TEMD [44]

7.9K 533 4
                                    

Happy Reading!¡

Seperti yang kakaknya katakan, Viora terus berdiam diri di dalam kereta

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seperti yang kakaknya katakan, Viora terus berdiam diri di dalam kereta. Ia sangat khawatir dengan orang-orangnya, namun ia lebih tak ingin membuat mereka semua khawatir. Viora duduk dengan cemas. Ia terus meremati gaunnya dan sesekali mengintip apa yang terjadi di luar.

Naasnya, saat tengah mengintip, tatapannya bertemu dengan salah seorang perampok. Viora segera menutup tirai di sampingnya, namun perampok itu sudah terlebih dahulu tahu. Ia berjalan dengan cepat ke arah Viora dan mendobrak pintu kereta dengan kencang.

Brak!!!


"Aaa!" Viora menjerit saat pintu keretanya lepas. Ia melihat wajah perampok itu yang tersenyum bengis menatapnya.

"Sepertinya tangkapan kali ini bukan main-main. Keberuntungan yang hanya terjadi sekali seumur hidup." Pria itu menyeringai. Jika ia membawa dan menjual wanita cantik ini, ia akan kaya raya.

Viora menggeleng, ia lalu mencoba untuk melarikan diri dari pintu yang satunya. Pria itu berdecih, "Cih, larilah yang jauh karena kau akan segera tertangkap." Pria itu melompat mengejar Viora. Di saat yang bersamaan, Anthony mengumpat keras saat melihat kereta yang Viora tumpangi tadi terbuka lebar dengan pintu yang telah rusak. Anthony berlari mengejar perampok yang barusan berlari ke arah hutan.

Viora tak berani menengok ke belakang. Jika ia menengok, ia mungkin akan segera tertangkap. Wanita itu terus berlari tak tentu arah hingga kakinya mulai terasa sakit. Di belakangnya, tawa menggelegar dari perampok itu terdengar mengikutinya.

"Larilah! Karena ini kesempatan terakhirmu!" ucapnya.

Napas Viora mulai tercekat. Pandangannya mulai mengabur karena kehabisan napas. Kepalanya juga terasa pusing. Tapi ia masih tak mau berhenti berlari. Viora menatap lurus ke depan, mencoba untuk terus berlari.

Greppp!

"Akh!" Viora menjerit saat bahunya ditarik paksa hingga membuatnya terjatuh. Viora meringis kesakitan. Tubuhnya jatuh dan sepertinya ia menghantam batu tadi. Lengannya sakit sekali.

"Menjauhlah dariku, dasar bedebah!" Viora menendang perampok itu dengan sisa tenaganya.

"Hihihi, wanita yang pantang menyerah. Tapi tak ada gunanya. Kau akan segera ikut dengan kami." Viora mencoba menjauh. Ia menatap ngeri sosok perampok bertubuh besar dengan wajah menakutkan itu.

"Kau boleh membawaku, tapi setelah aku menjadi mayat." Viora menyeringai.

"Hoho, tidak akan aku biarkan kau mati, Nona yang cantik. Karena kau akan sangat mahal jika masih hidup." Pria itu hendak mengangkat tubuh Viora sebelum tiba-tiba ia jatuh tersungkur. Dari balik tubuh perampok itu, Viora bisa melihat sosok Anthony yang berdiri menjulang.

"Keparat sialan!" Perampok itu berdiri lalu menyerang Anthony dengan belati milinya. Pertarungan tak bisa dihindari. Dengan gesit Anthony menghindari serangan pria itu dan balik menyerangnya dengan cepat. Pedang yang Anthony gunakan beradu dengan nyaring mengenai belati milik perampok itu. Hingga belati tajam itu terlempat jauh dari perampok itu, menyisakan raut wajah marah pria itu. Anthony dengan cepat maju menyerangnya dan menebas lehernya hingga membuat darahnya memancar.

The Empress Must Die [END] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang