Kunjungan ke Dua

220 4 0
                                    

      "selamat siang, selamat datang di cafe pelangi. mari saya antarkan ke meja pak." ucap Emma dengan senyum ramah dan mempesona.

     "saya ingin duduk di meja pojok sana." ucap pria berjas hitam itu sambil jari tangannya menunjuk ke arah meja yang dimaksud dan berjalan meninggalkan Emma.

     Ya, pria itu tidak lain dan tidak bukan adalah Yosandra Regan Pradipta Wijaya biasa di sapa Andra, pemimpin perusahaan keluarga Pradipta Wijaya yang memiliki tambang batu bara.

    "sudah biarkan saja Emma, dia memang seperti itu dingin, cuek, semua yang diinginkan harus terlaksana.

     "perkenalkan nama saya Sony." ucap Sony memperkenalkan diri dengan begitu ramah.

    Emma tersenyum dan menerima jabat tangan dari Sony sebagai perkenalan mereka. Emma dan Sony berjalan dibelakang Andra sambil berbincang-bincang.

    "Hot cappucino." ucap Andra sebelum Emma menanyakan pesanannya.

    sambil tersenyum Emma menganggukkan kepalanya dan mencatat pesanan tersebut.

    "apa ada menu baru Emma? sepertinya dessert-dessert ini menyegarkan, apa dessert yang recommended di cafe ini Emma?" tanya Sony dengan suara pelan dan terlihat tenang.

    "Iya pak Sony, awal bulan ini kita menyediakan dessert sebagai pilihan menu lain, mungkin anda bisa mencoba vanilla raisin panna cotta with berry compound, perpaduan antara puding susu cream dipadukan with pure strawberry dan jus lemon rasanya tentu saja segar." ucap Emma menjelaskan dengan singkat.

    Sony menganggukkan kepalanya tanda dia mengerti dari  penjelasan yang Emma berikan.

    "oke saya mau coba menu itu dan untuk minumannya sunkist juice saja." pinta Sony agar pesanannya segera dibuatkan.

    "baik pak, tunggu sebentar pesanan akan segera dihidangkan." ucap Emma tersenyum dan meninggalkan tempat tersebut dengan hati tidak menentu. karena Andra menatap Emma tanpa ekspresi apapun.

    "kenapa pak Andra menatap aku seperti itu perasaan aku tidak ada yang salah memakai pakaian atau make up yang aku kenakan tidak berlebihan. rasanya tidak nyaman jika dilihat seperti itu, sorot matanya tajam sekali menakutkan." pikir Emma sambil membayangkan betapa kejam dan angkuhnya pak Andra.

    "kemana pelayan tadi, aku mau dia yang mengantarkan pesanan aku." ucap Andra dengan sorot mata yang tajam dan menakutkan.

     "aduh bagaimana ini, mengapa pak Andra seperti itu. apa Emma melakukan kesalahan? menakutkan sekali kalau sampai terjadi." gumam Lisa dalam hati.

    "ma ... maaf pak, Emma sedang istirahat karena ini jam istirahatnya maka -"

     belum selesai Lisa menjelaskan tiba-tiba dipotong begitu saja oleh Andra.

    "sekali lagi aku mau pelayan itu yang mengantarkannya." pekik Andra dengan sorot mata tajam.

    "baik pak." ucap Lisa, dia susah payah menahan rasa gugupnya sambil melangkah berjalan mencari Emma.

    "Emma ... gawat Emma pak Andra meminta kamu yang melayaninya, dia marah-marah ketika aku mengantar pesanannya. aku takut sekali Emma, apa kamu mempunyai kesalahan?" pekik sekaligus tanya Lisa pada temannya.

    "hah! kenapa aku Lisa? aku tidak melakukan apa-apa, baiklah aku ke sana sekarang." jawab Emma menggandeng tangan Lisa untuk kembali ke depan.

    Emma kembali membuatkan pesanan yang di pesan oleh Andra, dia takut kalau nanti pesanan yang telah dibuat tidak panas tentu saja pak Andra akan kembali marah.

    "silahkan hot cappucino pesanan anda, masih ada pesanan yang lainnya pak?" tanya Emma sambil tersenyum.

