TEMD [11]

12.7K 938 6
                                    

Happy Reading  !¡

{🎶Pixie Wings - Derek Fiechter}

Ben berdecak kesal saat melihat barang-barang Viora

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ben berdecak kesal saat melihat barang-barang Viora.

"Untuk apa kau membawa canvas? Kau gila hah?" Sementara Viora hanya tersenyum tanpa rasa bersalah. Memangnya kenapa? Kan mereka akan naik kereta kuda juga.

"Ini untukku melukis nanti. Kita harus membawanya."

"Kau pikir ini perjalanan yang hanya akan memakan waktu 1 atau 2 hari?" Viora mengerucutkan bibirnya saat diomeli Ben. Tapi dia tetap akan membawanya. Ia akan membawanya sendiri nanti jadi Ben tidak perlu khawatir.

"Aku bisa membawanya."

Ben berdecih. Ia melihat tubuh Viora yang kurus begini saja sudah prihatin dan berpikir kalau Viora mungkin akan pingsan kapan saja. Apalagi harus membawa canvas. Meski tidak besar, tapi tetap merepotkan.

"Argh, aku bisa gila." ucap Ben.

Viora memeluk canvasnya dengan erat supaya Ben tidak membuangnya. Mereka kemudian naik ke kereta kuda.

Tak ada pembicaraan sejauh beberapa kilometer kemudian.  Semua ada di pikirannya masing-masing. Viora yang merencanakan banyak hal, terutama untuk memenuhi wishlistnya. Ben yang diam-diam tidak suka dengan keberadaan Eric. Dan Eric yang menimbang untuk bertanya mengapa Viora ke Randalez atau tidak.

Hingga menjelang malam, mereka berhenti di sebuah lahan yang cukup lapang. Kuda dan kusir harus beristirahat, namun tak ada penginapan terdekat.

"Sebelum sampai di pelabuhan, kita harus makan dan istirahat di sini," ucap Ben.

Viora istirahat di dalam kereta kuda, sementara ketiga pria lain istirahat di luar kereta kuda dengan api unggun yang menyala sepanjang malam.

Setelah pagi menjelang, mereka bergegas menuju pelabuhan. Mereka harus naik kapal untuk menyebrangi lautan, dan sampai di Randalez. Perjalanan ini mirip dengan saat Viora datang ke Asiler. Viora sudah tidak asing lagi.

Beberapa malam, Viora menjadi terbiasa untuk menyentuh Ben supaya ia bisa mendapatkan mana. Hal itu sebenarnya cukup mengganggu Eric. Eric bahkan menawarkan mananya ke Viora, namun Viora dengan halus menolaknya. Ben bahkan mengejek Eric kalau mana milik Eric sedikit jumlahnya.

Akhirnya mereka menginjakkan kaki di wilayah kekaisaran Randalez juga. Viora cukup deg-degan. Jika ayahnya tahu ia kabur, apakah saat ini ayahnya tengah mencarinya? Karena sibuk memikirkan itu, Viora tak kunjung melangkah. Sampai-sampai Ben mengerutkan alisnya.

"Kau mau terus berdiri di situ?" tanya Ben tak sabaran.

"Apa kau lelah?" tanya Eric pada Viora.

Viora menggeleng, ia hanya merasa cemas.

"Aku baik-baik saja. Ayo." Viora berjalan mendahului Ben. Padahal ia sendiri tidak tahu kemana arah yang akan dituju.

Mereka bertiga istirahat dan makan siang di sebuah rumah makan. Lalu kembali melanjutkan perjalanan setelah cukup istirahat. Eric menyewa sebuah kereta kuda dan mengatakan bahwa mereka akan menuju ke pegunungan Utara. Awalnya kusirnya tidak bersedia, namun karena Eric memberikan bayaran yang mahal, kusir itupun setuju.

The Empress Must Die [END] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang