Happy Reading!¡
{🎶Heartsong - Neil H}
Harlan membuka lebar-lebar pintu yang dari luarnya terlihat usang itu. Ia menatap sekeliling, mencari seseorang. Dilihatnya seorang pemuda yang tengah duduk dengan segelas alkohol di depannya. Alkohol menang cocok untuk menemani malam yang dingin seperti ini.Setelah menutup pintu, Harlan berjalan ke arah pemuda itu dan duduk di depannya. Ia tidak perlu sungkan dengan pemuda itu karena di dalam guild tentara bayaran, dia adalah tangan kanan sang ketua.
"Ada apa, Har? Kau tidak datang hanya untuk mengganggu istirahatku kan?" tanya pemuda itu. Selain Harlan dan seorang tangan kiri Ketua Guild, pemuda ini adalah pembunuh bayaran paling kejam yang dimiliki oleh Guild ini. Meski usianya lebih muda dari Harlan, namun kepiawaiannya dalam membunuh orang cukup diperhitungkan. Tidak seperti Harlan yang membunuh dengan cepat, pemuda ini cenderung membunuh dengan sadis dan cenderung menyiksa korbannya terlebih dahulu. Orang-orang Guild menyebutnya dengan Si Bocah Psiko.
"Aku ada permintaan," ucap Harlan.
"Kenapa kau minta bantuanku? Tidak percaya diri, heh?"
Harlan terbahak, "aku tidak bisa melakukannya sebaik dirimu." Dalam menyiksa orang. Tentu Harlan harus mengakui kesadisan pemuda itu.
"Harusnya aku yang jadi tangan kanan Tuan."
"Mimpi saja kau."
"Permintaan apa?" Pemuda itu meneguk minumannya.
"Melenyapkan Permaisuri."
Senyum Harlan terkembang.
***
Setelah Viora mengambil kembali kekuasaan untuk mengatur urusan dalam istana, kekuasaan yang dimiliki Hera semakin kecil. Terlebih posisinya hanyalah seorang selir. Selir yang notabennya hanya simpanan karena tidak pernah dinikahi oleh Kaisar. Hera mengamuk setelah Lucas mengusirnya. Ia merasa Lucas sudah mulai menjauhinya sekarang.
Para pelayan sibuk membersihkan kamar Hera yang berantakan. Banyak barang berserakan dan hancur berkeping-keping. Di sudut ruangan, Hera meminum anggur dengan rakus. Mencoba untuk menyingkirkan perasaan kesal dan marahnya.
"Aku harus segera membunuhnya."
Hera mengepalkan tangannya dengan kuat.
Karena sekarang ia sudah tidak punya hak untuk mengatur segala administrasi dan keuangan istana dalam, ia jadi kehilangan salah satu sumber pemasukan. Meski begitu, ia masih memiliki sumber pemasukan yang lain walau tidak sebesar ini. Ia juga harus memutar otak, bagaimana caranya kembali menghasilkan banyak uang.
"Aku ingin pergi keluar. Siapkan kereta." kata Hera pada Maria.
"Baik, Yang Mulia." Maria dengan sigap mempersiapkan kepergian Hera. Dan setelah semua siap, Hera pergi meninggalkan istana.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Empress Must Die [END] ✔️
Historical FictionSaviora Cortez, anak haram yang tidak pernah merasakan ketenangan dalam hidupnya. Ayahnya tidak akan membiarkannya tenang sedikitpun bahkan di hari kematiannya. Pria kaya itu memilih menyiksa putrinya itu meski saat ini tubuhnya sudah membujur kaku...