Kaget

89 1 0
                                    

      sekembalinya Sony dari apartemen Andra, dia bergegas masuk ke dalam kamarnya. ini sudah larut baginya untuk mengajak pulang Reina. dia memandangi wajah Reina dengan seksama.

    "maafkan aku sayang." ucap Sony sambil mengecup dahi Reina yang sedang tertidur dengan pulasnya.

    Sony segera keluar dari kamar itu sesudah dia menyegarkan badannya, ternyata banyak teka-teki yang di sembunyikan Andra adiknya.

    "jangan sampai Andra berbuat kesalahan terhadap Emma." batin Sony mengeryitkan keningnya.

    Sony begitu khawatir akan perilaku adiknya yang suka bar-bar terhadap wanita. Sony membalikkan badannya dan ternyata ada Yoga Pradipta Wijaya yang menepuk bahunya.

    "Papi belum tidur?" tanya Sony terkejut.

   "belum Papi menunggu kamu kembali." jawab Yoga dan duduk di samping putranya di ruang makan.

   "Sony buatkan minuman dahulu buat Papi, Papi mau minum apa?" tanya Sony menawarkan.

    "kopi saja." jawab Yoga lagi.

     Sony bergegas berjalan menuju dapur, dan segera membuatkan kopi untuk Yoga Pradipta Wijaya.

    "Sony kamu tahu bukan kalau Papi tidak suka dibohongi. Papi tahu kamu tidak berbohong kepada Papi soal berkas Andra. Papi hafal semua sifat-sifat anak Papi." ucap Yoga menatap tajam ke arah Sony.

    Sony dengan tenang tetap membuatkan kopi dan menyajikannya dihadapan Papi angkatnya. dia sadar Papinya selalu peka akan perbuatan anak-anaknya hingga tidak ada cela untuk menyembunyikan kebohongan apapun. Sony menghela napas panjang, dan meminum teh hangat buatannya sebelum memulai berbicara kepada Papinya.

    "Papi maafkan Sony. Sony belum bisa memberitahu kepada Papi, tapi yang jelas Sony tidak memiliki hubungan apapun dengan Emma sebelum dan sesudah Sony berada di Italia. hanya Reina yang Sony inginkan dan Sony cintai, pih. Sony hanya mengenal Emma saja tidak lebih, dia pribadi yang baik." ucap Sony mencoba menjelaskan kepada Yoga Pradipta Wijaya.

    "lalu mengapa kamu begitu khawatir? apa kamu tahu keberadaannya? jangan membuat Reina sakit hati, Sony. Papi tidak menyukainya." ucap Papi sambil menyeruput kopi buatan anaknya itu.

    "maafkan Sony, Papi. Sony janji tidak akan membuat Reina kecewa terhadap Sony." ucap Sony berusaha menyakinkan.

    Sementara di tempat lain Emma segera terbangun setelah dia dibangunkan oleh bik Siti. dia kaget ternyata dia tertidur di ruang tamunya.

    "hmm... maaf bik, Emma ketiduran." ucap Emma merasa tidak enak hati.

    "tidak apa, neng Emma, lebih baik neng mandi dahulu. ini sudah mau gelap." ucap bik Siti dengan senyum yang ramah.

    Emma segera melihat jam yang tergantung didinding rumah milik bik Siti, betapa kagetnya bahwa kini sudah pukul 5 petang.

    "bik Emma mandi di villa saja, Emma hanya mau meminta maaf kepada bibi dan suami bibi atas kejadian yang menimpa Santi kemarin, saya merasa bersalah sudah meninggalkan Santi sendirian." ucap Emma sedih.

    "yang lalu biarlah berlalu, Santi juga sudah pulang selamat. kemarin sudah diantar oleh anak buah pak Andra. saya yang minta maaf sudah membuat neng Emma celaka." ucap bik Siti tersenyum.

   "bik Emma pamit ingin pulang lebih cepat ke Jakarta malam ini jika mendapatkan travel, jika tidak besok pagi-pagi Emma berangkat. saya pamit pulang ke villa dahulu." pamit Emma sambil membenahi dirinya dan memasukkan ponselnya ke dalam tasnya.

