Happy Reading...
****
Musim gugur terasa semakin dingin. Menandakan waktu turun salju semakin dekat. Esok, salju pertama diperkirakan akan turun. Setelah berjuang dengan sekuat tenaga, Viora akhirnya berhasil melahirkan putri bungsunya. Gadis cantik yang akan membuat semua orang tersenyum saat melihatnya.
"Jangan duduk terlalu lama." Lucas mengambil alih putri bungsu mereka.
"Kau nanti kelelahan."
Lucas mengecup kening istrinya, melihat angin yang bertiup agak kencang dari balik kaca jendela. Viora memejamkan matanya. Ia menarik napas dalam dan membuka kembali matanya. "Aku terus menundanya, tapi sepertinya sekarang adalah waktu yang tepat untuk memberi putri bungsu kita nama. Bagaimana jika Amarilys? Bunga yang cantik kan?" Viora tersenyum. Terlebih bayi mungil itu seperti tahu bahwa ia tengah dipilihkan nama yang bagus oleh ibunya.
"Nama yang cantik. Kau memilihnya dengan baik." kata Lucas. Ia menggenggam tangan Viora. Masih menjadi kegiatan di antara mereka berdua, Lucas memberi dan Viora menerima manna.
"Besok Arkes pulang, ia pasti akan senang melihat adik bungsunya." Viora menggenggam balik tangan Lucas.
"Pasti," balas Lucas. Pria itu membawa Viora kembali ke atas ranjang supaya Viora beristirahat. Viora meminta Lucas menempatkan si bungsu di sampingnya supaya wanita itu mudah untuk melihatnya.
"Lucas, seperti apa ya anak-anak kita ketika sudah besar nanti?" tanya Viora sembari membelai kepala putri bungsunya. Lucas yang duduk di tepi ranjang sembari menyalurkan mannanya hanya mengendikkan bahu.
Setelah diam beberapa saat, Lucas berkata, "kau kan juga akan melihatnya nanti."
Viora terkekeh, "aku hanya penasaran. Aku harap, mereka akan tumbuh dengan baik. Baik fisik maupun hati mereka. Setiap ibu pasti ingin anaknya tumbuh tanpa kekuaran apapun." ucap wanita itu.
"Kau benar, dan mereka akan menjadi anak-anak yang bahagia karena memiliki seorang ibu sepertimu." balas Lucas.
"Dan ayah sepertimu." Viora menatap Lucas dengan senyuman tipisnya.
"Lucas, sudah... nanti energimu habis. Aku sudah baik-baik saja sekarang."
Setelah itu, Viora meminta Lucas untuk memanggil anak-anak mereka. Arez dan Amelina sepertinya sudah selesai belajar. Sayang sekali sekarang Viora sudah tidak bisa bermain di taman dengan mereka berdua. Viora sangat merindukan saat-saat itu.
***
Pagi harinya, Viora merengek untuk pergi ke luar dari kamarnya. Ia bilang ingin melihat salju turun untuk yang pertama kali. Lucas sangat tidak suka dengan ide itu, ia menolak keinginan Viora karena udara terlalu dingin dan itu sangat tidak baik untuk kesehatan Viora.
"Aku mohon." Viora mengatupkan kedua tangannya memohon pada Lucas.
"Viora, apapun asalkan yang tidak berbahaya bagi kesehatanmu." kata Lucas tetap menolak.
"Tapi aku sudah lama ingin melakukan ini. Kau tahu kan di musim dingin yang sebelumnya aku juga tak sempat karena terlalu sibuk? Boleh ya? Aku akan memakai pakaian yang tebal dan selimut yang hangat." Viora masih berusaha membujuk Lucas.
Lucas menghela napas. Ia tidak tega terus menolak keinginan Viora. Istrinya itu terlihat sangat sedih saat ini. Lucas akhirnya mengangguk. Tapi ia akan memasang perisai sihir juga untuk menghalau udara dingin. Pria itu memerintahkan Jennifer dan pelayan yang lain untuk menyiapkan pakaian hangat Viora dan selimut yang tebal. Lucas keluar dari kamar Viora, menuju ke balkon kamar. Pria itu memasang perisai sihir untuk menghalangi udara dingin ketika Viora keluar nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Empress Must Die [END] ✔️
Historical FictionSaviora Cortez, anak haram yang tidak pernah merasakan ketenangan dalam hidupnya. Ayahnya tidak akan membiarkannya tenang sedikitpun bahkan di hari kematiannya. Pria kaya itu memilih menyiksa putrinya itu meski saat ini tubuhnya sudah membujur kaku...