Jeiden datang lebih siang daripada yang biasanya ia lakukan hari Senin ini. Pemuda itu bahkan sampai harus menitipkan motornya ke salah satu bengkel terdekat yang memang pemiliknya pun ia kenal dengan baik karena tempat itu sering dijadikan nongkrong oleh anak-anak yang malas mengikuti pembelajaran di kelas. Ia sampai harus lewat pagar belakang dan menyogok satpam di sana dengan sebungkus rokok serta sekaleng kopi instan hanya untuk masuk ke dalam gedung SMA Garuda.
Bahkan ketika tubuhnya memasuki kelas, seluruh anggota kelas XI-IPA5 sudah duduk dengan rapi di bangku masing-masing, tinggal menunggu pembelajaran pertama di lakukan. Kegiatan upacara dak istirahat lima belas menit yang biasanya diberikan setelah upacara sudah pemuda itu lewatkan, menunjukkan ia telat hampir satu jam.
”Weh, bosnya baru dateng.”
Suara Haikal dari arah belakang segera terdengar menyambut, membuat beberapa orang ikut menoleh refleks, termasuk gadis di bangku paling depan tepat di sebelah pintu masuk. Jeiden tanpa sadar juga jadi ikut melirik, menjatuhkan pandangan tajam tepat ke arah gadis dengan rambut kecokelatan panjang yang tergerai. Tapi tiga detik kemudian, keduanya jadi sama-sama membuang wajah. Chaerra yang kembali fokus pada ponselnya dan Jeiden yang segera melengos untuk berjalan lurus ke belakang menuju tempat duduknya.
”Padahal awal masuk semester dua paling semangat kalau ikut upacara, sekarang balik lagi ke habitatnya,” susul William di belakang Haikal tak kalah ramai.
”Kalau berangkat awal takut kena mental.” Rendra yang duduk di sisi bangku Haikal jadi ikut mengoceh.
Yuda di bangku depan tak bisa menahan kekehan. “Anjir, masih belum habis.”
Jeiden hanya melirik sinis, melemparkan tasnya pada Haikal tepat mengenai wajah pemuda sawo matang itu membuat suara umpatan terdengar. Tangan pemuda itu ikut bergerak, menepuk lengan atas Yuda dan berikutnya mendorong tubuh Rendra keras sebelum duduk sepenuhnya. Walaupun sudah berusaha menahan diri, mata tajam Jeiden tetap saja jatuh pada gambar punggung Chaerra yang dihiasi oleh rambut tergerai.
”Fir,” panggil pemuda itu pelan, ”Chaerra coloring rambut ya? Mau ada acara apa?”
Xafier di bangku depan Jeiden yang semula sudah sibuk merebahkan kepala dengan mata terpejam jadi sedikit mengeryip. Garis wajah baby face pemuda itu sedikit bangun, menoleh bingung ke arah belakang karena bahunya yang ditepuk pelan. Berikutnya, dengan tatapan mata linglung kembali lagi menoleh ke depan, mengamati rambut Chaerra yang memang tak sehitam biasanya.
“Chaerra,” panggil Xafier cukup kencang, “lo caloring ya? Mau ada acara apa?”
Jeiden hampir mengumpat. Tubuh pemuda itu yang ingin menyeruak maju untuk membekap Xafier jadi kalang kabut sendiri mendapati kepala Chaerra sudah lebih dulu menoleh. Gerakan kasar antara tubuhnya juga kursi begitu membalikkan badan melengos ke belakang membuat beberapa orang yang sudah sibuk dengan ponsel masing-masing jadi menoleh heran.
”Hm, mau jalan,” balas gadis di depan itu dengan suara tenang, ”kenapa?”
”Oh, jalan ke mana?” Xafier kembali bertanya. ”Kapan?”
”Pengen tau aja lo.”
Dari bawah meja kaki Jeiden terulur, menendang kecil kaki kursi Xafier membuat cowok dengan garis wajah lugu itu sedikit terkejut. Cowok itu jadi menoleh ke belakang yang berikutnya makin dibuat bingung karena hanya mendapatkan punggung Jeiden. Tapi untuk kedua kalinya kaki kursinya kembali di tendang, yang berikutnya jadi tendangan beruntun pelan.
”Ke mana Chaerra? Gue mau ikut,” kata Xafier pada akhirnya setelah diam beberapa saat.
”Ngapain? Gue sama anak Dance.”

KAMU SEDANG MEMBACA
Hi... Boyfriend
FanficJeiden & Chaerra from Win Crown Lebih baik baca Win Crown dulu, tapi kalau mau langsung baca ini juga gak papa :) Rated: 17+ . . . . . Bagaimana jika gadis yang mendapatkan julukan Singa IPA bertemu dengan pemuda dengan julukan Idol Boy School di da...