   "No." itulah jawaban yang seketika membuat Emma bernapas lega, dia bersyukur bisa beristirahat kembali.

    "aku mau setiap aku berada di cafe ini kamu yang melayani aku!" ucap Andra dengan tegas dengan sorotan mata yang tajam membuat Emma merinding seketika.

    "apa tidak salah jika begini." batin Emma dalam hati.

    "baik pak Andra, kalau begitu saya permisi." pamit Emma melangkah pergi dengan hati yang tidak menentu.

    "apa dosa aku selama ini, kenapa harus bertemu dengan pak Andra si muka kulkas ini, jangan sampai aku mendapatkan jodoh seperti pak Andra.

    "Emma peminat dessert hari ini cukup lumayan, bagaimana perasaan kamu sekarang?" tanya Farhan dari seberang telponnya.

    "Iya mas, hari ini aku puas sekali dessert kita banyak peminatnya. besok pagi-pagi aku akan buat lebih banyak, karena kata Qonita hari ini dessert yang aku buat sudah ludes habis." ucap Emma menjawabnya dari telpon genggamnya.

    "maaf Emma, aku hari ini tidak bisa membantu kamu, tapi besok aku pastikan bisa membantu kamu. besok kamu hanya membuat dessert saja setelah itu istirahatlah. sudah dulu aku matikan telponnya kamu segera istirahat jangan lupa makan dan jaga kesehatan." ucap Farhan kembali dari seberang telponnya.

    "kamu juga mas, selamat malam." pamit Emma sambil menutup telponnya.

    "kenapa aku jadi kepikiran dengan muka kulkas itu? dibalik sikapnya yang terkesan dingin, dari sorot matanya yang terlihat, dia seorang arogan dan cuek apa semua orang kaya seperti pak Andra. tapi, jika dilihat sekilas memang sangat tampan. namun, menyebalkan suka memerintah sesuka hati." batin Emma sambil terus mencari jawaban dipikirannya.

     Tok! tok! tok!

    "Emma kamu sudah tidur?" teriak Qonita dari luar kamar.

    "belum Nit, masuk saja pintunya tidak dikunci." seru Emma dari dalam kamar.

    "Emma benaran tadi kamu melayani pak Andra? dia meminta kamu untuk melayani setiap kali dia datang ke cafe." tanya Qonita penasaran karena tadi dia tidak satu shift dengan Emma, dia mengetahui hanya dari cerita rekannya saja.

     "Iya Nit, aku kaget tadi waktu dia meminta aku untuk melayaninya, sorot matanya tajam banget Nit, aku dibuat merinding oleh tatapannya. aku berharap ada yang menggantikan aku." ucap Emma menjelaskan yang sebenarnya terjadi.

    "hmm... bagaimana kalau aku saja yang menggantikan kamu untuk melayani pak Andra dan pak Sony. siapa tahu pak Sony melirik aku untuk diminta menjadi istrinya." ucap Qonita dengan cengiran kudanya.

    "Idih PD banget sih Nit, mulai besok gantian kamu saja yang melayani pak Andra. awas saja kalau kamu nangis lalu mencari aku sebab aku tidak mau membelikan permen untuk kamu." ucap Emma menggoda sambil tertawa lepas.

    melihat Qonita yang manyun serta bibirnya yang seperti anak kecil itu, membuat Emma tertawa dibuatnya.

   "sudah sana kembali ke kamar kamu, aku mau tidur karena besok aku harus berangkat kerja pagi sekali." ucap Emma menyuruh sahabatnya agar segera meninggalkan kamarnya.

    "idihhhhh gayanya sekarang supervisor cantik ini. baiklah sekarang aku kembali ke kamar dulu, good night." ucap Qonita sambil berjalan melangkah keluar kamar.

    "Qonita... kamu jahat sekali." teriak Emma kesal.

   "aku tidak jahat, aku baik loh! buktinya kamu mempercayai aku sebagai saudara sekaligus sahabat kamu selama berada di sini." ucap Qonita membalas menggoda Emma yang masih terduduk di ranjangnya.

     setelah Qonita mengatakan itu segera dia menutup pintu kamar Emma dan kembali berjalan menuju kamarnya.
   
   
    

TERJERAT CINTA PRIA ANGKUH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang