecil.
"Dan kalau bisa, lo jelasin ke dia, buat dia hilangin perasaannya ke lo!"
"Itu ... too much nggak sih, Rain?" tanya Samuel ragu-ragu, dia tidak mau menyakiti perasaan Liona.
Rain menggangguk. "Tapi, lebih baik sakit di awal, daripada sakit di akhir dengan perasaan yang terjebak terlalu jauh!"
Samuel menghela napas panjang. "Oke, gue akan coba bicara sama Liona!"
"Rain, lo terlalu perhatian ke Liona." Melody yang berbicara. "Jangan-jangan, lo bakal kasih dunia lo ke dia juga?" tanya Melody sambil menatap mata Rain.

KAMU SEDANG MEMBACA
CHAMPION CLASS and the WINNER
Teen Fiction[SEQUEL CHAMPION CLASS] "Tree High School dan Champion Class bagaikan bunga mawar, terlihat indah, tapi juga menyakiti!" -Rain- *** Design Cover: (ig: ria_graphicc)