    "mau Santi antarkan kak?" ucap Santi menawarkan yang melihat Emma keluar dari rumahnya.

    "tidak usah, terima kasih Santi." ucap Emma sambil berlalu berjalan menuju villanya.

    tidak membutuhkan waktu lama akhirnya Emma telah sampai di villa yang dia sewa sendiri, dia berharap tidak bertemu dengan Andra kembali. saat dia menyalakan lampu kamarnya betapa terkejutnya dia mendapati seseorang yang ingin dia hindari saat ini dan selamanya. jantung Emma berdetak lebih cepat dari biasanya. rasa kecewa dan benci berubah menjadi rasa takut.

   "mas Andra." pekik Emma diambang pintu kamarnya.

   Andra yang sudah menunggu Emma dari tadi diam dikamarnya hingga petang tiba, dia sengaja tidak menghidupkan lampu villa ini jika Emma tahu di villanya ada orang otomatis dia tidak akan masuk ke dalam.

    Andra bisa di bilang licik jika tidak melakukan hal itu bukan Yosandra Regan Pradipta Wijaya namanya. dia bisa melakukan apapun sesuai kehendaknya, sesuai keinginannya dengan kelicikannya bahkan dia bisa menjadi orang yang disegani di kalangan pebisnis.

    "selamat malam Amberly Kirana Putri Dhwizis." ucap Andra sambil bangkit berdiri dari ranjang.

    Andra menatap Emma dengan tatapan tajam bagai elang yang tengah mengincar mangsanya.

    "maaf pak Andra, saya salah masuk villa." ucap Emma dan segera berbalik untuk membuka pintu kamarnya.

   dengan cepat Andra sudah mencekal lengkap Emma dan menariknya, hingga kini Emma berada di dalam dekapan Andra.

    degup kencang jantung Emma membuat dia tidak bisa berkutik apapun. pesona milik Andra membuatnya luruh, dia tahu jika dia berlama-lama di dekat Andra akan bisa berbahaya baginya.

    "apapun yang sudah menjadi milik Yosandra Regan Pradipta Wijaya, tidak akan mudah lepas begitu saja." bisik Andra di telinga Emma.

    sekujur tubuh Emma bergidik meremang mendengar bisikan Andra barusan. sebisa mungkin dia memberanikan dirinya untuk berbicara tapi lidahnya terasa keluh untuk mengeluarkan kata-kata. Emma hanya sanggup menelan salivanya saja.

    "jangan pernah mencoba kabur dari aku, Emma. aku tidak ingin menyakiti kamu." lirih Andra dengan pelan, tangannya membingkai wajah manis Emma.

    "mas tolong lepaskan aku." pinta Emma dengan susah payahnya.

     "sekarang ikut aku." Andra segera menarik tangan Emma untuk mengikutinya, dia akan kembali ke villanya malam ini.

    "stop mas, aku ingin pulang malam ini. aku sudah pesan travel." ucap Emma berbohong dan mencoba melepaskan cekalan tangan Andra.

    Andra tidak peduli dengan Emma yang terus berontak, yang dia inginkan sekarang Emma berada di villanya.

   "mas lepas!" pekik Emma sambil menyentakkan tangannya yang di cengkram oleh Andra.

    seketika Andra berhenti dan berbalik menatap tajam Emma. rahangnya mengeras menahan emosi yang membuncah.

     "aku tidak mau menjadi korban mas, selanjutnya. aku kira mas tulus menolong aku jika bisa aku bayar lebih baik aku membayar semua pertolongan yang kamu berikan kepada aku, mas! berapa yang mas minta dari aku. aku tidak mau berdekatan dengan lelaki penjajah seperti kamu, mas!" bentak Emma yang terus meracau.

   Entah keberanian dari mana dia sanggup mengatakan itu semua kepada Andra. sanggup melawan Andra seperti ini adalah sebuah mukjizat bagi Emma, walaupun dia tahu tidak akan mudah bernegosiasi dengan Andra.

    jika hal ini gagal, setidaknya dia sudah mencoba mengulur waktunya. Emma takut jika dia sudah masuk kembali ke villa itu, akan mendapatkan hal yang lebih parah dari di apartemen.


   
   

TERJERAT CINTA PRIA ANGKUH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang