Jeiden tak pernah merasa sepanas ini. apalagi dengan pemandangan di hadapan matanya kali ini. Sensasi pahit dari bir yang baru melewati tenggorokannya bahkan terasa tidak seberapa daripada sensasi melihat gerombolan Chaerra yang kini sudah bergabung ke meja kumpulan cowok dari SMA Pelita. Wajar jika yang Jeiden lihat di depan sana hanya Sherly karena memang gadis itu terkenal friendly ke siapa pun, tapi Chaerra yang ikut bergabung dan haha hihi-
Wah, luar bisa gila!
”Jei, pulang kapan?”
Untuk pertama kalinya Jeiden mengalihkan pandangannya dari sosok Chaerra. ”Pulang duluan aja. Gue masih ada urusan.”
Pemuda itu kembali menegak minuman yang sudah ia ganti dengan Coca-Cola. Ia tak ingin ambil resiko mabuk atau melupakan apapun mengenai apa yang ia lihat malam ini. Chaerra tampak seperti orang yang berbeda, dengan senyum manis dan lucu gadis itu yang terus mengembang. Biasanya Jeiden akan suka pada pemandangan itu, terutama beberapa minggu ini yang memaksanya hanya dapat mengawasi Chaerra dari jauh. Tapi malam ini, ingin rasanya bibir gadis itu ia robek sekalian supaya tak dapat meringis lagi.
”Kita mau pulang semua nih.“
”Iyeee,” jawab pemuda itu tak peduli.
Nathan sudah pamit sejak tadi, seperti ucapannya, hanya datang, duduk, lalu pulang. Sejak tadi ia sudah dapat ajakan untuk pulang mengingat sebentar lagi memang hampir berganti hari. Sudah terlalu malam apalagi untuk anak perempuan, dan Chaerra harusnya tak sebodoh itu untuk mengerti pada hal dasar seperti itu?
Setelah memastikan tak ada satupun manusia dari GHS selain dirinya dan gerombolan Chaerra yang masih begitu bersemangat, pemuda itu menaruh kaleng Coca-Colanya cukup kasar. Pemuda itu bangkit dengan deheman pelan, menata jaketnya sebelum berjalan menuju pemandangan yang sejak tadi menjadi fokus utamanya.
”Sorry.” Jeiden berkata ringan. ”Boleh ganggu?”
Seluruh gadis di sana yang memang sudah mengenal Jeiden semula cukup terkejut, termasuk Chaerra yang kembali menurunkan ekspresinya tak bersahabat. Sherly segera menyambut, pengenalkan mereka seolah memang gadis itu yang menjadi pelopor untuk acara ini. Gadis cantik blesteran Eropa itu tersenyum cerah, mengambil tempat di sisi Jeiden.
”Udah kenal kalik, Sher,” celetuk salah satu pemuda yang langsung bangkit mengulurkan tangan untuk menyalimi Jeiden. ”Temen-temen lo udah pada pulang aja?”
Jeiden hanya tersenyum sekilas sebelum kembali menjatuhkan pandangan ke Chaerra yang melengoskan wajah. ”Gue emang masih ada urusan bentar.”
”Gabung, Jei,” ajak yang lain, ”masih banyak tempat kosong.”
”Duduk, Jei, lo mau pesen apa?“ tanya gadis dengan tinggi semampai itu bersahabat.
Kepala Jeiden dengan pasti menggeleng. “Udah gue, gak gabung. Cuman mau jemput cewek IPA5 yang nyasar di sini aja.“
Seluruh mata spontan menoleh pada Chaerra yang juga refleks mendongak, memandang pemuda tinggi itu dengan sebelah alis terangkat. Jeiden ikut melakukan gerakan yang sama, menaikkan sebelah alis tebalnya membalas Chaerra. Kedua tangan pemuda itu sudah mengepal di saku jaket, menahan diri supaya tak langsung maju menyeret tubuh Chaerra.
”Maksud lo apaan ya?“ Chaerra angkat suara, jadi ikut berdiri. ”Gue dateng ke sini gak sama lo sampai harus pulang bareng lo.”
”Gue punya nomor Om Dana-”
”Iya-iya gue pulang!”
Chaerra menyahut keras, segera keluar dari pertengahan sofa dan meja. Gadis itu melangkah lebih dulu meninggalkan Jeiden yang masih harus menghadapi tatapan bingung semua orang. Suara deheman dan anggukan kecil menjadi hal yang Jeiden pilih untuk berpamitan, tapi begitu matanya menangkap Raya yang melempar pandangan sinis, ia jadi menjeda kakinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hi... Boyfriend
Fiksi PenggemarJeiden & Chaerra from Win Crown Lebih baik baca Win Crown dulu, tapi kalau mau langsung baca ini juga gak papa :) Rated: 17+ . . . . . Bagaimana jika gadis yang mendapatkan julukan Singa IPA bertemu dengan pemuda dengan julukan Idol Boy School di da...