TEMD [49]

9.2K 546 2
                                    

Happy Reading!¡

Happy Reading!¡

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


7 tahun kemudian.

Viora tengah menikmati secangkir teh hijau di taman. Teh yang datang dari negeri Timur yang sangat jauh. Viora tidak asing dengan itu karena ia pernah hidup di zaman modern. Ia melihat putri bungsunya tengah bermain bersama dengan putranya yang ke dua. Usia mereka hanya terpaut 1 tahun.

Viora mendesah lelah. Mulai dari 7 tahun yang lalu ia mengandung untuk yang pertama kalinya. Lalu setelah melahirkan putra sulungnya, tak lama kemudian ia mengandung lagi dan begitu terus hingga sekarang anaknya sudah ada tiga. Tapi Lucas seperti tidak ada puas-puasnya. Perkataannya yang waktu itu hanyalah omong kosong belaka. Pria itu dulu pernah berkata bahwa ia cukup mempunyai seorang putra saja. Tapi kenyataannya Lucas terus menghamilinya. Membuat Viora lelah.

Putra sulungnya tengah berada di akademi saat ini. Anak laki-laki tampan dan pemberani itu masuk ke akademi lebih awal untuk menerima pelajaran sebagai calon Kaisar selanjutnya. Dan disinilah Viora dengan putra dan putrinya yang lain.

Wanita itu mengelus perutnya, "ayah kalian bahkan membuat ibu mengandung lagi." Viora ingin menangis. Tapi dokter berkata ia tidak boleh terlalu stress. Apakah sekarang pekerjaannya hanya mencetak bayi? Apakah Lucas sudah gila? Setelah melahirkan si bungsu ini, Viora tidak ingin mengandung lagi. Ia sudah lelah mengandung terus menerus. Yang satu ini jaraknya lebih jauh, yaitu hampir 4 tahun lamanya dari kelahiran putrinya.

"Unda! Akak jahat!" Amelina Viorika de Randalez, berlari menghampiri Viora sambil menangis. Sekarang ia pelafalannya sudah semakin sempurna karena terus diejek sang kakak.

"Kenapa sayang?" Viora mengangkat tubuh mungil putrinya dan mendudukkannya di atas pangkuannya. Kalau Lucas tahu pria itu pasti akan marah-marah.

"Akak ambil ungaku." Amelina kembali menangis kencang. Bunga yang dia petik sedari tadi diambil kakaknya dan dijauhkan dari jangkauannya.

"Kakak kenapa usil?" Viora menatap putra keduanya yang kini berjalan menghampirinya serta adiknya.

"Kakak hanya ingin membuat ini untuk Amel, Ibunda." Arez Giovano de Randalez mengulurkan sebuah mahkota yang terbuat dari bunga berwarna ungu.

Amelina berhenti menangis dan mengusap air matanya dengan cepat menggunakan tangan mungilnya. Ia menerima mahkota bunga itu dan menatapnya penasaran. Bunga yang susah payah ia kumpulkan ternyata bisa berubah menjadi seperti ini? Ia tidak pernah melihat yang seperti sebelumnya.

"Pakailah." kata Arez.

Amelina menatap sang ibu. Ia tidak tahu caranya memakai benda ini. Viora yang mengerti dengan arti tatapan Amelina pun terkekeh pelan sebelum memakaikan mahkota bunga itu.

"Putri Ibu jadi cantik sekali." Viora mengecup pipi tembam putrinya dengan gemas.

"Akak, Amel inta maap." Amelina turun dari pangkuan sang ibu. Ia merasa bersalah karena sudah marah-marah ke kakaknya itu. Arez tersenyum dan mengangguk. "Akak ayo main lagi." Amelina mengajak Arez kembali bermain, membuat Viora geleng-geleng kepala. Mood putrinya itu mudah sekali berubah.

The Empress Must Die [END] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang