TEMD [47]

8.9K 557 7
                                    

Happy Reading!¡

Lucas tertawa terbahak-bahak begitu Viora meninggalkan ruangannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Lucas tertawa terbahak-bahak begitu Viora meninggalkan ruangannya. Hendrik yang baru saja hendak masuk ke ruang kerja Kaisar itu langsung berhenti dan hendak pergi lagi karena takut mendapat amukan Kaisar yang bertingkah aneh.

"Baginda kenapa ya? Apa sudah sangat stress?" gumam Hendrik.

"Hendrik! Masuk!"

"Ah, iya." Hendrik masuk dan menutup pintunya kembali. Sedangkan Lucas melanjutkan tawanya hingga memegangi perutnya yang mulai kaku.

"Aduh, aku bisa gila lama-lama." Lucas menyeka air matanya yang ada di sudut matanya. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana paniknya Viora mencari surat itu.

"Apa ada sesuatu yang menggembirakan, Baginda?" tanya Hendrik.

Lucas mengangguk cepat.

"Sangat lucu hingga membuatku ingin tertawa terus."

Lucas duduk di sofa. Pria itu melihat ke arah Hendrik. "Kau pasti sangat penasaran kan?"

Lucas melihat Hendrik mengangguk dengan cepat dan antusias. Ia menyuruh Hendrik duduk juga. Kemudian Lucas menceritakan apa yang baru saja terjadi.

"Hah? Lalu bagaimana Baginda? Kalau Permaisuri berhasil membawanya--"

"Aduhh, Hahahha. Ini yang paling lucu."

Hendrik mengernyit bingung.

"Baginda, apa yang telah Anda lakukan?" Tidak mungkin Lucas terima begitu saja perjanjian yang mengharuskannya berpisah dengan Neviora setelah satu tahun kemudian kan?

"Kau benar, aku telah melakukan sesuatu. Aku tidak akan membiarkan dia lepas dariku."

Hendrik bergidik ngeri menatap senyum licik Kaisar. Apapun yang lelaki itu rencanakan pasti akan selalu menguntungkan dirinya. Jadi Hendrik sudah bisa menebak sebentar lagi Permaisuri pasti akan mengamuk.

Brak!

"Oh, Permaisuriku sudah tiba. Bagaimana?" tanya Lucas. Pura-pura terkejut dan menatap Viora dengan tatapan polos.

Viora yang baru saja tiba masih mengatur napasnya. Ia nyaris berlari tadi. Entah kenapa ia merasa kesal. Suratnya hilang dan ia tidak tahu harus melakukan apa selain meminta pengertian Lucas untuk menulis ulang surat perjanjiannya.

"Baginda." Viora berjalan ke arah Lucas setelah napasnya kembali teratur.

"Iya, Permaisuriku." kata Lucas lembut. Pria itu menghampiri Viora dan mengusap peluh di pelipis wanita itu. Viora segera menepis tangan Lucas. Ia menatap Lucas dengan tatapan memelas.

"Sa-saya kehilangan surat itu. Baginda, tolong berikan saya kesempatan untuk membuat ulang surat perjanjiannya." kata Viora memohon.

Lucas menipiskan bibirnya. Ah, membuat ulang ya? "Membuat ulang suratnya?" Viora mengangguk.

The Empress Must Die [END] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang