Happy Reading!¡
Warning!!!Chapter ini berisi adegan kekerasan. Bagi yang tidak suka atau takut ketrigger, harap berhati-hati.
*
*
*
Meski Viora merasa dia sudah gila, tapi entah kenapa dia tidak menyesalinya. Ya, dia tidak lagi menyesali apa yang telah mereka berdua lakukan. Ia cukup menyukai saat dimana ia mencengkeram bahu kekar milik Kaisar untuk menyalurkan hasratnya. Bagaimanapun juga, rasanya tidak buruk dan bahkan rasanya sangat menyenangkan.
Viora berusaha melupakannya sejenak. Ia harus bersiap untuk ke ruang kerjanya karena hari sudah semakin siang. Ia tak sempat sarapan dengan benar dan hanya meminum secangkir teh.
"Kau sudah tiba, Cain." Viora melihat Cain tengah duduk di kursinya dan mengerjakan tugasnya.
"Selamat pagi, Yang Mulia Permaisuri." Cain berdiri dan memberi salam.
"Ya, selamat pagi." Viora segera menyibukkan dirinya di belakang meja kerjanya. Sesekali ia akan menanggapi apa yang Cain laporkan dengan singkat karena masih banyak hal yang harus ia periksa.
Semua anggaran yang dipotong itu, tidak jelas kemana larinya. Uang sebanyak itu pasti disimpan di suatu tempat tertentu dan tidak mungkin dibawa-bawa kemana-mana kan.
Jadi ia harus menyelidiki tempat-tempat yang memungkinkan untuk menyimpan semua koin emas itu. Tidak menutup kemungkinan bank, dan sebuah guild.
Iya pernah mendengar ada sebuah guild yang menjual informasi secara rahasia. Lalu guild yang menjual berbagai barang langka serta bernilai tinggi. Ada pula guild tentara bayaran. Ia mendengar semua itu dari cerita bangsawan yang dulu pernah mampir ke toko kuenya di Asiler.
Benar, Viora harus memeriksa guild yang mungkin menjadi tempat Hera menyimpan semua emas itu. Ia harus melakukannya dengan perlahan, sebab tidak sembarang orang bisa mengetahui nama-nama guild yang ada di kekaisaran ini. Kebanyakan dari mereka adalah ilegal, dan tentu mereka bekerja secara rahasia.
"Yang Mulia Permaisuri, untuk persiapan pesta sebentar lagi, apa ada yang masih ingin ditambahkan?" tanya Cain.
"Oh iya, tambahkan menu makanannya. Aku ingin beberapa kue untuk disajikan di malam pesta dansa. Aku sudah menyiapkan daftarnya." kata Viora.
"Baik, Yang Mulia."
"Untuk sementara itu dulu. Kita harus mendapatkan bahan-bahannya terlebih dahulu karena pedagang yang biasanya memasok tepung ke istana kini sudah tidak lagi datang ke sini." Berkat siapa lagi kalau bukan Selir Hera yang baik hati.
Banyak pedagang gandum dan tepung yang berhenti memasok ke istana karena Selir Hera yang melarangnya. Ia mengatakan akan memangkas anggaran untuk bahan makanan dan itu termasuk tepung terigu untuk membuat roti juga. Benar-benar membuat Viora pusing.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Empress Must Die [END] ✔️
Historical FictionSaviora Cortez, anak haram yang tidak pernah merasakan ketenangan dalam hidupnya. Ayahnya tidak akan membiarkannya tenang sedikitpun bahkan di hari kematiannya. Pria kaya itu memilih menyiksa putrinya itu meski saat ini tubuhnya sudah membujur kaku...