TEMD [48]

9.7K 575 15
                                    

Happy Reading!¡

Apa yang Lucas katakan waktu itu bukan sekadar omong kosong

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Apa yang Lucas katakan waktu itu bukan sekadar omong kosong. Setelah pria itu melamar Viora kepada ayahnya, Lucas segera meminta ajudannya mempersiapkan semua keperluan pernikahan keduanya. Lucas sudah merencanakan ini sejak jauh-jauh hari. Ia merasa sangat menyesal karena Viora harus menderita karena menikah dengannya saat itu. Sebelum melawan para pemberontak, Lucas sempat pergi ke toko perhiasan paling terkenal di ibu kota milik madam Selene.

Pria itu pergi ke sana hanya bersama dengan Hendrik. Madam Selene yang mendapat kunjungan mendadak itu tentu saja sangat amat terkejut. Ia bersama para karyawannya berusaha menyediakan apa yang Lucas cari sebaik mungkin. Pemimpin nomor satu di kekaisaran itu tentu mencari sesuatu yang terbaik kan.

Lucas diam-diam mengukur jari manis Viora. Ia melakukan ini supaya cincinnya pas dan terlihat cantik di jari wanita itu. Dengan berbekal pengamatan jelinya, ia memilih sebuah cincin yang cantik dan elegan untuk istrinya.

Saat ini, semua pelayan dan pekerja di istana sibuk mengatur keperluan untuk pesta. Mulai dari dekorasi, makanan hingga menambah batu sihir untuk membuat halaman istana menjadi lebih hangat. Musim dingin masih belum berlalu, jadi Lucas ingin menciptakan suasana musim semi lebih awal dengan bantuan sihir.

Di saat yang lainnya sibuk, Viora sedang berada di kediaman Duke Merriegold. Lucas meninggalkannya di sana. Dan di sinilah Viora. Di kamar lamanya. Kamar tempat ia memandangi salju yang berguguran. Kamar yang ia tempati sebelum ia masuk ke medan perang yang disebut istana.

"Saya tidak menyangka akan bertemu dengan Anda lagi, Yang Mulia." Meryane menangis saat bertemu Viora. Beberapa waktu lalu ia kembali ke desanya karena harus mengurusi adiknya yang sakit. Dan beruntungnya ia tidak dipecat karena izin terlalu lama. Akhirnya ia mendapat kesempatan untuk bertemu dengan Viora lagi.

"Kau masih saja cengeng." Viora terkekeh.

"Anda masih saja suka mengejek saya. Saya sangat merindukan Anda, Yang Mulia." Meryane berusaha menghentikan air matanya. Ia tersenyum menatap Viora yang semakin cantik.

Sungguh, Meryane pikir ia akan kehilangan kesempatan untuk bertemu dengan Viora lagi. Jadi tak bisa berharap banyak karena Viora pasti akan sangat sibuk di istana.

"Kau jelek kalau menangis begitu." Viora mengusap air mata Meryane.

"Tidak apa-apa saya jelek, karena saya senang bertemu dengan Yang Mulia. Saya ingin melayani Anda lagi selama Anda tinggal di sini." ujar Mery.

"Iya, kau bisa. Jennifer berada di istana dan sekarang yang kupunya hanya kau." Meryane tersenyum cerah. Setelah majikannya itu menikah, Meryane bekerja di dapur membantu koki. Hari-harinya memang tidak semenyenangkan saat Viora masih tinggal di mansion ini.

"Baiklah, sekarang tolong siapkan keperluan untukku mandi."

"Baik, Yang Mulia." Dengan gesit Meryane menyiapkan segala keperluan Viora mandi. Ia mengerjakannya seorang diri karena tidak ingin dibantu. Viora yang mengamati tingkah Meryane jadi tertawa kecil. Ia juga merindukan pelayan pribadinya itu. Entah apa yang terjadi pada Meryane setelah ia mati waktu itu. Tapi ia harap, Meryane tidak benar-benar menyusulnya mati seperti yang gadis itu katakan sebelum Viora menikah.

The Empress Must Die [END] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang