"selamat sayang, sebentar lagi anak Mama akan menjadi seorang Ibu kenapa kalian tidak memberitahu kepada kami?" protes Inayah pada putri tercintanya.
"apa kalian menunda kepulangan karena mengetahui Emma hamil?" tanya Indira dengan tatapan menyelidiki.
"maafkan kami Mami, Mama kami memang sengaja ingin memberitahukan langsung jika kami sudah kembali ke Jakarta." ucap Emma bersemangat dengan surprisenya.
"Iya Mami, benar aku dan Emma menunda kepulangan ke Indonesia karena diawal kehamilan Emma yang begitu lemah, jadi kami harus stay di sana hingga kandungan Emma kuat. barulah saat ini kami bisa pulang, beberapa kali juga Emma di rawat di sana jadi aku tidak ingin mengambil resiko tinggi dengan memaksakan untuk segera pulang." ucap Andra menjelaskan kepada keluarga besarnya panjang lebar.
"kalau kalian bilang, Mami akan menyusul kalian dan menjaga Emma." ucap Indira membela diri sambil tersenyum.
"Emma itu tanggung jawab aku dan kewajiban aku, jadi aku tidak masalah jika harus merawatnya cukup do'akan saja agar cucu Mami dan Mama lahir dengan selamat juga sehat." ucap Andra tersenyum bahagia sambil menciumi punggung tangan Emma.
"itu tentu Andra, kami selaku orang tua tentu saja mendoakan kebahagiaan kalian beserta anak-anak kalian kelak." ucap Gibran Pramudya Dhwizis menambahkan dengan perkataan bijaknya.
"betul Andra kami semua selalu mendoakan agar kalian hidup rukun dan bahagia selalu." ucap Yoga Pradipta Wijaya ikut membuka suaranya sambil menganggukkan kepalanya tanda setuju dengan perkataan besannya barusan.
Pagi hari Andra kembali melakukan aktivitasnya di kantor sedangkan Emma ditinggal bersama kedua orang tuanya beserta ibu mertuanya, sedangkan Papi mertuanya ikut bersama Andra ke kantor pusat untuk mengadakan meeting bersama.
semua berkumpul di taman belakang rumah baru Andra, mereka duduk-duduk santai di gazebo yang mengarah langsung pada kolam ikan.
Andra sangat pintar memilih rumah yang indah walaupun ditengah kota seperti ini tapi suasananya seperti berada di desa, terasa sejuk dan sangat nyaman sekali untuk menjadi sebuah hunian yang di prioritaskan oleh Andra untuk istri tercintanya. apalagi di depan banyak bunga-bungaan yang bermekaran seperti rumah nenek Lidya di Jepang.
"Emma apa kamu sempat mengunjungi rumah nenek Lidya?" tanya Indira penasaran membuka percakapan mereka di suasana pagi hari.
"Iya Mami, mas Andra mengajak aku berkunjung ke rumah nenek Lidya. kami di sana hanya sebentar setelah itu kami berangkat ke Dubai. sedih sebenarnya meninggalkan rumah nenek Lidya." ucap Emma menceritakan perjalanannya berbulan madu selama di luar negeri bersama dengan suami tercintanya.
"rumah itu penuh kenangan Emma, itu rumah penuh sejarah. nenek Lidya juga tidak mau meninggalkan rumah itu. sebenarnya Mami ingin nenek Lidya ikut Mami di Jakarta agar Mami bisa merawat beliau." ucap Indira menjelaskan sambil mengenang kenangan masa mudanya tinggal di Jepang.
"Iya Mami kemarin aku juga sempat menelpon nenek untuk mengajaknya ikut pindah bersama aku, tetapi nenek juga tidak mau. nenek Lidya juga kemarin sebelum Emma pulang juga memberikan sebuah kalung berliontin bunga sakura sangat indah sekali. Emma sempat ragu menerima kalung itu, kata mas Andra kalung itu juga penuh kenangan dan sejarah bagi nenek, maka dari itu aku tidak berani memakainya aku takut menghilangkannya." ucap Emma panjang lebar, dia teramat senang menceritakan pengalaman liburannya saat berbulan madu bersama Andra saat di luar negeri di hadapan keluarga besarnya saat ini.
"Iya kalung bunga sakura memang pemberian kakek saat menikah dengan nenek dahulu. kalung itu penuh sejarah kehidupannya nenek dan kakek. kalung itu spesial di desain khusus untuk nenek. simpanlah kalung itu Emma, nenek sudah memilih kamu untuk menjaga kalung tersebut." ucap Indira tersenyum senang, dia sangat antusias menikmati kebersamaan dengan menantu tercintanya.
"iya Mami aku akan menjaga kalung itu dengan baik." ucap Emma dengan sangat hati-hati.
"iya nak, simpan pemberian nenek Lidya. kamu sudah diberikan amanah jangan sampai mengecewakannya, Papi yakin kamu bisa menjaga amanah itu." ucap Yoga Pradipta Wijaya menambahkan, dia setuju dengan perkataan istrinya.
"iya Papi, Emma akan berusaha menjaga kalung pemberian nenek Lidya." ucap Emma mendengarkan perkataan keempat orang tuanya.
setelah lama mengobrol bersama di gazebo taman belakang kini Emma kembali ke dalam kamarnya untuk beristirahat sebentar sambil menunggu suaminya pulang kembali dari bekerja.
tanpa sadar Emma tertidur dan saat dia terbangun sudah ada Andra di sampingnya memeluk erat tubuh Emma. Emma tersenyum hangat melihat suaminya begitu pulas dengan tidurnya.
Emma bangun secara perlahan agar tidak membangunkan Andra, dia tahu pasti suaminya lelah bekerja seharian ini. Andra juga sudah lama tidak memantau langsung perkembangan perusahaannya di Jakarta, dia hanya mempercayai Rayken sebagai asisten dan tangan kanannya.
Andra terbangun saat melihat istrinya sudah rapi dan berganti pakaian.
"kamu mau kemana sayang?" tanya Andra terheran.
"tidak kemana-mana mas, bukannya mas yang melarang aku untuk tidak keluar rumah selama satu minggu ini." jawab sekaligus tanya Emma balik.
"iya kamu tidak boleh kemana-mana selama satu minggu ini, kamu harus beristirahat. sini aku ingin bermanja-manja dengan anak aku." ucap Andra meminta Emma mendekatinya.
Emma tertawa dia segera mendekati Andra, dia begitu gemas dengan suaminya saat ini. Andra adalah sosok suami siaga, kapanpun Emma terbangun dan tidak bisa tidur Andra akan menemani istrinya begadang. walau paginya dia harus bekerja. sudah berkali-kali Emma sering meminta suaminya untuk tidak menemaninya begadang tetapi dia tidak mau, selagi menemani Emma begadang kadang Andra juga melanjutkan pekerjaannya di samping Emma hingga istrinya tertidur kembali.
"mas, kapan kita berbelanja perlengkapan kebutuhan bayi kita?" tanya Emma seketika membuat Andra terkejut namun, dia begitu gembira mendengar pertanyaan dari istrinya.
"nanti ada waktunya sekarang kamu fokus saja dengan kehamilan kamu, jaga kesehatan itu yang paling utama. masalah perlengkapan kebutuhan bayi nantinya kita bisa memesan lewat online tidak masalah." ucap Andra dengan santai sambil menatap ke arah laptop di hadapannya.
"aku tidak mau pesan lewat online mas, aku mau pilih sendiri." ucap Emma manja dengan wajah cemberut.
"baiklah tidak sekarang, nanti ada waktunya ok!" ucap Andra tegas.
"okelah mas, mas janji yah?" ucap Emma riang.
setelah mengobrol ringan Andra melanjutkan mengusap perut istrinya, mengajak bayinya berbicara yang kadang membuat Emma tertawa karena kegelian akibat perbuatan Andra.
"mas, mas belum mandi sudah sore kita turun yuk?" ucap Emma mengajak sambil menarik tangan Andra pelan.
"kamu turunlah dahulu nanti aku menyusul, naik lift saja sayang jangan naik tangga." ucap Andra memberikan saran.
"iya mas, ya sudah aku turun dahulu. aku tunggu mas dibawah." jawab Emma sambil berjalan melangkah keluar dari kamar.
Emma bergegas meninggalkan suaminya yang akan mandi terlebih dahulu sebelum ikut turun bergabung dengan orang tua mereka, sedangkan di bawah sudah berkumpul kedua orang tua Andra dan Emma. mereka berempat sedang kompak mengobrol di teras belakang rumah dekat kolam renang.
Emma bergegas bergabung dengan para orang tua, ini momen yang paling sangat dia harapkan selama ini berkumpul bersama. Emma juga tahu besok pagi Papa dan Mamanya akan segera kembali pulang ke kampung halamannya. maka dari itu Emma tidak akan mensia-siakan waktunya dengan kedua orang tuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TERJERAT CINTA PRIA ANGKUH
RomanceAmberly Kirana Putri Dhwizir seorang gadis dari keluarga sederhana yang mempunyai cita-cita sebagai seorang CEO dan membuat sebuah cafe yang khusus menghidangkan aneka snack, kue, roti serta aneka dessert dan minuman. Setelah lulus sekolah Amberly y...